Panduan Lengkap Email Marketing Bagi Pemula
Kenali email marketing lebih lanjut mulai dari sejarah, jenis email, hingga KPI dan do's &don'ts.
Di ranah digital, "Email Marketing" kerap didaulat sebagai kanal pemasaran yang dianggap cukup penting dalam memperoleh, melibatkan, dan mempertahankan pelanggan secara digital. Tak pelak, email marketing menjadi kanal yang diandalkan di era ini. Lalu bagaimana email marketing berfungsi dan bekerja pada sebuah bisnis? Kami akan membahasnya secara komprehensif di bawah ini tentang bagaimana persiapan bagi pemula menjalankan email marketing, dan hal-hal apa saja yang diperlukan oleh sebuah bisnis untuk menjangkau pelanggan mereka dengan lebih dekat dan personal? Berikut langkah-langkah panduan email marketing bagi pemula yang kami kutip dari MTarget - penyedia layanan marketing automation tool terkemuka di Indonesia.
Sejarah "Email Marketing"
Teknologi email sejatinya telah ada sejak 50 tahun yang lalu, atau tepatnya pada tahun 1970 yang dikembangkan oleh Ray Tomlinson. Satu dekade kemudian, email dengan jumlah penerima yang besar mulai diujicobakan pada tahun 1980, meski dengan teknologi informasi yang masih terbilang sederhana. Barulah pada tahun 1991, bertepatan dengan lahirnya teknologi internet, email menjadi bagian dasar dari sistem informasi berbasis web dalam urusan surat menyurat secara elektronik. Sekian dekade kemudian, diikuti dengan perkembangan teknologi informasi, penggunaan email melonjak pesat pada era 2010-an, seiring dengan adopsi teknologi internet di perangkat mobile yang kian pesat. Baru di tahun 2012, para marketer mulai melakukan segmentasi email list agar email yang dikirimkan tepat sasaran, dan setahun berikutnya, inovasi terhadap teknologi email automation diklaim mampu memberikan dampak pada conversion rate sebesar 50 persen.
Jenis-jenis "Email Marketing"
Sesuai perkembangan teknologi, email marketing pun turut berkembang yang akhirnya menelurkan berbagai macam jenis. Lalu, apa saja jenis email marketing yang efektif untuk mendukung pertumbuhan bisnis?
Key Performance Indicator (KPI) Email Marketing
Dalam mengelola email marketing tentu dibutuhkan pula pemahaman mengenai berbagai macam metrik yang bisa diukur untuk menentukan keberhasilan kampanye email marketing. Ada beberapa alasan mengapa memantau Key Performance Indicator (KPI) email marketing penting, salah satunya adalah untuk membantu melihat performa dari setiap pengiriman email yang dikirimkan, memilah strategi pengiriman mana yang harus diulang dan mana yang harus dibuang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebelum beranjak lebih jauh pada hal tersebut, berikut ini KPI email marketing yang perlu diperhatikan.
- Deliverability Rate Deliverability rate adalah tingkat kemampuan untuk mengirimkan email dengan sukses ke inbox pelanggan.
- Open Rate Open rate adalah indikasi bahwa email marketing yang dikirimkan telah dibuka oleh subscriber.
- Click-Through-Rate (CTR) Click-Through-Rate (CTR) adalah persentase orang yang mengklik atau melakukan action tautan di email.
- Unsubscribe Rate Unsubscribe rate adalah persentase orang yang mengklik tombol “unsubscribe” pada email yang dikirimkan.
- Bounce Rate Bounce rate adalah persentase total email yang dikirim namun tidak terkirim ke penerima email.
- Spam Rate Spam rate adalah persentase seseorang yang melaporkan atau menandai email yang dikirim sebagai spam.
Do's & Don'ts dalam Email Marketing
Seperti diketahui sebelumnya, bahwa email marketing adalah channel marketing dengan memiliki performa pemasaran yang cukup diandalkan. Namun, sebelum terjun penuh ke sana, ada baiknya Anda menyimak beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam campaign email marketing Anda.
Perkembangan Email Marketing saat Ini
Setelah lebih dari 50 tahun, email berevolusi mengikuti perkembangan teknologi, dan personalisasi konten di tengah derasnya arus internet di masa ini. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi email telah mampu memfokuskan distribusinya terhadap pelanggan atau penerimanya. Di tahun 2021 lalu, tren personalisasi email diklaim dapat menembus filter “spam” yang ketat pada provider email populer seperti Google. Hal ini menandakan bahwa beberapa tahun terakhir dan tahun yang akan datang, email marketing akan lebih fokus kepada pendekatan dua arah. Pertama yakni membuat email dengan kualitas pesan yang lebih baik untuk audiens, disertai dengan personalisasi dan dikirimkan sesuai dengan segmentasi. Kedua, email marketing yang "mobile friendly" dianggap bakal terus jadi primadona di dunia digital marketing. Sebuah studi bahkan mengatakan, 60 persen pengguna internet membuka email melalui perangkat smartphone mereka.
