Perpustakaan Digital MyPerpus Berambisi Raih Satu Juta Pengguna Tahun Ini
Banyak orang hanya mengenal perpustakaan saat di bangku sekolah. Perpustakaan menjadi tempat menyenangkan untuk mencari pengetahuan dengan koleksi buku yang bisa dipinjam secara gratis, atau setidaknya dengan biaya murah. Di jaman modern seperti saat ini, sejumlah pihak ingin mengembalikan perpustakaan sebagai tempat untuk meminjam buku secara mudah dan terjangkau. Salah satunya adalah perpustakaan digital MyPerpus yang didirikan oleh Johan Dong dan Jones Dong.
“Saat ini kami mempunyai unique visitor sebesar 1320, dan setiap bulan tingkat pengunjung meningkat sebesar 80 persen,” menurut CEO MyPerpus Johan Dong. Dalam empat bulan terakhir, mereka sudah berhasil mendapatkan 600 keanggotaan, dengan sekitar 10 persen anggotanya adalah pengguna aktif yang membaca setiap harinya. Berdasarkan data terkini, konten yang paling diminati adalah majalah, diikuti buku dan koran.
Beberapa konten MyPerpus bisa dinikmati secara gratis, meskipun demikian untuk koleksi yang lebih luas anggota harus menyewa. Besaran top up yang tersedia bervariasi, antara Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribu dan bisa dilakukan melalui transfer ke akun bank BNI, Doku Wallet, dan kartu kredit. "Intinya Anda hanya membayar yang perlu ingin Anda baca. Seperti layanan streaming musik atau video,"ujar Johan.
Harga yang ditetapkan per buku dan majalah sangat beragam. Contohnya menyewa buku fiksi bisa memerlukan biaya sekitar Rp 2000, sementara menyewa majalah harus membayar Rp 5000.
MyPerpus sendiri didirikan dengan cita-cita meningkatkan minat pembaca masyarakat Indonesia yang cenderung lebih rendah ketimbang negara lain. Para pendirinya berharap setiap orang dapat membaca lima hingga sepuluh konten buku, majalah, atau koran setiap tahun.
Tahun ini MyPerpus berencana akan melakukan event ke kampus-kampus dan menjalin hubungan kerja sama dengan pihak ketiga seperti bank, payment gateway, kampus, dan sekolah. Tak tertutup juga kemungkinan bekerja sama dengan hotel atau kafe.
MyPerpus menargetkan meraih satu juta anggota sepanjang tahun ini. Mereka juga siap meluncurkan aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS. Penambahan pengguna diharapkan diikuti dengan penambahan penerbit hingga mencapai 50 buah. Saat ini MyPerpus sudah bermitra dan memiliki koleksi dari BeritaSatu Media, Serambi Publishing, Tempo Group, LIPI Press, majalah Gatra, dan majalah In-Flight Lion Air.
Tanggapan masyarakat cukup beragam mendengar konsep perpustakaan digital ini. Sri Satiti Puspasari (Puspa), yang bekerja di bidang Public Relation untuk The Paradise Group, bersemangat mengetahui layanan semacam ini. Jika kebanyakan orang mengisi waktu luangnya untuk bermain permainan digital atau mengecek akun media sosial, Puspa justru memilih untuk membaca.
"Kalau ada e-library, jadi bisa baca tapi enggak kemana-mana tinggal ganti halaman saja. Ini memudahkan, biasanya kalau saya jenuh, baca sebentar ide langsung muncul. Semacam mencari inspirasi," ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Manajer Produksi KBR68H Malika yang merasa terbantu dengan adanya layanan seperti ini. Syaratnya bergantung pada jumlah dan jenis-jenis koleksi dan harga yang dipatok. "Kalau koleksinya (buku) bagus dan harganya murah, apalagi tak perlu menyimpan hanya membaca saja, tak masalah," ungkapnya mantap.
Pegawai bidang Komunikasi Pemasaran di salah satu ritel fashion besar di Jakarta, Dinda Rahma Juwita, memiliki pandangan yang berbeda. Ia justru tidak tertarik dengan layanan seperti ini, karena menganggap banyak layanan serupa yang menyediakan buku dengan gratis. Jika ingin memiliki suatu buku, Dinda lebih memilih membeli ketimbang menyewa.
"Intinya sih, kalau aku suka bukunya, lebih suka memilikinya. Jadi jatuhnya lebih senang membeli dan mengoleksinya," ujarnya tanpa mempermasalahkan apakah buku tersebut berbentuk fisik atau e-book.
Sign up for our
newsletter