Melalui Aplikasi Perpustakaan Digital i-Jakarta, Pemprov DKI Ingin Tingkatkan Kebiasaan Membaca Masyarakat
Aplikasi perpustakaan digital i-Jakarta hadir atas kerja sama dengan PT Woolu Aksara Maya
Beberapa hari silam (12/10), pemerintah DKI Jakarta meresmikan kehadiran sebuah aplikasi perpustakaan digital pertama di Indonesia bernama i-Jakarta. Aplikasi tersebut dibuat dengan harapan untuk dapat bantu mendorong minat membaca masyarakat Jakarta meningkat. Kehadiran i-Jakarta sendiri di tengah-tengah masyarakat tak lepas dari peran kemitraan pemerintah DKI Jakarta dengan PT. Woolu Aksara Maya, perusahaan yang berada di balik kehadiran aplikasi Moco.
Kehadiran aplikasi i-Jakarta sendiri sebenarnya dapat ditelusuri sejak awal bulan Juli silam. Tujuan dibangunnya aplikasi tersebut tak lepas dari mimpi Jakarta untuk menjadi Smart City. Kini dengan diresmikannya aplikasi i-Jakarta, masyarakat bisa meminjam buku Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DKI dalam bentuk digital.
Dilansir dari Kompas, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, “Sekarang dengan ada i-Jakarta, saya lagi coba untuk meyakinkan penerbit karena banyak penerbit yang ketika kita minta bukunya jadi e-book, terus taruh di perpustakaan digital kami, dia keberatan. Alasannya takut enggak ada yang beli buku mereka lagi.”
Ahok juga menjelaskan, meskipun buku yang dipinjamkan berbentuk digital, bukan berarti semua orang dapat membacanya begitu saja. Ada sistem antrian yang diterapkan layaknya sebuah perpustakaan pada umumnya dalam aplikasi ini. Jadi bila buku digital yang tersedia hanya ada satu, maka hanya satu orang yang dapat membacanya dan orang lain yang ingin meminjam mau tidak mau harus menunggu buku tersebut dikembalikan.
Selain itu, aplikasi i-Jakarta ini pun mengakomodasi penggunanya yang gemar menulis. Pengguna yang gemar menulis, menurut Ahok, dapat menyimpan tulisannya dalam aplikasi tersebut. “Kami buka kesempatan untuk warga jadi penulis,” ujarnya seperti dikutip Metronews.
Pengalaman menggunakan aplikasi i-Jakarta
Aplikasi i-Jakarta ini dapat diakses melalui berbagai perangkat, baik itu desktop maupun mobile. Untuk perangkat desktop, aplikasinya dapat diunduh melalui situs resmi i-Jakarta. Sedangkan untuk perangkat mobile dapat diunduh melalui toko aplikasi popular seperti Google Play untuk Android dan App Store untuk iOS.
Ketika menggunakan i-Jakarta untuk pertama kali, pengguna tidak akan langsung dihadapkan pada halaman untuk mendaftar menjadi anggota, tetapi pada halaman buku populer. Untuk mendaftar menjadi anggota, pengguna dapat menautkan akun Facebook miliknya atau memilih menggunakan email pribadi.
Untuk mengakses dan mendapatkan informasi e-pustaka dalam aplikasi i-Jakarta, pengguna harus join kembali untuk tiap e-pustaka yang terdaftar. Saat ini tersedia beragam e-pustaka dalam aplikasi, mulai dari Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta, Rumah Baca Santa Ursula, hingga kedutaan besar Australia.
Namun ada satu hal yang menjadi sorotan bagi saya, yaitu sistem pencarian. Ketika mencoba sistem tersebut, awalnya saya merasa koleksi yang saya cari memang belum tersedia. Tapi, ketika saya mencoba mencari koleksi yang memang ada pun, yaitu Keajaiban Rutinitas, hasilnya ternyata tetap sama, nihil.
Mengutip pemberitaan Beritagar, masa keanggotaan akan berlaku selama setahun dan dapat diperpanjang secara otomatis. Untuk buku yang dipinjam, dapat dibaca selama tujuh hari kalender masehi.
Terlepas dari segala hambatan yang masih terasa, aplikasi ini berjalan mulus ketika digunakan. Mulai dari masuk, mencari koleksi buku secara manual per e-pustaka, hingga membaca buku dalam aplikasi. Selain i-Jakarta, beberapa startup di Indonesia juga telah mencoba untuk menghadrikan perpustakaan dalam bentuk digital, seperti MyPerpus dan libSPOT.
Sign up for our
newsletter