1. Startup

Riset ValuePenguin: Indonesia Kurang Ramah untuk Bangun Startup

Meski demikian tetap berpotensi karena tarif pajak ringan, biaya hidup relatif rendah, dan UMR terjangkau

Meski Indonesia digadang-gadang pemerintah akan menjadi negara ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara pada 2020 mendatang, namun menurut riset yang dipaparkan lembaga ValuePenguin, Indonesia saat ini dinilai sebagai negara yang kurang ramah se-Asia Pasifik untuk mendirikan startup.

Pernyataannya tersebut dilandasi beberapa hal, ValuePenguin melakukan benchmarking ke 12 negara di kawasan Asia Pasifik dengan membuat 18 indikator perekonomian, seperti pertumbuhan PDB, biaya hidup, pajak, akses dan biaya pembiayaan. Kemudian mengklasifikasikan ke dalam empat kategori, yakni kesehatan ekonomi, biaya melakukan bisnis, iklim bisnis dan kualitas angkatan kerja.

Dari 12 negara yang diteliti, Indonesia menempati posisi empat besar terbawah. Setelah Indonesia, diikuti oleh negara lainnya Thailand, Filipina, dan Vietnam. Sementara posisi teratas ditempati secara berurutan oleh Singapura, Hong Kong, Jepang, Taiwan, dan Malaysia. Kemudian diikuti, Korea Selatan, Tiongkok, dan India.

Metodologi penelitian

Dalam menghitung composite index untuk masing-masing kategori di tiap negara, ValuePenguin melihat dari kompilasi data yang dikumpulkan dari berbagai referensi. Untuk kesehatan ekonomi, dilihat dari PDB per kapita, tingkat pengangguran, dan proporsi orang dewasa dengan rekening bank.

Sedangkan untuk biaya bisnis dilihat dari pertimbangan terkait operasi bisnis, biaya pinjaman kredit, tarif pajak, dan biaya upah. Adapun composite index untuk iklim bisnis merangkum beberapa faktor, mulai dari kepercayaan bisnis terhadap institusi publik, pengembangan teknologi dan ketersediaan dana.

Kualitas tenaga kerja juga turut diperhatikan, meski metrik ini terlihat subjektif. Namun tingkat pendidikan dapat memberi proxy untuk kekuatan tenaga kerja.

"Dalam studi ini kami mempertimbangkan tingkat pencapaian pendudukan menengah dan tersier. Singapura, Korea, dan Jepang memiliki populasi dewasa yang sangat terdidik. Ini menjadi pertanda baik bagi para pemula yang ingin memulai usaha di negara-negara tersebut," terang laporan ValuePenguin dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Hasil riset untuk Indonesia

Dari keseluruhan klasifikasi, kesehatan ekonomi Indonesia menempati posisi ke 10, biaya melakukan bisnis di posisi ke-3, iklim bisnis di posisi ke-9, dan kualitas angkatan kerja di posisi ke-8. Hal demikian terjadi karena rendahnya tingkat PDB per kapita sebesar US3.750, tingkat pengangguran yang tinggi (5,5%), dan suku bunga yang tinggi (kupon obligasi pemerintah untuk 10 tahun sebesar 6,4%).

"Ditambah lagi, Indonesia bisa menjadi tempat yang sulit untuk startup teknologi karena hanya 25,4% penduduknya yang memiliki akses ke internet."

Kendati demikian, Indonesia tetap menjadi prospek yang baik untuk pengembangan startup teknologi karena faktor-faktor pendukung seperti rendahnya tarif pajak untuk perusahaan lokal (pengurangan pajak 50% untuk pendapatan kena pajak Rp50 miliar). Ditambah biaya hidup yang lebih rendah dibandingkan negara Asia Pasifik lainnya dan harapan gaji yang lebih rendah untuk lulusan baru-baru ini.

Perbandingan dengan Singapura

ValuePenguin menerangkan Singapura dinilai oleh Bank Dunia sebagai negara terbaik kedua melakukan bisnis secara global. Negara kecil tersebut adalah negara kaya dengan PDB per kapita sebesar US$52.962, tingkat pengangguran rendah (2,15%), dan akses internet yang baik (81%).

Kendati dinobatkan juga sebagai negara dengan biaya hidup tertinggi dan negara yang mahal untuk menjalankan bisnis, akan tetapi pemerintah Singapura memberikan insentif pajak untuk para pemula mencakup 75% dari jumlah S$100 ribu yang pertama dan 50% dari S$100 ribu untuk tahun berikutnya dari total wajib pajak sebesar 17% dari total pendapatan. Tentu saja, insentif ini membuat Singapura secara signifikan lebih murah untuk memulai bisnis.

Di sisi lain, Singapura juga didukung oleh tingkat pendidikan tertinggi di Asia (42% orang dewasa yang bekerja memiliki pendidikan pasca sekolah menengah ke atas). Salah satu startup yang lahir dari Singapura dan menjadi contoh sukses adalah Garena (kini bernama Sea).

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again