1. Startup

Rumah Banjar Fasilitasi Pembelajaran Jarak Jauh di Banjarmasin

Termotivasi kurang bersemangatnya siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah, mencoba memberikan tambahan pembelajaran secara interaktif

Berdiri di bawah bendera KamiKamu, Rumah Banjar memfasilitasi pembelajaran interaktif jarak jauh sejak tahun 2013, khususnya di daerah seputaran Banjarmasin, Kalimantan Selatan. DailySocial berkesempatan mewawancarai pendiri Rumah Banjar Nikko P. Putra tentang aktivitas layanan dan kendala yang dihadapinya sebagai startup.

Nikko menjelaskan Rumah Banjar merupakan akronim dari Bahasa Banjar, yakni Ruang Maya Hagan Bahan Balajar, yang berarti Ruang Maya untuk Bahan Belajar. Hal ini sesuai dengan tujuan utamanya, yakni menjadi portal e-learning untuk bahan belajar.

Proses pembelajaran dapat dilakukan melalui situs dan aplikasi mobile untuk platform Android.

Latar belakang dan model bisnis

Kurangnya semangat belajar para siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah, memotivasi Nikko membuat portal Rumah Banjar. Nikko melihat potensi dan kemampuan  tenaga pengajar, baik guru sekolah maupun yang bukan guru, untuk membuat media pembelajaran yang menarik serta interaktif sangat tinggi. Sejauh ini, media yang dapat menampung belum ada.

Alasan itu yang membuat Nikko mendirikan Rumah Banjar agar pelajar dapat belajar dengan menyenangkan lewat karya-karya interaktif yang dibuat oleh para pengajar tanpa terbatas ruang dan waktu.

Rumah Banjar mulai dibangun pada akhir 2012 dan mulai aktif  digunakan pada Mei 2013. Seiring dengan perkembangan startup di Indonesia, Nikko menyadari adanya peluang untuk  memberikan reward kepada pengajar atas karya terbaiknya. Rumah Banjar mencoba menerapkan model bisnis yang menjembatani antara para pengajar dengan pihak ketiga yang ingin mendukung karya interaktif melalui media periklanan.

Rumah Banjar sendiri tidak mengambil fee dari besaran yang diterima para pengajar tersebut. Pendapatan Rumah Banjar diperoleh dari sektor lain, seperti traffic dan undangan pelatihan yang kadang diinisiasi oleh  ekolah atau komunitas pengajar. Pengguna utama, yaitu pelajar (baik murid sekolah, maupun pelajar home schooling), dapat mengakses media pembelajaran tersebut dengan gratis.

Kendala

Kendala di lapangan adalah para pengajar yang tidak semua melek teknologi, entah itu karena tidak memadainya infrastruktur di daerah, maupun dari segi kemampuan teknis. Nikko dan tim harus sering bergerak  secara offline untuk mengajarkan cara perancangan media pembelajaran  interaktif secara mudah dan sedikit memotivasi soal peluang para pengajar menghasilkan pendapatan dari  kreasi mereka.

“Tak jarang pula kami menerima media pembelajaran dari pengajar secara offline, dibandingkan mengunduhnya langsung secara online,” jelas Nikko.

Solusi alternatif yang dihadirkan Nikko adalah memanfaatkan intranet dan melalui DVD portal e-Learning Rumah Banjar yang didistribusikan ke sekolah-sekolah di Banjarmasin. Saat ini, Nikko masih mengelola Rumah Banjar secara swadana (bootstrap) karena belum mendapat pendanaan dari pihak ketiga. Rumah Banjar mencakup seluruh wilayah di Kalsel dan Indonesia lainnya dengan memanfaatkan internet.

“Saat ini promosi offline kami masih dilakukan di wilayah Kalsel. Dan pengajar juga berasal dari Kalsel yang beberapa di antaranya telah  mengikuti pelatihan yang kami selenggarakan,” jelasnya.

Ke depan, Nikko berharap Rumah Banjar dapat memiliki infrastruktur untuk menunjang kinerja yang lebih luas dengan pelayanan yang lebih baik. Nikko dan tim  juga ingin meningkatkan kemampuan para pengajar agar dapat merancang game edukasi mereka sendiri sehingga media pembelajaran  dapat dikreasikan jauh lebih menarik dan menyenangkan.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again