Rakuten Perluas Layanan E-Commerce Hingga Wamena Papua
Perusahaan internet dan e-commerce asal Jepang, Rakuten belum lama ini dikabarkan akan berencana melebarkan sayap bisnisnya hingga tanah Papua. Melalui layanan Rakuten Belanja Online (RBO) yang diluncurkan pertama kali pada 2011 silam, kini masyarakat di Wamena, Papua dapat menikmati distribusi produk dengan harga yang terjangkau sekaligus memperluas jangkauan bisnis mereka melalui ekosistem e-commerce.
Dikutip dari MetroTV News, pada tahap awal, Rakuten berencana untuk menggandeng mitra dengan jumlah yang tidak begitu besar, atau dalam arti kata lain, Rakuten masih menjalankan project ini dengan skala kecil. “Untuk tahap pertama mungkin tidak sampai 10 merchant,” ujar Ryota Inaba, Presiden Direktur Rakuten Belanja Online.
Ia menambahkan, dalam program yang diberi nama “Project Hope” ini diharapkan dapat membantu masyarakat Papua yang sejak dahulu mengalami kesulitan dalam pendistribusian produk dan tingginya biaya belanja kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, dalam proyek ini RBO berkomitmen dalam mewujudkan fasilitas belanja murah dan mudah lewat Project Hope ini. Dilansir oleh Berita Satu, Ryo Inaba mengatakan, "Atas dasar keinginan untuk melayani masyarakat dan memberi sumbangsih yang berarti bagi Indonesia, kami akan membantu daerah Wamena untuk berkembang melalui online shopping," paparnya.
Dari keterangan Ryo tersebut, bisa disimpulkan bahwa Rakuten berencana untuk membangun sebuah ekosistem e-commerce terpadu di provinsi yang terletak di bagian paling timur wilayah NKRI tersebut. Pihaknya yakin melalui sebuah ekosistem e-commerce, permasalahan yang telah “menjangkit” masyarakat Papua sejak lama perihal harga kebutuhan yang melambung tinggi, belum lagi keterbatasan distribusi karena terpaut faktor geografis dapat terpecahkan atau setidaknya diminimalisir.
Fakta yang ada, di Papua sendiri memiliki masalah akan tingginya harga-harga kebutuhan hidup yang dibutuhkan oleh masyarakat Papua sehari-hari. Misalnya saja, produk mi instan yang normalnya di pulau Jawa berkisar seharga Rp.3.000-an, di Papua sendiri bisa melonjak hingga berkisar Rp.8000 lebih atau kenaikannya mencapai lebih dari 100%. Belum lagi pendistribusiannya yang sering terlambat atau tidak merata akibat wilayah geografis yang tak mudah untuk dijangkau. Melihat itu, Rakuten segera menggagas Project Hope sebagai salah satu solusi menanggulangi masalah tersebut.
Selain itu, perusahaan internet yang berbasis di Tokyo tersebut juga menilai Papua memiliki segudang komoditas dagang yang sangat menguntungkan bagi negara dan juga tentu bagi rakyatnya sendiri. Dikenal sebagai wilayah yang subur, Papua terdeteksi sejak lama memiliki komoditas Kopi yang tentu diminati oleh pasar internasional, belum lagi Papua juga memiliki komoditi lain yang tak kalah menarik seperti Batik Papua, baju adat Koteka, dan lain sebagainya yang sayangnya hingga saat ini pemasarannya belum dijalankan secara optimal karena berbagai keterbatasan.
Dengan merancang sebuah layanan e-commerce di Wamena, tentu dapat mendatangkan sistem pemasaran yang optimal dikarenakan layanan e-commerce dikenal memiliki akses yang tak terbatas hingga seluruh penjuru dunia. Apalagi dengan nama Rakuten yang dikenal sebagai salah satu perusahaan e-commerce tersukses diseluruh dunia, tentu diharapkan dalam project ini, kesejahteraan masyarakat Wamena Papua dapat meningkat secara siginifikan.
Dalam hal pendistribusian, Rakuten juga secara resmi melakukan kerjasama dengan pihak perusahaan logistik Caraka Group untuk melayani pendistribusian dan pengriman produk ke wilayah Wamena Papua secara optimal. Setelah semuanya disiapkan secara matang, berbicara mengenai e-commerce rasanya kurang lengkap jika tak menelisik sistem pembayaran yang diberlakukan oleh Rakuten dalam memberikan layanan terbaiknya pada masyarakat Papua. Dikutip dari Tempo, Rakuten secara inisiatif membuka berbagai layanan sistem pembayaran mulai dari kartu kredit, transfer antar rekening, Cash On Delivery (COD), dan yang terbaru kini Rakuten melayani pembayaran via salah satu bank swasta yang dikenal masyarakat luas.
[ilustrasi foto dari Shutterstock]
Sign up for our
newsletter