Nexticorn Gelar “Karpet Merah”, Dukung Lebih Banyak Startup Indonesia Jadi Unicorn
Isu talenta masih menjadi masalah mendasar, bakal coba diselesaikan melalui sinergi pemerintah, industri, dan universitas
Konferensi internasional yang bertajuk "Next Indonesia Unicorn (NextIcorn): Digital Paradises Weekend" diadakan Kemenkominfo pada 13-14 Oktober 2018 di Bali. Tujuan utama acara ini ialah membuka peluang startup potensial di Indonesia untuk menemukan investor dalam pendanaan tingkat lanjut (di atas Seri B), sehingga berkesempatan menjadi "unicorn" selanjutnya. Selain konferensi, acara juga diisi dengan kesempatan meeting dan pitching para startup dan diskusi panel mengenai masa depan industri digital.
Dalam pembukaannya, David Rimbo, Managing Partner Ernst & Young Indonesia, mengatakan bahwa melalui platform Nexticorn ada tiga aspek utama yang disediakan, yakni untuk mempromosikan startup, menghubungkan startup dengan investor, dan menjadi direktori startup potensial. Startup yang mendapatkan akses ke "karpet merah" tersebut dikurasi secara ketat oleh pihak komite, pun demikian dengan investor yang diundang. Secara khusus Nexticorn fokus mendatangkan investor potensial dan memiliki track record menghasilkan unciron.
"Di Nexticorn Summit II kami menghadirkan 125 venture capital dari 13 negara dan 88 startup. Selama dua hari ini, kami mencatat ada sekitar 709 pertemuan antara startup dan investor yang akan dilakukan," sebut David dalam presentasi pembukanya.
Beberapa startup yang berhasil masuk dalam kurasi di antaranya Salestock (e-commerce), Kata.ai (artificial intelligence), Modalku (fintech), Koinworks (fintech), Harukaedu (edtech), Halodoc (healthtech), Moka (SaaS) dan lain-lain. Sementara beberapa venture capital global maupun lokal yang berhasil didatangkan termasuk Accel Partners, SoftBank Ventures Korea, Temasek, Yahoo! Japan Capital, LINE Ventures, East Ventures, Eight Roads, Quona, Reinventure, Jubilee Capital Management, dan lain-lain.
Satu lagi unicorn sebelum tahun 2019
Kemenkominfo menargetkan, tahun 2019 nanti Indonesia akan memiliki 5 startup unicorn. Setelah GO-JEK, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak, artinya tinggal kurang satu lagi. Pemerintah cukup optimis bisa mencapai target tersebut, bahkan bisa saja melebihi. Hal tersebut disampaikan Menkominfo Rudiantara saat memberikan sambutan keynote dalam Nexticorn di hari pertama. Di hadapan investor, menteri yang akrab disapa Chief RA ini turut memberikan dorongan mengapa mereka perlu investasi di startup Indonesia.
Alasan pertama yang disampaikan karena lingkungan bisnis yang sangat kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dalam 10 tahun terakhir. Di samping itu, pemerintah melalui regulasinya turut memberikan kelonggaran akses, terbukti banyaknya investor global yang sudah terlebih dulu menjangkau pasar bisnis di Indonesia. Peran pemerintah dalam menginkubasi dan mengakselerasi startup turut ditunjukkan sebagai keseriusan pemerintah dalam membangun industri digital.
"Jika bicara prospek, tahun 2030 Indonesia banyak disebut akan masuk dalam 5 besar negara ekonomi terbesar di dunia. Hal ini turut didorong oleh bonus demografi, pada tahun 2030 nanti akan ada 180 juta populasi di usia produktif. Jadi tidak hanya berpeluang sebagai pangsa pasar, namun juga pusat bisnis. Kita sangat percaya diri dengan visi Pak Presiden untuk menjadi digital economy country," terang Rudiantara.
Sedikit regulasi, banyak memfasilitasi
Rudiantara juga menyampaikan, untuk mencapai tujuan tersebut, menjadi ekonomi digital Asia, Indonesia harus banyak berbenah. Sebagai kementerian yang memiliki banyak kendali dalam urusan digital, pihaknya mengklaim telah melakukan reformasi birokrasi. Termasuk terus mendorong penumbuhan infrastruktur yang dapat mendukung ekonomi digital, salah satunya Palapa Ring yang sudah mulai menghubungkan berbagai titik penting di seluruh penjuru dunia.
"Kominfo bukan kementerian yang old school, untuk menumbuhkan bisnis tidak hanya bertindak sebagai regulator, tapi fasilitator dan akselerator. So, less regulator, more facilitator. Because for me, best regulation is less regulation," seru Rudiantara.
Meski demikian pemerintah juga menyadari, di samping peluang besar ada isu fundamental yang harus segera diselesaikan untuk merealisasikan ambisi tersebut, yakni ketersediaan talenta kompeten. Ini senada dengan apa yang sering disampaikan oleh banyak founder startup. Untuk itu, pemerintah melalui unit yang dimiliki akan terus mendorong peningkatan kualitas SDM, khususnya di bidang teknologi dan pengembangan.
"Kami punya program untuk memberangkatkan talenta potensial untuk belajar ke Bangalore, Beijing dan Silicon Valley. Kenapa di sana? Karena kalau belajar mengembangkan produk digital kita harus memilih tempat yang sesuai. Di sana saya lihat menjadi lingkungan yang pas untuk menyelesaikan isu talenta tadi," tambah Rudiantara.
Di samping itu pemerintah turut mendorong industri teknologi yang ada di Indonesia untuk turun tangan menyelesaikan masalah ini. Beberapa perusahaan teknologi, seperti Cisco dan Microsoft, sudah berkomitmen untuk bersama-sama membangun sebuah silabus dengan standardisasi industri untuk menjadi kurikulum "Digital Talent Scholarship" yang tengah direncanakan pemerintah.
Selain dengan industri, program tersebut bekerja sama langsung dengan universitas dalam menyediakan fasilitas pendidikan dan pengajaran. Untuk menjangkau ke lebih banyak tempat, Kemenkominfo juga akan bekerja sama dengan startup pendidikan seperti Ruangguru dalam menyebarkan akses ke pendidikan teknologi.
Sign up for our
newsletter