Mencermati Tantangan dan Regulasi Layanan Fintech
Belajar dari Co-Founder dan COO TunaiKita Andry Huzain di sesi #SelasaStartup
Berangkat dari pengalamannya bekerja di Lazada, MNC Group, dan Detik, Andry Huzain menjadi salah satu Co-Founder TunaiKita. Layanan peer-to-peer (P2P) lending yang merupakan bagian Wecash Global ini memberikan pinjaman modal kepada calon peminjam, dengan dana berasal dari orang umum yang memiliki uang lebih untuk dipinjamkan.
Skema P2P lending, yang saat ini makin populer di ranah financial technology, merupakan industri yang paling populer sepanjang tahun 2017.
"Market cap [Market capitalization] untuk layanan fintech sudah jelas angkanya dan dijamin akan menguntungkan. Berbeda dengan layanan e-commerce yang masih tidak pasti. Alasan tersebut yang kemudian menjadikan fintech [sebagai] industri paling favorit dengan potensi yang cerah di Indonesia," kata Andry.
Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, Andry Huzain berbagi cerita dan pengalaman saat mulai membangun TunaiKita, layanan fintech yang memiliki prosedur dan peraturan yang cukup ketat. Dimonitor dan diatur OJK dan BI, layanan fintech cukup rumit dan sebaiknya dicermati calon pelaku startup yang ingin meluncurkan layanan fintech di Indonesia.
Terdapat empat tantangan yang kerap dihadapi oleh pelaku startup fintech di tanah air, dan berikut adalah rangkuman tersebut seperti yang disampaikan Andry.
Tidak ada pengguna yang loyal
Menurut survei yang telah dilakukan TunaiKita, kebanyakan pengguna layanan fintech adalah kalangan millennial. Dari hasil survei tersebut bisa disimpulkan, kebanyakan dari user tersebut tidak memiliki loyalitas terhadap brand dan cenderung untuk berpindah ke brand layanan fintech yang satu dan lainnya. Hal ini wajib dicermati calon pelaku startup.
"Hal lain yang juga wajib dicermati adalah kebanyakan pengguna kemudian mencoba untuk menggunakan layanan fintech yang dipilih, berasal dari rekomendasi teman, keluarga hingga kerabat terdekat. Menjadikan bisnis ini sarat dengan faktor kepercayaan dan tentunya 'trust'," kata Andry.
Tantangan verifikasi data
Faktor lain yang wajib dicermati calon pelaku startup jika ingin menghadirkan layana fintech adalah tidak adanya central database yang lengkap di Indonesia. Hal tersebut menyulitkan startup untuk melakukan verifikasi hingga konfirmasi data calon pengguna secara cepat. Hal tersebut juga berlaku kepada ketentuan virtual signature. Masih sulitnya startup melakukan verifikasi dengan memanfaatkan tanda tangan virtual diakui TunaiKita menjadi kendala tersendiri.
"Pastikan semua data center ada di Indonesia. Perhatikan juga soal sertifikasi ISO hingga SNI yang wajib diketahui dengan jelas oleh pelaku startup fintech," kata Andry.
Payment gateway
Di Indonesia semua dana yang disalurkan, baik itu dari layanan e-commerce hingga P2P lending, harus diendapkan di akun escrow atau Virtual Account terlebih dahulu. Peraturan yang ditetapkan oleh regulator tersebut terkadang cukup menyulitkan penyaluran dana secara cepat kepada lender hingga borrower. Untuk itu pastikan dengan jelas batas waktu hingga ketentuan (limit date) untuk setiap transaksi yang diterapkan. Jangan sampai proses yang cukup memakan waktu tersebut merusak jalannya prosedur menjadi kacau hingga terhambat.
Pemilihan talenta yang tepat
Hal penting lainnya yang wajib dicermati oleh calon pelaku startup adalah pemilihan talenta yang cukup krusial. Andry menyebutkan terdapat empat skill yang wajib dimiliki pegawai startup. Mereka termasuk legal compliance, technical, business analyst, dan akuntansi perbankan.
"Idealnya lagi adalah rekrut pegawai yang memiliki dua kemampuan sekaligus. Dengan demikian Anda bisa mendapatkan talenta yang lengkap dan membantu startup menjalankan bisnis," kata Andry.
Sign up for our
newsletter