Outpost Layanan Coworking & Coliving Space Berbasis di Bali Dapatkan Pendanaan 18,8 Miliar Rupiah
Akan digunakan untuk melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Asia Pasifik
Pengembang layanan coworking dan coliving space Outpost baru saja mengumumkan perolehan pendanaan awal (seed funding) senilai $1,3 juta atau setara dengan 18,8 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini melibatkan tiga investor, yakni EverHaus, Strypes Holdings dan Clarenberg Ventures.
Saat ini Outpost telah memiliki dua unit properti di Bali dan satu unit properti di Phom Penh, Kamboja. Modal yang baru didapat rencananya akan dimanfaatkan untuk ekspansi ke berbagai wilayah lain di Asia Pasifik. Dalam waktu dekat, properti keempat mereka akan segera diluncurkan, dengan lokasi yang masih dirahasiakan.
Pada dasarnya Outpost berdiri karena melihat tren pekerja remote semakin meningkat. Mereka memfasilitasi kebutuhan ruang kerja untuk individu maupun kelompok (startup). Menurut Co-Founder Outpost David Abraham, generasi digital nomad telah banyak mempengaruhi bisnis di semua tingkatan.
"Pekerja dan pengusaha menginginkan alternatif dari gaya hidup perkotaan yang berintensitas tinggi. Mereka ingin terlibat dengan gaya hidup Asia yang beragam dan menarik sembari menyelesaikan pekerjaan," ujar Abraham.
Peluang tersebut lalu dijadikan Abraham bersama rekannya Bryan Stewart landasan mendirikan Outpost di lokasi yang strategis. Di Bali, ada dua lokasi properti yang disediakan, yakni di kawasan Ubud dengan suasana pegunungan yang sejuk dan di Canggu dengan suasana pantai yang menawan.
Terkait akomodasi, baik untuk coworking dan coliving space disediakan paket harian, mingguan dan bulanan.
"Asia adalah pusat penemuan dan kewirausahaan. Outpost ingin memimpin dalam pengembangan gaya hidup kerja jarak jauh di Asia Pasifik. Kami adalah tim yang berbasis di Asia dengan pandangan global. Terhubung secara dengan komunitas lokal tempat kami beroperasi adalah penting agar bisa berkelanjutan dan menguntungkan di pasar," tutup Abraham.
Sign up for our
newsletter