Ryan Gondokusumo Dan Kisah di Balik Fundraising Sribu
Layanan crowdsourcing desain Sribu, awal Februari lalu mendapatkan pendanaan seri A dari investor Infoteria Jepang. Sebelumnya, startup yang menempatkan diri sebagai penghubung bagi creative designer dengan klien melalui sebuah kontes desain ini juga telah mendapatkan pendanaan dari East Venture. Kepada DailySocial, Ryan Gondokusumo, berbagi kisah di balik kesuksesan yang layak didengar, karena sebelum mendapat pendanaan-pendanaan ini, tim founder Sribu sudah melakukan pitching paling tidak kepada sekitar 30 investor!
Alasan Sribu Membutuhkan Pendanaan Ryan menceritakan, bahkan tidak jauh setelah mendapatkan seed funding dari East Ventures, Sribu sudah berencana untuk fundraising kembali. Alasan yang melatarbelakangi ada beberapa: Pertama, Sribu adalah pioneer untuk website crowdsourcing contest di Asia Tenggara. “Sebagai pioneer risikonya sangat besar, sebab belum ada contoh kasus bisnis modelnya bisa berjalan atau tidak untuk market di Asia.”
Ketidakpastian plus keterbatasan pengetahuan mengenai website bisnis juga menjadi kendala yang harus diatasi oleh tim founder Sribu. “Awalnya kami harus banyak melakukan eksperimen dari segi pembuatan produk, marketing dan juga hiring. Dan tentunya ini perlu funding,” kenang Ryan mengutarakan sedikit kisah saat memulai bisnis ini.
Kemudian setelah semua eksperimen terlihat mulai membuahkan hasil, Sribu memutuskan fokus kepada pertumbuhan. “Untuk meningkatkan growth, kami harus ada funding untuk di-spend juga. Selain kedua hal tersebut, tentunya kami juga harus reserve kemungkinan apabila kami harus pivot ke bisnis model yang lain. Jadi dari awal kami tahu bahwa kami harus siap untuk raise funding lagi.”
Cara Menemukan Investor Sribu, yang merupakan pemenang SparxUp 2011, mendapatkan investasi pertamanya melalui sebuah acara pitching di East Ventures Night 2012. “Setelah beberapa kali berdiskusi, dari kedua pihak merasa cocok, maka kami langsung deal,” cerita Ryan.
Sedangkan pendanaan seri A dari Infoteria, Ryan dikenalkan oleh salah satu VC dari Jepang sekitar November 2013 ketika acara Startupasia di Jakarta. “Sekali lagi pada saat pertama kali ketemu, kedua pihak merasa ada kesamaan dan kecocokan. Saya share ke Infoteria visi Sribu ke depannya dan juga growth kami sampai saat ini. Setelah itu dilanjutkan dengan intensif due dilligence sampai akhirnya closing.”
Alasan Memilih Investor Asing Dua investasi yang diterima Sribu, berasal dari luar negeri, Ryan pun mengungkapkan alasannya, melalui pengalamannya ia berpendapat, “investor asing lebih mengerti how internet startup works. Internet startup sangat berbeda dengan brick and mortar business. Internet startup fokus di growth sementara brick and mortar business fokus kepada efisiensi dan bagaimana bottom line dapat positif.”
Lebih lanjut Ryan menerangkan ketika fokus di growth, funding dipakai untuk memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan cepat dan kadang tanpa memperhatikan bottom line. “Dengan growth yang bagus, kita dapat raise fund di round selanjutnya dengan lebih mudah. Investor yang melakukan investasi di internet startup mengharapkan value daripada perusahaan naik dan bukan mengharapkan return dari dividen perusahaan,"jelas Ryan. Selain itu, investor asing juga memiliki banyak network yang memungkinkan atau membuka peluang bagi kolaborasi nantinya.
Kendala Dalam Pendanaan Ceritanya selalu terdengar indah, saat mendapat kucuran dana segar untuk mengembangkan perusahaan. Namun semua itu berjalan bukan tanpa kendala. Ryan mengatakan bahwa investor asing pun berbeda-beda. "Ada yang sangat konservatif, ada yang agresif, ada pula yang hanya tertarik di sektor bisnis tertentu. Tantangannya adalah untuk mengetahui bagaimana mempresentasikan bisnis dan produk dari angle yang diminati setiap investor."
Ia menyarankan untuk mendengarkan pendapat investor terlebih dahulu dan jangan memaksakan rencana sendiri. Dan tentunya setiap pitching yang dilakukan banyak yang tidak membuahkan hasil, "saya sendiri pitching ke 30 investors sebelum akhirnya deal dengan Infoteria."
Selain itu Ryan menuturkan kendala terkait dengan regulasi dalam negeri. Ia mengatakan biasanya startup dari luar negeri yang menerima investasi dari investor asing, dana dapat ditransfer hanya dalam beberapa hari saja. "Namun regulasi di Indonesia berbeda karena ketika perusahaan mendapatkan investasi dari investor asing, banyak dokumen yang harus diurus dan status perusahaan harus berubah jadi PMA (Penanam Modal Asing) dan ini memakan waktu yang cukup lama untuk pengurusannya."
[Ilustrasi foto: Shutterstock]
Sign up for our
newsletter