Pintarnya Ingin Demokratisasi Proses Perekrutan Pekerja Kerah Biru
Wawancara eksklusif DailySocial.id bersama Co-Founder & CEO Pintarnya Nelly Nurmalasari
Pekan lalu, startup pengembang layanan job marketplace Pintarnya mengumumkan pendanaan awal $6,3 juta atau setara 93 miliar Rupiah. Angka yang relatif besar untuk sebuah pendanaan awal, terlebih bisnis yang baru meluncur Mei 2022 tersebut juga bermain di area yang sudah riuh dengan pemain lainnya --- baik dari dalam atau luar negeri.
Namun demikian, Nelly Nurmalasari (Co-Founder & CEO) punya hipotesis yang cukup kuat, menegaskan bahwa potensi pasar platform pencari kerja di Indonesia masih besar. Banyak sekali permasalahan yang belum bisa terselesaikan dari inovasi yang ada sebelumnya, terlebih yang menyasar pekerja kerah biru (blue collar).
“Dengan nama Pintarnya, kami ingin mengkomunikasikan komitmen kami untuk selalu memberikan cara yang lebih pintar dalam membantu pengguna melalui solusi digital yang kami tawarkan. Selain itu, ‘Pintarnya’ adalah umbrella brand yang versatile untuk beragam solusi yang akan kami luncurkan sebagai super app untuk pekerja kerah biru,” cerita Nelly saat wawancara bersama DailySocial.id.
Permasalahan yang ingin diselesaikan
Nelly bersama dua co-founder lainnya, yakni Ghirish Pokardas dan Henry Hendrawan, sejak awal memang tertarik untuk mendalami permasalahan perekrutan ini. Kendati demikian, dalam memvalidasi idenya, ketika mereka menceritakan visi dan misi Pintarnya, terdapat beberapa rekanan yang berpendapat ruang lingkup masalah yang dipilih terlalu rumit untuk ditangani. Namun demikian, mereka percaya bahwa lebih penting memilih ruang lingkup permasalahan yang valid dan luas, karena mengindikasikan lebih banyak peluang isu untuk dieksplorasi dan ditangani.
“Maka itu, akhir tahun lalu kami memutuskan untuk mulai bereksperimen ringan (tanpa produk digital, layanan kami tawarkan via Telegram). Setelah menjaring sekitar 14 ribu pengguna dan memvalidasi pain points mereka, kami yakin bahwa Pintarnya memilih isu yang real dan penting bagi kebanyakan pekerja di Indonesia,” imbuh Nelly.
Lebih jelas dijabarkan, pain points bagi perekrut atau pemberi kerja kerah biru cukup konsisten dirasakan berbagai perusahaan termasuk Traveloka yang menjadi tempat berkarier Nelly dan Henry kala itu; ketika tim mereka butuh merekrut tim operasional. Namun, Nelly sendiri merasa lebih dekat mengalami hal ini dalam bisnis sampingan salon rumahan yang dimiliki – ketika menginginkan pegawai baru, maka harus ia memasang iklan pekerjaan, melakukan penyaringan, dan perekrutan pegawai secara langsung sebagai pemilik bisnis.
“Permasalahan ini ada di dua sisi, baik pencari kerja maupun pemberi kerja. Proses supply-demand matching untuk pekerja kerah biru masih belum berlangsung secara efektif,” jelas Nelly.
Di sudut pandang pencari kerja, proses mencari lowongan kerja tidak mudah dan sangat fragmented --- banyak dari mereka mencari lewat media sosial maupun terbatas pada rekomendasi dari kenalan mereka. Para pencari kerja juga banyak yang tertipu ketika melamar pada loker palsu yang dipasang online (di situs job marketplace yang tidak memiliki mekanisme kurasi ketat). Selain itu, mereka sering merasa ‘di-ghosting’ oleh HRD atau tim yang merekrut. Setelah melamar, tidak mendengar kabar apa pun, bagaimana status lamarannya.
Sementara itu bagi pemberi kerja, terdapat perbedaan antara usaha yang baru dirintis dengan yang sudah lebih besar, terlebih terkenal. Untuk usaha yang sudah lebih mature, mendapatkan volume lamaran bukan suatu masalah. Setelah memasarkan lowongan kerja di beberapa tempat, biasanya mereka mendapatkan banyak lamaran.
Namun, tidak mudah menyaring pelamar yang sebenarnya memenuhi kualifikasi yang diminta; terlebih mengurutkan mereka. Perekrut juga hanya dapat mengandalkan kejujuran pelamar dalam mengevaluasi mereka, tidak ada cara memverifikasi secara mudah. Lalu, ini semua dilakukan lintas berbagai platform – tidak mudah bagi perekrut. Bahkan, sering kali pencari kerja mencurigai perekrut yang menghubungi langsung lewat Whatsapp/telepon sebagai penipuan karena calon pekerja ini tidak mengingat semua lamaran yang dikirimkan.
Cara kerja platform Pintarnya
Pada fase awalnya, Pintarnya mulai dengan memberikan layanan job marketplace. Tujuannya membantu pekerja kerah biru untuk mencari kerja dengan mengumpulkan berbagai penawaran yang lengkap dari berbagai jenis usaha. Untuk memastikan platform tersebut memiliki cakupan yang luas, Pintarnya juga terus meningkatkan kemitraan dengan berbagai perusahaan di Indonesia. Seperti bisnis marketplace lainnya, potensi revenue di model bisnis ini terdapat pada kedua belah pihak: pencari dan pemberi kerja --- kendati tidak Nelly ceritakan secara detail.
