Multiply Berkomitmen Untuk Tetap Hadirkan Blog Platform di Indonesia
Kami berkesempatan bertemu dengan Peter Pezaris, Founder dan CEO Multiply, yang sedang berkunjung ke kantor Multiply di bilangan Gandaria, Jakarta Selatan. Di sela-sela perbincangan yang menarik ini, Pezaris meyakinkan bahwa transisi yang dilakukan oleh Multiply, untuk lebih fokus ke platform E-Commerce yang dikembangkan di Indonesia dan Filipina, tidak akan merugikan blogger yang telah menjadikan Multiply sebagai rumahnya selama bertahun-tahun.
Komitmen Multiply ini sebenarnya sudah terungkap ketika peresmian kantor Multiply di Jakarta, mereka menggandeng sejumlah Internet personalities untuk ngeblog di platform Multiply ini. Sebutlah nama Ndoro Kakung ataupun Ligwina Hananto yang menjadi ikonnya. Meskipun sempat ada polemik soal kasus pengambilalihan subdomain "indonesia" beberapa waktu lalu, tampaknya hal tersebut tidak mengganggu citra Multiply secara jangka panjang. Blogger yang sudah lama ngeblog di Multiply tampaknya akan tetap setia dengan platform ini.
Selain itu, untuk memastikan bahwa Multiply comply dengan regulasi di Indonesia, mereka telah mendirikan data center di sini. Tentunya kehadiran data center (di dalam lingkup IIX) akan mempercepat akses secara lokal, ketimbang terus-terusan membuang bandwidth ke luar negeri. Langkah ini sangat saya apresiasi di tengah gonjang-ganjing keberatan sejumlah perusahaan asing yang akan (dan sudah) membuka kantor di Indonesia tentang regulasi yang mengharuskan perusahaan tersebut membuka diri dan mendirikan data center di ranah lokal.
Meskipun demikian Pazaris tidak menampik bahwa salah satu alasan kenapa akhirnya Multiply shifting ke area E-Commerce adalah karena mereka tidak mampu melakukan monetisasi untuk blog platform yang dimiliki. Berbeda dengan Automattic yang mengembangkan WordPress, visi monetisasi blog platform oleh Multiply, yang di antaranya menggunakan Multiply Premium untuk layanan eksklusif foto dan video, tidak mendapatkan antusiasme dari penggunanya.
Saya pribadi tentu tidak menyalahkan konsumen. Multiply yang didirikan di tahun 2003 sebagai blogging platform dan social platform secara fitur sangat tertinggal ketimbang kompetitornya. Untungnya, orang-orang di balik Multiply tentunya tidak tinggal diam. Tidak mampu menjadi yang terbaik untuk kedua platform tersebut bukan berarti "akhir dunia". Mereka mulai melihat bagaimana Multiply dimanfaatkan di negara lain.
Mengejutkan bahwa di dua negara yaitu Indonesia dan Filipina, Multiply malah populer untuk kegiatan jual beli. Multiply bahkan sempat menjadi salah satu situs paling populer di Filipina [dan masih menduduki no 12 terpopuler menurut Alexa]. Pazaris memberi contoh bahwa di Hungaria, Multiply lebih populer untuk tempat menaruh berkas musik ilegal [istilahnya "mp3 bajakan], sementara di Jerman penggunaannya malah tidak jauh-jauh dari hal yang berbau pornografi. Justru di dua negara Asia Tenggara ini, Multiply populer untuk peruntukan lain yang "positif".
Setelah mendapatkan pendanaan dari Naspers yang berasal dari Afrika Selatan sekitar 10 bulan lalu dan yang sudah memiliki pengalaman lebih banyak soal E-Commerce di sejumlah negara di dunia, akhirnya Multiply mulai berani untuk mengeksplorasi konsep E-Commerce yang awalnya "terlarang" menurut regulasi Multiply sendiri. Akhirnya secara hampir bersamaan di kuarter awal 2011, Multiply mendirikan kantor di Indonesia dan Filipina. Secara umum, meski headquarter Multiply tetap di Florida, Amerika Serikat, tetapi sekarang fokus bisnis mereka ada di Asia Tenggara. Ini mirip dengan Friendster yang akhirnya dibeli oleh perusahaan Malaysia.
Pazaris sempat mencontohkan bahwa eBay dulu juga memiliki blogging platform, tapi kemudian ditutup setelah eBay fokus ke E-Commerce. Hal tersebut dijanjikan oleh Pazaris tidak akan terjadi dengan Multiply. Multiply tetap berkomitmen untuk selamanya menghadirkan blog platform, termasuk untuk penggunanya di Indonesia.
Sign up for our
newsletter