Berikut ini beberapa perkembangan yang perlu diketahui dalam email marketing:
- Hyper Personalization Hyper-Personalization adalah strategi marketing via email yang sangat personal. Cakupannya lebih dalam dibandingkan pemasaran personal lainnya. Oleh karena itu, tingkat keberhasilannya dalam mengonversi pelanggan jauh lebih tinggi. Jika pemasaran personal lainnya hanya menggunakan pesan tentang penyebutan nama kontak dan promosi produk yang dibutuhkan, maka hyper-personalization ini lebih mendalam, misalnya bisa memasukkan data yang berkaitan dengan perilaku konsumen sebelumnya.
- Penggunaan Artificial Intelligence (AI) ke dalam Email Marketing Penggunaan AI dalam email marketing menjadi tren di tahun 2020 hingga saat ini dan menjadi tren yang paling banyak dimanfaatkan oleh para marketer. Penggunaan AI dalam email marketing ini biasanya ditemukan pada fitur analytic yang bisa membantu untuk melakukan analisa performa campaign dengan auto generated yang dibantu oleh AI. Selain itu, penggunaan AI dalam email marketing dapat ditemukan pada fitur segmentasi, dengan begitu mengelompokkan pelanggan berdasarkan behaviour secara otomatis dapat dilakukan dengan mudah.
- User-Generated Content (UGC) UGC adalah segala bentuk konten (teks, video, gambar, audio) yang dibuat oleh pengguna akhir barang atau jasa, bisa dibilang user-generated content ini adalah konten testimoni dari user pengguna. Sekitar 70% dari semua konsumen mendasarkan keputusan pembelian mereka pada ulasan dan penilaian dari pengguna lain. Oleh karena itu, ketika marketer memasukkan ini ke dalam email mereka, hal ini akan meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap produk atau layanan yang dipromosikan.
- Interactive Email Interactive email adalah hal kunci dalam email marketing. Interactive email ini mampu meningkatkan interaksi dan engagement pelanggan pada email. Interaksi dalam email marketing dapat membantu bisnis atau brand untuk mendapatkan engagement dari audiens. Interaksi di dalam email ini bisa dimulai dengan membuat konten berupa polling, kuis singkat, dan CTA untuk melanjutkan berlangganan atau membaca pesan selengkapnya. Karena pada dasarnya, audiens ingin merasakan terlibat langsung dengan bisnis atau brand melalui berbagai channel yang digunakan untuk menjangkau mereka.
- Mobile Friendly Email mobile friendly adalah email dibuat responsif untuk berbagai device dan browser yang digunakan oleh pengguna. Sebuah bisnis perlu menerapkan email yang mobile friendly karena menurut eMailmonday, pengguna email lebih sering membuka email mereka melalui ponsel, sehingga konten email perlu ditampilkan dengan benar di layar mereka. Jika pengguna kesulitan melihat promosi atau penawaran yang dikirim, mereka kemungkinan tidak akan menunggu sampai mereka tiba di rumah dan membuka email mereka melalui desktop. Selain itu, email marketing yang dioptimasi untuk mobile dapat meningkatkan open rate sebesar 50%.
- Fokus Pada Privasi Ketika General Data Protection Regulation (GDPR) diluncurkan pada tahun 2018, dunia email marketing berubah, dan mereka masih belum sepenuhnya menyesuaikan diri dengan realitas baru. Kemudian, pada 2020 dan 2021 tepat ketika pandemi mulai mewabah di berbagai belahan dunia, berbagai bisnis dengan gencar mengirimkan pembaruan terkait bisnis mereka kepada pelanggan melalui email. Pelanggan dibanjiri oleh berbagai email setiap harinya, baik tentang pembaruan perusahaan, maupun email promosi. Karena hal tersebut, di tahun ini tren fokus pada privasi menjadi tren utama.
