Pedoman Saat Pegawai Terbaik Anda Mengundurkan Diri
Tidak semua orang berkomitmen seumur hidup bekerja di tempat Anda, setidaknya ada langkah antisipasi yang perlu dilakukan mulai dari mendengar masukan, buat catatan pengetahuan resmi, dan buat tim bahagia
Sebuah startup yang masih early stage dan baru memiliki empat karyawan sedang mempersiapkan peluncuran produk secara perdana. Tenggat waktu persiapan kian mendekati hari H. Namun, tiba-tiba ada satu karyawan yang selalu diandalkan mengatakan bahwa dia sudah diterima di perusahaan lain dan ingin mengundurkan diri dari tempat lama.
Sontak, bagi si founder tersebut, kata-kata itu bagaikan tersambar petir di siang bolong. Perasaan langsung tercampur aduk, antara kesal, sedih, dan takut.
Berbagai ucapan mungkin diucapkan kepadanya, "Kita sudah hampir dekat hari H! Kau tega sekali. Apa kamu sadar betapa pentingnya dirimu dalam tim ini?".
Bagi startup early stage itu, kehilangan pegawai terbaik adalah hal yang paling ditakuti oleh semua founder. Sebab, bila tim berjumlah empat orang saja artinya 25% pekerjaan akan ditinggal dan mau tak mau harus dikerjakan pegawai yang masih tersisa.
Beda halnya dengan perusahaan besar dengan jumlah pegawai sudah berjumlah 20, 200, atau 1.000 orang. Kehilangan satu orang terbaik mungkin bukanlah masalah besar, apalagi bila perusahaan tersebut sudah memiliki orang-orang terbaik yang mampu menggantikan dia.
Kisah ini adalah bagian dari kenyataan hidup yang harus siap dihadapi oleh semua founder startup.
Sebagai seorang founder, Anda sudah mencurahkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran paling tidak selama 10 tahun untuk menuju satu gol yang ingin dicapai, yakni mengubah hobi jadi bisnis sukses. Anda pun rela melakukan banyak pengorbanan untuk mencapai gol tersebut.
Tapi apakah Anda sadar gol itu terdengar cukup gila untuk orang yang bukan founder seperti Anda. Semangatnya pasti berbeda dengan Anda. Anda perlu tahu bahwa pegawai terbaik itu tak hanya bekerja untuk perusahaan, tapi juga untuk mereka sendiri meningkatkan kemampuan dan posisinya di strata sosial.
Anda sebaiknya membantu mereka untuk mencapai gol masing-masing dengan memberikan tugas yang bisa mengasah kemampuan. Seiring berjalan waktu, dengan sendirinya kemampuan mereka akan tumbuh. Apabila Anda tidak bisa memberikan jenjang posisi berikutnya, artinya harus ada bantuan dari orang lain untuk memberikan itu.
Ketika pegawai terbaik Anda mengajukan resign, terimalah kenyataan itu, doakan mereka yang terbaik dengan tulus dan ikhlas. Mungkin hal ini cukup berat karena cukup menguras emosi.
Tugas Anda membuat tim menyukai pekerjaan mereka
Tidak ada yang bisa melarang seorang pekerja untuk mengundurkan diri dari tempat di mana dia bekerja. Banyak founder, ketika masih ada di tahap awal startup, tidak bisa berbuat banyak untuk membuat tim menyukai pekerjaan mereka.
Caranya bukan dengan menyediakan makan siang setiap hari atau cemilan di dapur, sangat bergantung dari masing-masing tim. Untuk itu, sebaiknya Anda tanyakan kepada mereka, dengarkan, dan lakukan apa yang mereka utarakan.
Tanyakan mengenai hidup, gol, dan tantangan. Hal apa yang mereka harap ingin dicapai, bukan dalam seminggu mendatang, tapi dalam setahun, lima tahun, sampai 10 tahun kemudian.
Dengarkan apa yang mereka ucapkan dan pikirkan hal-hal apa saja yang perlu Anda lakukan untuk bantu mereka mencapai gol tersebut. Terakhir, lakukan itu.
Sebab, pada dasarnya semua orang itu punya gol yang berbeda-beda. Mungkin ada yang bilang ingin memulai bisnis sendiri, menjadi direksi di perusahaan Anda, ingin memiliki kesetaraan antara hidup dan pekerjaan agar dapat membina keluarganya, atau lainnya.
Bagi Anda, penting untuk tahu hal tersebut karena jika tidak, mereka akan tidak senang dan tidak bisa bekerja dengan efektif sesuai peranannya.
Melindungi startup pasca pergolakan dalam tubuh tim
Anda harus pastikan startup bisa tetap berjalan, setelah ditinggal pergi pegawai terbaik. Ada tiga hal yang perlu Anda lakukan. Pertama, tidak perlu rekrut orang baru. Mungkin hal ini terlihat kontra-intuitif. Dengan talenta terbatas namun segudang gol, Anda pasti ingin merekrut orang yang mampu mengerjakan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan orang lain, bukan?
Coba tanyakan pertanyaan ini ke diri Anda sendiri, "Jika pegawai ini mengundurkan diri, apa yang harus kita lakukan?".
Jika suatu pekerjaan hanya bisa dilakukan oleh satu orang saja, artinya Anda bakal ditimpa masalah di kemudian hari. Untungnya ada solusi untuk mengatasi masalah ini.
Kedua, buat catatan pengetahuan resmi. Saat startup masih fase early stage, pegawai pertama Anda akan banyak memiliki pengetahuan penting yang berkaitan dengan kemajuan perusahan.
Namun, seiring berkembangnya bisnis dan pegawai yang terus silih berganti, perlu ada tindakan untuk mengakselerasi kemampuan pegawai baru bisa menyamai yang lama. Untuk itu, perlu dokumentasi mengenai setiap proses bisnis sehingga tidak hanya satu atau dua orang saja yang tahu.
Dokumen yang perlu dicatat misalnya, bagaimana publikasi konten di blog, berkomunikasi dengan konsumen, template marketing atau kampanye, software apa saja yang dibutuhkan beserta username-nya, dan lain sebagainya.
Ketiga, buat tim selalu bahagia. Tidak hanya membuat tempat kerja lebih nyaman, tapi sebaiknya bentuk budaya kerja dan buka semua peluang untuk pegawai bisa berprestasi.
Ketika tim percaya dengan Anda, dengan sepenuh hati mereka akan bekerja, tidak takut untuk memberi tahu mereka resign dari tempat Anda suatu waktu. Saat mereka resign akan dilakukan dengan cara yang baik-baik.
Dukung selalu pegawai Anda, di mana pun mereka berada
Hal ini mencerminkan bagaimana pentingnya menjadi CEO sekaligus manusia yang sukses karena tersirat ada kepercayaan bahwa pegawai Anda bergabung dengan perusahaan Anda karena mereka percaya Anda dapat mendukung pertumbuhan kariernya.
Ketika mereka memilih mundur, sudahi hubungan dengan cara yang baik-baik. Doakan dengan tulus, agar mereka selalu sukses di mana pun bekerja. Anda harus sudah antisipasi hal ini akan terjadi, tepat pada saat mereka pertama kali bekerja di tempat Anda.
Sign up for our
newsletter