Menkominfo Kembali Terjebak Paradigma Lama Blokir Konten Pornografi
Peralihan kursi Kementrian Komunikasi dan Informatika di Indonesia dianggap memberikan sentimen positif bagi seluruh pemegang kepentingan industri ini. Rudiantara didapuk menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika menggantikan Tifatul Sembiring dengan harapan dapat menggodok regulasi yang menjadi penopang kebijakan teknologi tanah air agar lebih baik lagi. Setelah pernyataannya siap kembali memerangi seluruh konten pornografi di Internet, penggiat IT di tanah air kembali merasakan sensasi konservatif dari pemerintahan lama yang telah terbukti kurang berhasil.
Menjabat sejak bulan Oktober lalu, Rudiantara awalnya menjanjikan untuk membuka blokir akses pada situs konten video Vimeo yang telah lama menjadi polemik perihal pornografi tersebut. Perlu diketahui bahwa pembebasan akses tersebut mengandung satu syarat bagi pihak Vimeo untuk menyediakan filter khusus pornografi secara teknis di situsnya. Pendekatan tersebut nyatanya cukup diterima dengan baik oleh masyarakat.
Sayangnya berdasarkan pemberitaan The Jakarta Globe kemarin (15/12), Rudiantara mengemukakan sumpahnya untuk kembali melakukan pemblokiran seluruh konten porno yang ada di Internet, melanjutkan apa yang pernah Tifatul Sembiring upayakan meskipun dianggap tidak tepat guna.
Dengan landasan logika yang samar-samar namun serupa seperti pendahulunya, Rudiantara mengatakan bahwa kampanye Internet Sehat merupakan langkah pencegahan dari perilaku pelecehan seksual yang mungkin terjadi pada anak di bawah umur. Langkah yang sejatinya bisa dimulai dari lingkup keluarga sebagai sarana utama pembentukan karakter seorang anak.
Internet dapat dianalogikan seperti sebuah mall di mana seluruh orang bisa beraktivitas dan mendapatkan apapun yang mereka cari di sana. Ketika ada seseorang berjalan tanpa busana dan menggangu kenyamanan, alangkah baiknya kita sebagai pengunjung dan pihak berwenang untuk saling bekerja sama menertibkan orang-orang tersebut, bukan memboikot mall-nya.
Filtering yang diminta Rudiantara ke pihak Vimeo mungkin bisa menjadi solusi sementara saat ini. Celakanya, ternyata tidak sedikit situs lain turut terblokir oleh pemerintah yang bahkan tidak tepat guna dalam implementasinya. Nyaris mustahil bagi Rudiantara untuk meminta fitur filtering ke tiap-tiap situs yang terblokir. Mungkin menyadari hal tersebut, pihaknya mengambil jalan pintas dengan memblokir keseluruhan layanannya saja.
“Jika ada keyword yang mengandung sedikit saja unsur pornografi, maka mesin pencari akan menutup secara otomatis,” ucap Menkominfo Rudiantara, dikutip dari Tempo. Meskipun begitu, beliau tidak menjabarkan lebih jelas bagaimana pemerintah mampu memaksa mesin pencari seperti Google untuk menutup situs tersebut.
Perihal pembatasan pornografi memang bukan perkara mudah, namun bukan berarti tidak mungkin, meskipun kenyataannya memblokir situs-situs Internet bukanlah cara yang efektif. Apapun yang coba diupayakan oleh pemerintah saat ini hanya mempersulit masyarakat mengakses banyak informasi berguna, tanpa benar-benar berhasil memblokir konten pornografi.
Sign up for our
newsletter