Terkait cara kerja platformnya, di sisi pengguna Pintarnya menawarkan pelayanan pencarian kerja dari ujung ke ujung. Pengguna terdaftar dapat menggunakan layanan pembuatan CV di platform Pintarnya, kemudian akan mendapatkan rekomendasi atau mencari berbagai lowongan kerja yang sesuai dengan preferensi yang mereka pilih ketika registrasi.
Lowongan kerja yang aman dan terverifikasi di beri tanda dengan perisai hijau. Setelah pengguna mengajukan lamaran pekerjaan, mereka dapat memantau status lamaran mereka sehingga tidak lagi di-ghosting perekrut.
“Selain proses inti pelamaran kerja, kami juga menawarkan berbagai macam Layanan Pintarnya seperti cek gaji, persiapan tes tertulis seperti psikotes dan bahasa Inggris, persiapan wawancara, maupun kalkulator gaji bersih,” tambah Nelly.
Dari sisi perekrut/pemberi kerja, Paintarnya terlebih dulu memverifikasi usaha yang didaftarkan sebelum menayangkan loker di Pintarnya. Mereka juga melakukan kurasi tes penyaringan kandidat sesuai persyaratan minimum lamaran kerja, sehingga dapat memberikan daftar kandidat yang tersaring, bahkan dengan urutan rekomendasi. Pintarnya juga memfasilitasi penjadwalan wawancara untuk kandidat terpilih dari perekrut.
“Selain ini, kami juga tengah mengeksplorasi berbagai layanan lain yang dibutuhkan perekrut bukan hanya ketika mencari pekerja tetapi juga pada tahap akhir pemilihan karyawan maupun onboarding pekerja.”
Menjembatani inklusi keuangan
Tidak dimungkiri, layanan job marketplace saat ini memang banyak ditemui di pasaran. Pun demikian yang melayani pekerja kerah biru. Dari startup lokal sendiri ada beberapa, seperti Lumina, Sampingan, MyRobin, AdaKerja, dan lain sebagainya. Untuk itu penting bagi pemain baru memiliki proposisi nilai yang kuat, sehingga layanannya mampu dilirik oleh pangsa pasar.
“Value proposition kami bagi pekerja kerah biru adalah cari kerja dengan lebih mudah, aman, dan cepat. Sedangkan, bagi perekrut adalah cari pekerja dengan lebih mudah, aman, dan cepat,” tegas Nelly.
Ia mengatakan, Pintarnya akan terus mengembangkan inovasi berbagai fitur dengan tema tersebut. Contohnya, pencari kerja di situs dan aplikasi bisa langsung dibuatkan Kartu CV (CV versi sederhana) ketika registrasi sehingga mereka dapat langsung melamar kerja tanpa repot dan secara aman dari berbagai pilihan lowongan pekerjaan yang
Perekrut juga tidak hanya lebih mudah untuk memasarkan lowongan kerja, melainkan mudah dalam menyaring dan mengevaluasi kecocokan kandidat dari spesifikasi kebutuhan yang dipasarkan. Sehingga, perekrut bisa mengisi lowongan dengan lebih cepat. Pintarnya juga akan memberikan beberapa layanan lanjutan seperti verifikasi kandidat, sehingga perekrut juga merasa aman mempekerjakan pegawainya.
Selain itu, Pintarnya juga hendak menginisiasi produk fintech yang terhubung dengan platformnya. Kendati secara roadmap produk belum bisa dibeberkan, namun nantinya unit layanan ini akan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup pekerja kerah biru, khususnya dalam kaitannya dengan manajemen finansial.
“Topik finansial bisa menjadi permasalahan yang menjerumuskan pekerja dalam hal yang kurang baik, namun juga dapat menjadi motivasi yang efektif dalam peningkatan kinerja mereka. Maka itu, kami berkomitmen sebagai salah satu misi kami untuk memberikan akses produk finansial yang lebih baik bagi pengguna kami. Untuk roadmap lini fintech, kami belum bisa menceritakan lebih banyak pada saat ini. Namun ini adalah misi yang sangat penting, sehingga kami berencana untuk segera mengeksekusinya,” jelas Nelly.
Untuk realisasi produk fintech tersebut, Pintarnya akan bermitra dengan penyelenggara layanan keuangan digital tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk efisiensi dalam memberikan pelayanan kepada target pengguna dengan lebih cepat.
“Misi kami yang kedua adalah membantu pengguna kami agar lebih dapat dipekerjakan. Cakupan misi ini cukup luas, namun awal perjalanan kami akan fokus pada pembangunan fitur-fitur yang membantu pekerja kerah biru dalam meng-highlight profil, kualifikasi dan keahlian dirinya sehingga lebih menarik bagi perekrut untuk dipekerjakan. Berikutnya, kami juga tertarik untuk mengeksplorasi beberapa layanan untuk meningkatkan kualifikasi pekerja melalui program kemitraan dengan pemain edutech di Indonesia,” tutup Nelly menceritakan rencana panjang selanjutnya.
Sign up for our
newsletter