12 March 2015

by Glenn Kaonang

Perangkat FingerReader Dapat Bantu Kaum Tuna Netra Saat Membaca

Sejak awal abad ke–19, kaum tuna netra memanfaatkan sistem tulisan Braille untuk membaca. Sistem ini tentu saja masih digunakan sampai sekarang, akan tetapi kaum tuna netra tetap harus menguasai 'bahasanya' terlebih dulu untuk bisa menggunakannya.

Muncullah suatu ide dari para ilmuwan di MIT (Massachusetts Institute of Technology) Media Lab. Mereka menciptakan sebuah prototipe perangkat wearable yang dapat membantu kaum tuna netra membaca tanpa harus mempelajari sistem tulisan Braille terlebih dahulu.

Perangkat tersebut bernama FingerReader, dan sesuai namanya, ia dikenakan di jari – idealnya telunjuk – seperti sebuah cincin. Di dalamnya telah tertanam sebuah kamera mungil yang berperan sebagai ‘mata’ sang pengguna.

Saat seorang tuna netra ingin membaca teks yang ada di sekitar mereka, misalnya pada buku menu restoran atau layar tablet, ia hanya perlu menunjuk menggunakan jarinya – yang telah dipasangi FingerReader – pada permukaan tempat teks tersebut berada, dan FingerReader akan membacakan teks tersebut dengan lantang.

Info menarik: Teknologi Ini Mungkinkan Tuna Netra untuk Berkelana di Stasiun Kereta Bawah Tanah Secara Mandiri

Kemampuan tersebut dimungkinkan berkat algoritma canggih yang bisa memroses setiap kata yang ditangkap oleh kamera FingerReader, yang kemudian diterjemahkan menjadi bentuk suara secara real-time.

Prototipenya saat ini masih perlu disambungkan ke laptop untuk bisa mengeksekusi algoritma tersebut, namun sang tim pengembang tengah meracik software versi mobile yang bisa dijalankan oleh smartphone Android guna mendongkrak portabilitasnya.

Saat digunakan, FingerReader akan memandu jari penggunanya dalam menunjuk sebaris teks. Ketika jari penggunanya melenceng keluar dari baris teks, peringatan suara pun akan diberikan agar ia dapat membenarkan posisi jarinya.

Perangkat ini awalnya memang hanya ditujukan untuk membantu kaum tuna netra memahami berbagai tulisan di sekitarnya, namun seiring berjalannya waktu, para ilmuwan tersebut menyadari bahwa pengaplikasian FingerReader bisa diperluas. Salah satu contohnya adalah untuk membantu kegiatan membaca dan belajar anak-anak penderita disleksia.

Info menarik: Fujitsu Kembangkan Cincin Pintar dengan Konektivitas NFC dan Kemampuan Menulis di Udara

Pun demikian, kehadiran FingerReader bukan berarti sistem tulisan Braille harus dipensiunkan. Braille masih berguna pada situasi dimana pengguna tidak ingin teks yang sifatnya pribadi – alamat rumah, laporan kesehatan dan semacamnya – untuk dibacakan, khususnya saat berada di tempat umum.

Namun jika melihat terbatasnya teks yang tersedia dalam format Braille, FingerReader bisa menjadi solusi yang tepat dalam memberikan akses konten yang lebih luas kepada kaum tuna netra.

Sumber: MIT News via CNET.