1. Startup

Pentingnya Kisah Sukses dalam Ekosistem Startup Indonesia

Dengan makin banyaknya deal investasi yang terjadi belakangan ini, terpampang jelas bahwa industri internet Indonesia kian mendapat sorotan dari mata investor internasional. Tentu saja hal ini sudah terjadi sejak beberapa tahun silam, sempat menjadi perbincangan hot, sampai kemudian agak menurun, dan saat ini sedang naik daun kembali. Banyak yang berubah 3 tahun belakangan di Indonesia, banyak startup didirikan, banyak startup gulung tikar, namun tidak sedikit yang bisa bertahan dan perlahan memenangkan pasar.

Saya-pun mulai mencari tahu sebenarnya apa yang dibutuhkan oleh startup-startup Indonesia untuk benar-benar bisa mendorong industri internet di Indonesia ke tingkatan selanjutnya.

Saya pribadi merasa yang paling dibutuhkan dari tech startup scene Indonesia saat ini adalah rententan kemenangan-kemenangan kecil, sebuah kisah sukses. Kisah-kisah sukses ini akan menstimulus kesuksesan lainnya. Polanya selalu seperti itu.

Kisah sukses bisa dalam bentuk banyak hal. Misalnya pada tahun 2010 Koprol diakusisi Yahoo!, Tokopedia mendapatkan investasi dari East Ventures. Tidak lama berselang, gelombang investor Jepang masuk ke Indonesia menempatkan seed funding yang melahirkan gelombang tren startup teknologi.

Kemudian ada akuisisi Disdus dan Dealkeren oleh Groupon dan LivingSocial. Terlepas dari banyak yang kemudian masuk dead-pool, proses transfer pengetahuan dan pengembangan kualitas entrepreneur maupun seluruh awak kapal startup generasi tersebut telah terbentuk. Dari kegagalan-lah manusia akan belajar paling banyak. Sementara para survivor nya akan terus menciptakan kisah sukses baru untuk membawa industri internet ke tingkat yang lebih tinggi.

Bayangkan saja investasi pertama Global Founders Capital di Asia itu ke Traveloka, investasi pertama Softbank Ventures Korea di Asia Tenggara itu ke Tokopedia. Kemudian belum lama ini Berrybenka kembali mendapatkan pendanaan series B round senilai 5 juta USD. Kualitas startup teknologi Indonesia sebenarnya semakin dihargai dari tahun-ke-tahun.

Valuasi startup teknologi Indonesia yang di tahun 2009 cuma di angka ribuan s/d ratusan ribu USD, saat ini beberapa sudah tumbuh ke puluhan juta USD. Kalau trendnya mampu dipelihara terus maka tinggal tunggu waktu kita akan punya beberapa perusahaan teknologi dengan valuasi ratusan juta dollar, dan besaran Series-A, B, C yang jauh lebih besar dari pendahulunya.

Pembentukan ekosistem secara keseluruhan Proses buka jalan seperti ini memang perlu dilalui. Lihatlah pattern di US, China, India. Disana bahkan valuasi perusahaan sudah mencapai milyaran dollar USD, bahkan untuk perusahaan yang belum generate revenue. Di India, perusahaan berumur 2-3 tahun sudah mampu mendapatkan suntikan dana sebesar 50 juta dollar (misalnya Snapdeal dari eBay). Contoh kasus paling ideal adalah Cina. Pemerintah Cina membangun great firewall, membatasi produk asing masuk dan dapat diakses oleh orang lokal. Namun pemerintahnya mendukung investasi besar-besaran dari luar untuk membangun ekosistem dan talent entrepreneur lokal yang mampu bersaing global. Lihat saja Alibaba, dibelakang nya ada investasi sebesar 1 milyar dollar USD dari Yahoo.

Gelontoran dana tersebut memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut menarik talenta terbaik, dan proses pembelajaran bersama-sama membangun sebuah perusahaan kelas dunia. Lewat proses tersebut, ekosistem yang dibentuk Alibaba sudah mampu membuat mereka menjadi perusahaan eCommerce terbesar dunia dengan nilai transaksi yang mengalahkan Amazon bahkan jika digabung dengan eBay.

