Mengenal Platform P2P Lending Sofis dan Upayanya Mendampingi UKM Lewat Penerapan Laporan Keuangan
Soft launching bulan Januari 2017, diharapkan mengucurkan pinjaman per Maret 2017
Kehadiran pemain usaha pinjam meminjam uang secara perorangan atau lebih dikenal peer-to-peer lending (P2P Lending) di Indonesia sebagai alternatif perolehan dana selain perbankan, rupanya diklaim masih menyisakan sejumlah permasalahan umum yang belum dipecahkan oleh pemain P2P Lending.
Misalnya, masih banyaknya pemain UKM -bahkan yang sudah masuk ke ranah online, belum menerapkan laporan keuangan (financial statement) dalam bisnis mereka. Padahal, ilmu akuntansi dasar ini sangat penting untuk mengontrol keuangan perusahaan. Untuk itulah, Sofis sebagai pemain platform fintech yang juga bergerak di P2P Lending hadir menyelesaikan masalah itu lewat program pemberdayaan UKM selama 8 bulan.
Startup fintech yang baru berdiri di Oktober 2016 ini, bertekad tidak hanya ingin dikenal sebagai pemain P2P Lending yang bertugas menjembatani peminjam dengan pemodal, tapi juga sebagai perusahaan yang menyejahterakan UKM.
Pada dasarnya, ada tiga isu permasalahan yang ingin dipecahkan Sofis lewat program pemberdayaan tersebut. Pertama, penerapan laporan keuangan yang dinilai masih minim untuk dilakukan. Bagaimana efek dari disiplin pencatatan laporan keuangan secara periodik dapat membantu pengusaha saat mengambil keputusan pengembangan bisnis.
Kedua, kurangnya akses bantuan bagi UKM untuk mendapatkan sertifikasi. Misalnya, Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta label izin halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ketiga, UKM yang masih kesulitan saat melakukan pemasaran produk. Lewas Sofis, akan ada kolaborasi dengan Bukalapak, Jakarta Consulting, Grow Asia Capital, dan lainnya.
"Program pemberdayaan (empowerment) tidak hanya bahas ilmu akuntansi saja. Selama delapan bulan dengan pertemuan offline setiap sebulan sekali, akan ada tugas yang akan kami berikan untuk UKM binaan kami. Tujuannya untuk membantu menyejahterakan mereka. Kita tantang mereka untuk mengubah kebiasaan, menanamkan nilai dalam produk, agar bisnisnya tetap terus tumbuh," terang CEO Sofis Sendra Wong kepada DailySocial, Selasa (13/12).
Menerapkan laporan keuangan sebagai credit scoring acuan utama
Sendra melanjutkan, laporan keuangan menjadi acuan utama Sofis dalam menentukan grade bunga pinjaman untuk suatu UKM. Pasalnya, laporan keuangan menjadi tiang pancang suatu perusahaan untuk mengontrol kesehatan keuangannya dan proses auditnya guna mencegah potensi terjadinya tindakan kejahatan korupsi.
Mulai dari pengetahuan mengenai laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan neraca yang harus masuk ke dalam kertas kerja (worksheet), hingga pengertian aktiva passive dan aktif serta komponen apa saja yang masuk ke dalamnya. Di mana, belum banyak pelaku usaha yang sudah paham dengan hal tersebut dan masih mencatat secara manual.
Akibatnya, dengan pengetahuan yang masih minim, mereka masih menerapkan prinsip gali lubang tutup lubang. Secara profil risiko, mereka memang layak mendapatkan pinjaman dan mampu membayar cicilannya. Namun sumber dananya itu jadi tidak jelas, sebab bisa saja mengambil dana dari tempat yang bukan seharusnya.
"Pengetahuan akuntansi ini masih sangat dasar dan umum, banyak dari pelaku UKM yang belum paham. Kadang mereka juga tidak bisa membedakan mana profit, mana omzet. Makanya, mereka masih menerapkan prinsip gali lubang, tutup lubang. Bayar cicilan bisa, tapi sumbernya itu jadi berantakan karena tidak ada pencatatan."
Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan startup akuntansi online Yonk.io dalam pengadaan laporan keuangan. Yonk.io diklaim sudah terkoneksi dengan bank, sehingga semua standar pencatatan keuangan dapat dijadikan acuan credit scoring seluruh penyedia jasa P2P lending saat menentukan grade bunga pinjaman.
"Dalam Yonk.io seluruh laporan keuangan untuk UKM sudah disediakan dengan lengkap, tinggal diisi saja. Mereka (UKM) akan kami bina untuk berlaku disiplin dalam pencatatan laporan keuangan, sebab dari sini bisa mengukur forecast, cash flow ke depannya bagaimana."
Untuk menentukan grade bunga pinjaman, Sofis menerapkan acuan dari Pefindo Biro Kredit dengan membaginya mulai dari grade A1 sampai C3. Adapun kisaran bunga yang ditetapkan antara 12%-30% per tahunnya, dengan minimal pinjaman Rp10 juta sampai Rp200 juta.
Sementara itu, untuk menjamin kualitas kreditnya Sofis memberlakukan reserved fee (dana cadangan) sebesar 1%-2% per transaksi dan menggunakan jasa Jamkrindo untuk kredit penjaminan. Serta, menggunakan rekening bersama (escrow) untuk keperluan pencairan dana dari pemodal ke peminjam.
Selain itu, ada dua jenis fee yang diberikan Sofis kepada peminjam. Yaitu origination fee sebesar 2%-5% di potong dari awal transaksi, dan servicing fee yang dipotong tiap bulan dari nominal cicilan sebesar 0,5%. Adapun jaminan pencairan dana yang diberikan ke peminjam, maksimal tiga hari kerja setelah pengajuan dilakukan.
Target Sofis jangka pendek dan panjang
Sekadar informasi, Sofis belum resmi beroperasi. Saat ini startup fintech tersebut masih membangun fondasi dasar dengan mengadakan kerja sama strategis dengan berbagai institusi jasa keuangan (IJK) sebagai pihak pemodal (lender). Di antaranya, BNI Syariah, Bank Artha Graha, Radana Finance, CSU Finance, Stockbit, dan Bareksa.
Tak hanya itu, kerja sama dengan berbagai asosiasi terkait seperti HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) dan IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Pusat). Serta, startup layanan e-commerce semisal Bukalapak dan Tokopedia.
"Ke depannya, kami akan menyediakan pemodal dari perseorangan. Tapi sementara ini kerja sama dengan IJK tujuannya agar bisa lebih cepat ada traksi. Dengan Bareksa, nanti akan ada opsi beli loan di dalam platform mereka yang bisa dipilih untuk investor yang berminat. Sementara, dengan Tokopedia untuk pengadaaan e-financing. Semuanya masih on progress."
Dalam pipeline, Sofis akan soft launching di Januari 2017 namun masih beta dan belum bisa melakukan menyalurkan pinjaman. Diharapkan dua bulan kemudian, sudah mulai menyalurkan pinjaman dari pemodal ke peminjam. Lalu, di Juni 2017 diharapkan Sofis sudah mulai stabil.
Ditargetkan setahun kemudian Sofis sudah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp 130 miliar dengan prediksi jumlah peminjam 5 ribu orang dan 1.000 pemodal, dengan total workshop mencapai 60-100 workshop.
Sofis menargetkan mengeluarkan produk baru, dalam bentuk penawaran saham untuk pemodal yang berminat berinvestasi di UKM yang sudah memiliki sejarah keuangan yang baik. Rencananya, produk ini baru bisa dikeluarkan di 2019 mendatang. Tak hanya itu, Sofis menargetkan bisa berekspansi ke kawasan Asia Tenggara.
Sign up for our
newsletter