4 Perbedaan Reseller dan Dropshipper, Mana yang Lebih Untung?
Reseller dan dropshipper sebenarnya sama-sama untung jika dilihat dari segi effort masing-masing bisnis.
Saat ini, sistem dropship sudah marak di berbagai platform e-commerce Indonesia. Cara kerjanya yang mirip reseller, terlebih tanpa harus menyediakan modal awal menjadikannya bisnis sampingan yang menjanjikan.
Namun, sebenarnya apa sih bedanya dropshipper dan sistem distribusi menggunakan reseller? Apakah dropshipper memang lebih untung daripada reseller? Kalau kamu ingin tau jawabannya, simak terus artikel ini yang akan membahas secara mendalam tentang perbedaan reseller dan dropshipper.
Apa Itu Reseller dan Dropshipper?
Reseller adalah seseorang yang menjual barang kembali, mempromosikannya, dan menyimpan stok barang di tempat tertentu. Sedangkan, dropshipper adalah seseorang yang juga menjual kembali barang, mempromosikannya, namun tak perlu menyimpan barang.
Seorang reseller harus membeli produk yang akan dijual terlebih dahulu ke supplier atau distributor. Sedangkan, seorang dropshipper tak perlu melakukannya. Selain itu, reseller butuh modal untuk membeli barang, sementara dropshippper tanpa harus keluar modal.
Namun, jika melihat cara kerjanya yang harus membeli barang, bukankah reseller dan dropshipper sama? Well, ada perbedaan kentara antara reseller dan distributor, yaitu dari besaran modalnya. Distributor biasanya mengeluarkan modal lebih besar dibanding reseller.
Selain itu, dalam rantai bisnis, distributor akan berkaitan langsung dengan produsen, sementara reseller tidak tentu. Gampangnya, coba ingat-ingat pernyataan ini:
- Distributor bisa menjual barangnya ke reseller, tetapi barang reseller tidak mungkin dibeli oleh distributor.
- Reseller bisa membeli barang langsung dari produsen maupun dari distributor. Reseller yang membeli barang langsung dari produsen adalah reseller
Perbedaan Reseller dan Dropshipper
Stok Barang
Seperti yang disebutkan sebelumnya, perbedaan paling kentara dari reseller dan dropshipper adalah dari stok barang. Reseller harus membeli dan menyediakan stok barang dari supplier sebelum dijual dan dipromosikan.
Sedangkan, dropshipper hanya menjual dan mempromosikan barang tanpa harus menyediakan barang terlebih dahulu. Jika ada pembeli, dropshipper akan memberitahu supplier untuk menyiapkan dan mengirimkan barang.
Besaran Modal
Perbedaan kedua adalah dari besaran modalnya. Jika reseller harus membeli barang terlebih dahulu, maka ia harus menyiapkan modal. Namun, modal yang dikeluarkan tetap tidak sebesar distributor. Sementara untuk dropshipper tak perlu mengeluarkan modal sepeserpun karena ia tak perlu menyimpan stok barang.
Karena reseller keluar modal, biasanya barang yang dijualnya memiliki selisih harga yang biasanya berada di kisaran 20-50% dari harga beli. Nah, dari sinilah reseller mendapat keuntungan.
Sedangkan, dropshipper tak perlu menaikkan harga karena ia tak kehilangan modal. Nantinya, dropshipper akan mendapat komisi dari barang yang sudah dipromosikan.
Profit
Kalau dihitung dari segi effort, baik reseller maupun dropshipper sebenarnya sama-sama menguntungkan. Akan tetapi, jika dilihat dari nominal angka, sudah pasti reseller lebih menguntungkan. Ini karena reseller akan mendapat harga “khusus” barang dari supplier sehingga akan lebih murah.
Belum lagi nanti diterapkan selisih harga oleh reseller. Namun, keuntungan tersebut tentu sebanding dengan usahanya yang harus mengeluarkan modal dan menyediakan tempat untuk stok barang. Di sisi lain, dropshipper tak harus melakukan semua usaha tersebut.
Dropshipper hanya perlu mempromosikan barang dan tentu saja, keuntungan dari komisi tidak sebanding dengan hasil penjualan reseller. Namun, mengingat dropshipper tak perlu keluar modal dan sedia barang seperti reseller, tetap saja hasil komisi menguntungkan.
Risiko
Meskipun reseller terlihat lebih menguntungkan, namun risikonya lebih tinggi karena ia menyimpan barang. Jika barang tersebut tak kunjung laku, bisa jadi reseller akan mengalami kerugian. Reseller harus bekerja lebih keras agar barang bisa laku dan habis.