Jika Indonesia mau mencapai tahapan seperti itu, tentunya harus didukung oleh semua pemegang kepentingan. Entrepreneur yang mau bermimpi besar dan tidak takut bersaing, hingga pemerintah yang memikirkan bagaimana insentif untuk investasi besar mau masuk ke perusahaan lokal guna mematangkan talenta entrepreneur lokal dan meningkatkan daya saing hingga kualitas produk. Mirisnya malah kejadian nya akan ada wacana Daftar Negatif Investasi (DNI). Jika DNI berkembang luas (dan jika diberlakukan grandfather rule), maka perusahaan asing dengan management asing yang sudah ada di Indonesia akan berada pada zona aman karena kompetisi baru tidak bisa / sulit untuk masuk, sementara para investor lokal terbukti masih belum berani memberikan investasi dengan nilai valuasi seperti investor asing. Ujung nya yang paling menjadi korban adalah entrepreneur muda lokal yang ingin bersaing akan kelimpungan dan hanya terbatas berharap dana nya dari investor lokal. Situasi ini jelas merugikan, dan sebenarnya membunuh daya saing.

Kalau sampai perusahaan lokal bisa Initial Public Offering (IPO), maka jelas akan lahir gelombang investasi startup berikutnya, kali ini dari dana lokal, dimana founder-founder IPO tersebut pastinya akan menginvestasikan kembali ke industri. Mereka kini tidak hanya punya uang, namun juga punya satu know-how dan pengetahuan yang komplit dari membangun hingga exit. Contohnya fenomena Paypal Mafia, yang merupakan contoh kisah sukses melahirkan kisah sukses lain nya. Satu saja perusahaan teknologi Indonesia berhasil IPO atau M&A (Merger & Acquisition) dengan nilai valuasi besar, akan ada lompatan yang signifikan di industri ini. Efek dominonya akan sangat luar biasa.

Uang adalah uang adalah uang Sepintar apapun entrepreneur lokal Indonesia, jika tidak ada suntikan dana di belakang nya, maka talenta, teknologi, produk yang bisa dikembangkan akan punya napas dan ruang gerak yang lebih terbatas. Sementara berlari di industri internet adalah seperti lari maraton, dimana determinasi jangka panjang sangatlah diperlukan.

Namun terlepas dari segala rasa frustasi yang ada, saya pribadi percaya kita adalah generasi yang paling beruntung, dengan kesempatan-kesempatan yang tidak didapatkan generasi sebelum era internet. Di era internet, siapapun itu, punya kesempatan bersaing dengan status quo, melawan segala ketidak-mungkinan, bertahan hidup, dan bahkan menang!

Tokopedia sendiri dalam 4 tahun terakhir cukup beruntung merasakan hal tersebut, bersaing dengan nama-nama yang lebih besar, saat ini Tokopedia mampu bertahan dan memenangi klasemen sementara sebagai model marketplace nomor 1 di Indonesia dari sisi trafik maupun jumlah produk.

Kisah sukses lainnya pasti akan terus datang, saya percaya dalam 1-2 tahun ke depan akan ada beberapa perusahaan yang dinilai ratusan juta dollar, mendapatkan investasi series B, C dengan nilai puluhan juta dollar, dan akan menjadi cikal bakal perusahaan internet kelas dunia dari Indonesia. Sebuah ikon, seperti Alibaba dari Cina dan Google dari Amerika Serikat

It's only about time!

William Tanuwijaya adalah co-founder dan CEO dari Tokopedia. Tokopedia adalah pasar/mal online terbesar di Indonesia yang memungkinkan individu maupun pengusaha kecil menengah di Indonesia untuk membuka dan mengelola toko online secara mudah dan gratis, disamping memberikan pengalaman berbelanja online yang lebih aman dan nyaman.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again