- E-Billing E-Billing pada email erat kaitannya dengan Peraturan Pemerintah tentang “PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM” pada Bagian Kedua mengenai Penempatan Sistem Elektronik pada Pusat Data dan atau Pusat Pemulihan Bencana, pasal 21 ayat 1 yang berbunyi: “Bank wajib menempatkan Sistem Elektronik pada Pusat Data dan Pusat Pemulihan Bencana di wilayah Indonesia.” Sehingga dapat diartikan Bank diwajibkan memiliki pusat data yang berada di wilayah Indonesia.Kemudian berdasarkan pasal 21 ayat 2 yang berbunyi: “Bank hanya dapat menempatkan Sistem Elektronik pada Pusat Data dan atau Pusat Pemulihan Bencana di luar wilayah Indonesia sepanjang mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.” Berdasarkan bunyi pasal tersebut, apabila Bank memiliki sistem di luar negeri, harus mendapatkan persetujuan dari OJK terlebih dahulu.Dan seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa dampak dari pandemi di berbagai dunia membuat berbagai bisnis perlu lebih waspada lagi akan segala hal yang mereka keluarkan pada publik. Salah satunya, dampak di Indonesia yaitu adaptasi teknologi di masyarakat diklaim terakselerasi sampai dengan 7 kali lipat. Hal ini tentunya mengubah kebiasaan masyarakat dalam bersosialisasi dan bertransaksi salah satunya pada proses jual beli.Dengan segala keterbatasan, melalui teknologi berbasis situs atau aplikasi memungkinkan masyarakat untuk dapat membeli segala kebutuhan tanpa perlu keluar rumah melalui transaksi elektronik. Namun, hanya sebagian kecil dari transaksi yang terjadi melalui bantuan internet ini dianggap sah dimata hukum yang diatur dalam UU ITE dan PP tentang “PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI”, yang mana hal ini diberlakukan untuk melindungi data transaksi penyedia layanan dan pelanggannya.Secara tidak langsung, email merupakan salah satu channel yang paling aman digunakan untuk transaksi online dan bukti pembayaran online atau e-billing, karena email merupakan salah satu channel marketing yang legal dan segala percakapan di dalamnya dapat dijadikan bukti sah di pengadilan ketika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Dan berdasarkan UU ITE nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pasal 1 angka 2 UU ITE mendefinisikan transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan atau media elektronik lainnya. Salah satu aktivitas yang dimaksud adalah bukti transaksi yang harus dan dapat dijadikan alat bukti yang sah.
Tantangan dalam Email Marketing
Sebelumnya telah dibahas bahwa beberapa tahun terakhir, penggunaan AI untuk segmentasi dan relevansi pesan menjadi tren yang banyak dibahas oleh para email marketer, karena menjadi tantangan sekaligus solusi sendiri untuk mempermudah proses campaign email marketing. Selain itu, ini dia beberapa tantangan dalam email marketing:
- Frekuensi Pengiriman Email Menentukan frekuensi pengiriman email sangat diperlukan, karena hal ini erat kaitannya dengan segmentasi dan relevansi pelanggan. Sebuah brand tidak diperbolehkan mengirimkan campaign email dengan waktu yang berdekatan apalagi dikirim kepada audiens yang sama, karena hal tersebut akan berdampak pada performa pengiriman email mereka.
- Subscriber Engagement Penerima email biasanya cukup responsif saat pertama kali berlangganan. Namun, setelah beberapa waktu, minat mereka mulai menurun karena beberapa alasan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk para email marketer, karena mereka perlu mencari tahu alasan penurunan minat subscriber yang akhirnya berdampak pada engagement email campaign. Kemudian, mereka juga memiliki tantangan untuk mengatasi hal tersebut agar tidak berlarut terlalu lama.
- Meningkatkan Customer Acquisition Email marketing adalah channel retensi dan akuisisi pelanggan yang cukup efektif. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para marketer, karena pada saat customer list bertumbuh, bisnis belum memiliki plan panjang terkait hal ini. Selain itu, Customer Acquisition Costs (CAC) juga terus meningkat selama lima tahun terakhir, dan akuisisi hanya mengacu pada mendapatkan pelanggan baru, tidak ada yang mengatakan mereka tidak akan churn.
- Meningkatkan Retensi Pelanggan Dalam bisnis, revenue tidak didapatkan dari pelanggan baru, melainkan dari pelanggan lama. Oleh karena itu, penting untuk fokus pada retensi pelanggan dibandingkan dengan akuisisi pelanggan baru, meskipun akuisisi ini juga penting dilakukan. Selain itu, memperoleh customer baru dapat menghabiskan biaya lima kali lipat lebih besar dari mempertahankan yang sudah ada.
Demikian langkah-langkah yang perlu diperhatikan bagi pemula dalam mempersiapkan, sekaligus mengelola email marketing. Pantau terus kanal DScovery untuk tips dan trik lain seputar dunia teknologi.
Advertorial ini didukung oleh MTarget.
Sign up for our
newsletter