Sedangkan, dropshipper cenderung minim risiko karena kamu tak perlu pusing jika barang tidak terjual. Paling kamu akan bingung dengan strategi promosi seperti apa yang kira-kira bisa membuat barang tersebut laku.
Kelebihan dan Kekurangan Reseller & Dropshipper
Reseller
Kelebihan
- Dapat mengetahui jumlah dan kondisi nyata barang yang dijual, sehingga dapat memasarkan produk lebih detail.
- Penjualan bisa dilakukan dalam berbagai opsi, baik langsung maupun online melalui
- Profit bisnis lebih menguntungkan.
Kekurangan
- Harus berani keluar modal.
- Reseller bertanggung jawab langsung atas kondisi barang, misalnya pengemasan, dll. Reseller jugalah yang melakukan pengiriman barang jika layanan tersebut ada.
- Risiko kerugian lebih besar dari
Dropshipper
Kelebihan
- Tak perlu keluar modal.
- Risiko cenderung kecil.
- Tidak perlu bertanggung jawab atas kondisi barang.
Kekurangan
- Tidak mengetahui kondisi barang secara riil sehingga pemberitahuan kondisi barang bisa jadi hanya template kondisi standar.
- Profit bisnis lebih kecil dibanding
Cara Menjadi Reseller dan Dropshipper dalam 5 Langkah
Amati peluang bisnis
Syarat utama seorang pebisnis adalah melihat adanya peluang usaha, ada celah yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan cuan. Eits, jangan salah! Meskipun “hanya” menjadi reseller dan dropshipper, bukan berarti kamu males-malesan menjalankannya.
Bagaimana jika produk yang kamu promosikan lewat dropship tidak ada yang melirik? Sia-sia bukan kamu telah berusaha memikirkan strategi promosi hingga melakukan listing barang di marketplace?
Lalu bagaimana jika toko reseller-mu tak ada yang mengunjungi? Tentunya kamu akan rugi besar jika barangmu tak laku bukan? Maka dari itu, amati dengan seksama mana celah bisnis yang potensial. Caranya dengan melakukan riset pasar dan analisis kompetitor.
Tentukan produk yang menjanjikan
Setelah mengamati peluang bisnis, tentukan produk apa yang akan dijual agar bisnis reseller dan dropshipper jadi cuan. Dua langkah ini cukup krusial karena ketika kamu salah, maka langkah selanjutnya bisa jadi tidak memberi pengaruh signifikan.
Misalnya, setelah melakukan pengamatan, orang-orang ternyata sedang gemar mengonsumsi makanan sehat. Dari situ, coba petakan mana produk makanan sehat yang ramai pelanggan, misalnya mie instan tanpa pengawet.
Cari supplier yang tepat
Setelah itu, pilih supplier yang tepat, alias tentukan merek mie instan sehat yang memiliki penjualan bagus. Ini juga penting karena jika kamu memilih merek yang tidak terlalu digemari masyarakat, kemungkinan penjualanmu juga tidak akan terlalu menjanjikan.
Tentukan strategi pemasaran yang baik
Langkah utama sudah dilakukan, lalu selanjutnya adalah membuat promosi yang berpotensi membuat penjualanmu laku keras. Misalnya dengan menjual barang di marketplace, memajang foto produk dengan bagus, hingga menawarkan promo-promo.
Langkah ini juga terbilang krusial, karena jika kamu tak bisa melakukan promosi yang baik, barang yang sudah dibeli bisa jadi tidak terjual. Atau kalau kamu dropshipper, tentunya kamu tidak akan mendapat komisi yang oke.
Evaluasi penjualan
Terakhir, lakukan evaluasi terhadap strategi pemasaran yang sudah dilakukan. Apakah dengan strategi tersebut bisa menghasilkan penjualan yang baik atau tidak.
Jika iya, maka pertahankan atau kalau bisa tingkatkan lagi kreativitasmu. Kalau tidak, maka perbaiki dan cari strategi lain agar bisa meningkatkan penjualan.
Sampai di sini bahasan kita mengenai perbedaan antara reseller dan dropshipper. Seperti yang dikatakan, kedua bisnis sebenarnya sama-sama menguntungkan jika ditimbang dari segi effort masing-masing.
Kalau kamu mau repot, silakan coba menjadi reseller. Namun, jika kamu tak ingin usaha lebih, maka menjadi dropshipper saja sudah cukup. Jadi, kamu mau coba bisnis yang mana?
Sumber gambar header: Pixabay
Sign up for our
newsletter