Mencari Tahu Penyebab Kegagalan Beberapa Startup Indonesia
Ada tiga poin umum yang menjadi penyebab kegagalan startup, yaitu Need of Market, Ran out Cash, dan Not the Right Team
Industri startup di Indonesia kini tengah menjamur, namun tak banyak yang menyadari bahwa banyak juga dari para pemainnya yang mengalami kegagalan saat membangun bisnisnya. Dimoderatori oleh Enricko Lukman dari Copy Collision, Managing Director Mountain Kejora Andy Zain dan Chief Marketing Officer GDP Venture Danny Wirianto mendiskusikan mengenai penyebab kegagalan startup Indonesia di ajang Ideafest 2015 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC).
Indonesia kini tengah merasakan masa di mana geliat industri kreatif sedang tumbuh dengan seksi, termasuk startup yang fokus pada segmen digital. Meski demikian, startup tetaplah sebuah bisnis dan bisnis tetaplah bisnis. Jika tidak direncanakan dengan baik bagaimana mengelolanya, pintu kegagalan sudah pasti terbuka lebar di depan.
Bicara mengenai keberhasilan atau kegagalan, biasanya tak lepas dari data rasionya. Sayangnya, untuk Indonesia masih belum ada data pasti mengenai hal ini. Namun, menurut Andy, jika ingin membandingkan dengan keadaan di Amerika Serikat, rasio kegagalan startup di Indonesia rasanya masih tinggi.
Andy mengatakan, "Kita sebenarnya pernah mengadakan survei tentang ini, sayang yang berpartisipasi sedikit. Tapi, jika mau membandingkan, di Amerika sana, yang ekosistemnya jauh lebih matang, 80% startup yang baru dapat funding justru gagal. Bisa dibayangkan seberapa tinggi rasio kegagalan startup di Indonesia."
Sebagai orang yang pernah bermain di dunia startup, Danny mengungkapkan bahwa kebanyakan pemain startup di Indonesia mengalami kegagalan karena gagal mendapatkan pendanaan, tidak dapat menceritakan ide dengan baik, dan tidak punya teamwork yang bagus. Tapi secara umum, menurut Danny, sebenarnya ada tiga poin yang bisa menjadi penyebab kegagalan suatu startup.
1. Need of Market
Startup dengan basis teknologi biasanya muncul untuk menjadi sebuah solusi dari suatu permasalahan yang ada di sekitar. Ini adalah hal mendasar yang seharusnya dipahami oleh tiap pendiri startup. Tak sedikit juga yang mengabaikannya dan membangun startup hanya berdasarkan tren saja.
Pada akhirnya, hal tersebut akan membawa startup ke pintu kegagalan, karena solusi yang ditawarkan tak dapat bekerja, bahkan pada lingkup yang kecil. "Startup gagal, karena ia hanya mengikuti tren dan solusi yang ditawarkannya tidak bekerja pada pasar yang dibidiknya," ujar Danny.
2. Ran out of cash
Jargon OKB (Orang Kaya Baru) cukup terkenal di Indonesia dan ini bisa berlaku pada startup yang baru mendapat pendanaan dalam artian yang negatif. Dijelaskan Danny, startup yang baru mendapat pendanaan terkadang memiliki mimpi yang besar, malah terlalu besar. "Mereka ingin menjadi seperti di Sillicon Valley [dengan menghamburkan uang], padahal kita ada di Indonesia," ujarnya.
3. Not the right team
Hal terakhir yang dijelaskan oleh Danny yang bisa menjadi penyebab kegagalan suatu startup yaitu karena ketidakcocokan tim yang dibentuk. Menurut Danny, penyebab ketidakcocokan tersebut sebenarnya ada banyak, namun yang paling umum adalah perbedaan visi.
Danny mengatakan, "Kebanyakan startup yang gagal karena beda visi, jadi cekcok terus. [...] Oleh sebab itu penting menemukan tim, seperti co-founder misalnya, yang memiliki visi sama."
Hal lain yang ditekankan oleh Danny dan Andy adalah ide dan eksekusi. Menurut keduanya, dalam startup ide hanyalah sebagian kecil dari sebuah proses panjang yang nanti akan dijalankan. Tak menutup kemungkinan dalam perjalanannya ide awal yang dimiliki akan berubah.
Andy mengatakan, "Ide bisa berbeda ketika di eksekusi. [...] Membangun startup, bukan hanya tentang ide, tetapi juga melibatkan orang (konsumen) yang ada di pasar ketika mereka (startup) ada di sana."
Pada akhirnya, keduanya sepakat bahwa suatu startup setidaknya butuh tiga hal yang bisa dijadikan pondasi untuk memperkecil resiko kegagalan mereka di masa depan. Menurut Andy dan Danny, startup butuh tim yang kuat untuk mendukung operasional mereka nanti terutama yang memiliki satu visi dengan founder. Selain itu, mereka juga perlu memiliki kekuatan ide dan eksekusinya.
Terakhir, startup harus mampu menjadi fleksibel ketika produk sudah berada di pasar. Apabila perlu melakukan pivot, tak perlu ragu jika itu memang yang dibutuhkan untuk bertahan.
Sign up for our
newsletter