Platform P2P Lending Crowdo Luncurkan Aplikasi Khusus Investor "Crowdo Connect"
Tersedia di 140 negara, UKM Indonesia berpotensi mendapatkan pendanaan dari komunitas investor global
Platform P2P Lending asal Singapura Crowdo meresmikan aplikasi khusus investor (pemberi pinjaman) dinamai Crowdo Connect. Aplikasi ini diharapkan dapat memudahkan investor dalam mengatur portofolio investasi dan informasi penting lainnya mengenai UKM yang akan mereka investasi mulai dari rating, bunga, tenor, hingga profil UKM itu sendiri.
Tak hanya itu, aplikasi ini juga menjadi visi Crowdo yang ingin menghubungkan UMK Indonesia dengan investor dari berbagai belahan negara. Dari segi jumlah investor, saat ini Crowdo sudah menghimpun lebih dari 30 ribu anggota yang tersebar di 70 negara. Untuk sementara, Crowdo Connect baru tersedia untuk pengguna Android.
"Alasan kami meluncurkan aplikasi ini karena permintaan tinggi dari para investor. Maka dari itu, kami men-desain aplikasi ini sesuai kebutuhan mereka, investor dapat langsung melakukan investasi dalam aplikasi dan mengatur portofolionya," terang General Manager Crowdo Indonesia Cally Alexandra, Selasa (28/2).
Lewat peluncuran ini, Crowdo Indonesia menargetkan pertumbuhan bisnis yang lebih ambisius untuk tahun ini. Crowdo menargetkan total pinjaman tersalurkan bisa tembus di kisaran Rp200 miliar hingga Rp300 miliar. Target rerata pinjaman pun juga naik menjadi Rp1 miliar hingga Rp2 miliar.
Angka ini tumbuh lebih pesat dibandingkan pencapaian Crowdo Indonesia di tahun sebelumnya. Total pinjaman tersalurkan masih di bawah Rp200 miliar, dengan rincian total UKM yang berhasil didanai sekitar 1.200 UKM dan besaran rerata pinjaman per UKM sebesar Rp200 juta.
"Kami targetkan pada tahun ini bisa menyalurkan pinjaman sekitar Rp200 miliar hingga Rp300 miliar."
Secara resmi, Crowdo pertama kali diluncurkan di Singapura sejak 2012. Mereka lalu berekspansi ke Malaysia tiga tahun kemudian dan akhirnya meresmikan bisnis di Indonesia tahun lalu.
Fokus model bisnis Crowdo di Indonesia berbeda dengan dua negara lainnya. Di Indonesia, Crowdo hanya fokus menjalankan bisnis P2P lending. Sementara di Malaysia dan Singapura, Crowdo memiliki dua fokus bisnis yakni P2P lending dan equity crowdfunding.
Saat ditanya mengenai kemungkinan Crowdo untuk mengembangkan bisnis equity crowdfunding di Indonesia, Cally hanya mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih fokus untuk mengembangkan bisnis P2P lending, mengingat potensi UKM yang belum terjamah layanan bank masih sangat besar.
Model bisnis Crowdo di Indonesia
Untuk mengajukan pinjaman dana (atau berinvestasi) di platform, pengguna hanya membutuhkan tiga langkah proses. Untuk memastikan keamanan proses, Crowdo menerapkan pendekatan berdasarkan empat pilar sebagai credit scoring. Mulai dari traditional parameter, big data, social media data, dan psychometric test.
Teknologi ini membuat proses pembiayaan dan investasi secara end-to-end jadi lebih efisien, transparan, dan cerdas. Jenis agunan yang dibutuhkan untuk setiap proses pengajuan adalah emas, mobil, invoice, dan kontrak.
Maksimal pinjaman yang bisa diajukan peminjam adalah Rp2 miliar, adapun kisaran bunga yang ditawarkan mulai dari 10% hingga 40% per tahun. Sedangkan, besaran dana minimal yang bisa diinvestasikan oleh investor adalah Rp1 juta.
Crowdo hanya mengambil admin fee untuk setiap pengajuan pinjaman yang berhasil dipenuhi investor, besarnya adalah 3% dari total pinjaman.
"Kami hanya akan ambil admin fee dari setiap pinjaman yang berhasil dipenuhi investor, bila tidak kami tidak akan charge mereka," pungkas Cally.
Sign up for our
newsletter