Tingginya Minat Konsumen Indonesia Pada Media Sosial Mendorong Hadirnya Sirklet
Banyak hal yang membuat penetrasi pengguna internet di Indonesia tahun lalu melonjak mencapai lebih dari 60 juta orang. Harga ponsel yang lebih terjangkau dari perangkat lainnya sebut saja notebook, paket internet hemat yang ditawarkan perusahaan telko, semua itu mendukung penetrasi pengguna internet yang dikabarkan dalam waktu dekat bisa tembus mencapai 82 juta.
Lalu, apa yang dilakukan orang Indonesia dengan internet? Yang paling populer: bermain media sosial. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun lalu, 95 pengguna internet Indonesia pasti mengakses media sosial.
Hingga saat ini pun, media sosial masih menjadi idola bagi pengguna perorangan. Satu orang bisa memiliki banyak akun media sosial, terutama warga kota-kota besar. Facebook, Twitter, Path, dan Instagram telah menjadi jejaring sosial yang paling digemari di sini. Penggunaannya pun beragam, mulai dari sekadar terhubung dengan banyak orang atau teman, hingga berbisnis atau jadi media untuk memasarkan produknya secara gratis.
Dengan penetrasi yang tinggi terhadap jejaring sosial di Indonesia, dan juga terkenal sebagai negara pengguna jejaring sosial teraktif di dunia, tentu saja mendorong pebisnis dalam negeri menelurkan produk jejaring sosial buatan dalam negeri yang mencoba menawarkan sesuatu yang beda dan lebih spesifik tentang layanannya. Sebut saja MindTalk, Pulsk, Negmus, atau jejaring yang menyasar pada satu hobi saja seperti travel LogBook, dan aktivitas pengalaman DapurMasak.
Semuanya mencoba untuk merebut dan menarik hati pengguna dalam negeri untuk menggunakan layanannya. Merebut pasar dalam negeri yang dikuasai oleh pemain asing untuk kategori ini. Salah satu pendatang baru adalah Skydreem, yang bernaung dibawah PT. Inovasi Dunia Kreasi. Layanan ini berdiri sejak pertengahan tahun 2013 lalu oleh Sumarpaung Halim dan merilis produk pertama Sirklet, yaitu aplikasi media sosial berbasis smartphone.
DailySocial berbicara kepada Sumarpung Halim tentang alasannya membuat Sirklet. Menurutnya Sirklet dirancang dengan tiga tujuan pertama sebagai media sosial yang lengkap, kedua sebagai platform untuk aplikasi Skydreem lainnya, dan ketiga berbasis smartphone. Mengapa berbasis smartphone? Karena perkembangan jumlah pemakai smartphone di Indonesia akan lebih cepat dibandingkan dengan PC.
“Kami ingin Sirklet mempunyai fitur unggulan yang lengkap. Untuk itu kami mempelajari fitur-fitur apa saja yang menjadi unggulan dari beberapa aplikasi media social yang populer dan banyak digunakan di Indonesia, seperti messenger, forum, Facebook, Twitter, Path. Sebagai contoh, dari BBM fitur grupnya lah yang paling bagus dan populer. Dari forum adalah sharing berita dan forum jual-beli. Dari Facebook dan Path adalah fitur sharing foto. Fitur unggulan ini biasanya relatif dan bisa berbeda pada tiap negara. Misalnya Path justru jauh lebih popular di Indonesia dibanding di negara asalnya.”Jadi intinya Sirklet berusaha merangkum fitur-fitur unggulan bagi pengguna di Indonesia.
Sedangkan Sirklet sebagai platform bagi aplikasi Skydreem lainnya, dimaksudkan untuk mendukung aplikasi-aplikasi berikutnya, yakni De Singles dan My Shop. “Sebagai ilustrasi, dua aplikasi yang sedang kami kembangkan yaitu Online Dating dan Online Mall akan menggunakan fitur foto album dari Sirklet. Jadi fitur online shopping-nya sendiri tidak berada dalam Sirklet.”
Nantinya pengguna Sirklet yang ingin berjualan dapat bersinergi dengan layanan lain Skydreem yakni My Shop, dan yang ingin mencari pasangan bisa memanfaatkan De Singles. Dengan begitu mungkin Sirklet mencoba untuk menawarkan solusi agar pengguna lain tidak terganggu dengan promosi barang dagangan.
Sistem pendaftarnya juga agak sedikit berbeda, tidak menggunakan alamat email atau pun nomor ponsel, dan dua hal ini juga tidak digunakan sebagai identitas pengguna (user ID). Sirklet mengambil langkah pengamanan dan login melalui PIN yang diberikan kepada pengguna.
“Kami melihat masalah security seperti spam, scam, dan penipuan online, akan menjadi faktor penghambat berkembangnya ekosistem dari media sosial. Faktor utama masalah security tersebut adalah penggunaan [alamat email] atau nomor telpon sebagai user ID pada aplikasi social media. Di negara maju cyber-law berperan aktif dalam mengatasi masalah security ini, tapi di Indonesia masih terkendala oleh berbagai hal.”
Lalu, apakah media sosial asal negeri sendiri ini akan bisa bersaing dengan Facebook, Twitter dan lain-lain? Waktu akan menjawabnya. Yang jelas, sebuah media sosial itu kembali lagi kepada penggunanya. Apakah layanan tersebut menarik digunakan dan benar-benar menjawab kebutuhan mereka. Kalau hanya merangkum segala fitur andalan dalam satu tempat, lalu semua layanan sudah ada dalam sosial media besar akan sulit orang untuk beralih atau mencari alternatif pilihan yang lain.
Sejak drilis pada September 2013, jumlah pengguna Sirklet masih di bawah 10 ribu anggota.
Sign up for our
newsletter