Shopee Berambisi Jadi Pemimpin Mobile Marketplace C2C Indonesia
Mengedepankan pendekatan sebagai platform “social mobile marketplace” e-commerce
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang besar di mata para entrepreneur, lokal maupun luar negeri. Dengan penetrasi mobile yang kian kencang, berbagai peluang bisnis baru pun turut terbuka dan salah satu yang mulai naik ke permukaan adalah mobile e-commerce marketplace. Di sektor ini ada Shopee Indonesia yang berambisi jadi salah satu pemain yang memimpin sektor C2C mobile marketplace di Indonesia.
Shopee mulai masuk ke pasar Indonesia pada akhir bulan Mei 2015, bila merujuk pada halaman Facebook Shopee Indonesia. Namun, menurut keterangan Head and Mobile Business Garena dan CEO Shopee Chris Feng, Shopee baru mulai beroperasi pada akhir Juni 2015 di Indonesia. Meski layanan Shopee sudah dapat digunakan, tetapi saat ini Shopee Indonesia sendiri masih berada dalam fase beta dan belum sepenuhnya meluncur.
Sebagai perpanjangan usaha game publisherGarena, yang berbasis di Singapura, Shopee bisa dikatakan sebagai upaya Garena untuk merambah segmen e-commerce. Saat ini Shopee sendiri sudah tersedia untuk diunduh melalui App Store dan juga Google Play. Sebagai informasi, Garena juga telah melebarkan sayap ke segmen media sosial dan online payment melalui Beetalk dan AirPay.
Melakukan pendekatan sebagai mobile social commerce marketplace
Alasan masuknya Shopee ke Indonesia tak jauh-jauh dari besarnya potensi pasar yang dimiliki dan belum digarap maksimal. Selain itu, tren m-commerce yang mulai berkembang pesat pun menjadi alasan lainnya. Menurut riset Criteo State of Mobile Commerce, Indonesia adalah penyumbang m-commerce dengan persentase terbesar di Asia Tenggara, yang mencapai 34 persen.
Chris mengatakan, “Di sini [Indonesia] UKM sudah banyak, […] kami berpikir bagaimana caranya untuk memberikan kebutuhan [untuk berjualan] mereka dengan baik. [Akhirnya] Kami memutuskan untuk membuat suatu marketplace dengan fokus pada platform mobile yang berkonsep C2C. […] Kami ingin tumbuh bersama mereka [UKM dan penjual individual], daripada menjadi musuh.”
Secara general, Shopee sendiri memposisikan dirinya sebagai mobile social commerce. Pendekatan sosial tersebut dipilih karena Asia Tenggara merupakan kawasan yang gemar bermain media sosial. Bukan rahasia lagi bila Indonesia adalah negara yang paling aktif bermain di ranah media sosial.
Pendekatan Shopee sebagai platform mobile social commerce juga dapat dilihat dari beberapa fitur unggulkan seperti Social Sharing dan Live Chat. Menariknya, jika dibandingkan dengan versi sebelumnya yang telah kami ulas, di versi kali ini ada fitur yang memudahkan penjual untuk import foto dari media sosial Instagram.
Chris menjelaskan bahwa hal ini tak lepas dari masukan dan karakteristik pengguna Indonesia yang merupakan pengguna berat Instagram bila dibanding negara lain. “Pengguna Indonesia, menghabiskan waktu lebih banyak di platform kami dibandingkan negara lain, […] pengguna berat Instagram, dan senang berkomunikasi [melalui live chat],” jelasnya.
Rencana dan fokus ke depan Shopee di Indonesia
Pada dasarnya Shopee memang mengedepankan layanan mobile, tetapi baru-baru ini Shopee juga telah melucurkan layanan Shopee Mall di situsnya. Melalui Shopee Mall, pengguna juga dapat melakukan penelusuran produk layaknya melalui akses aplikasi mobile. Ketika disinggung mengenai hal ini, Chris menjelaskan bahwa hal tersebut tak lepas dari masukan pengguna juga, terutama penjual.
“Shopee Mall hadir karena masukan dari pengguna, khusunya para penjual. Itu [Shopee Mall-red] untuk mengakomodasi para penjual skala besar dalam mengelola barang yang dijualnya. […] Tapi, itu tak akan menjadi fokus utama kami. Kami akan tetap fokus pada platform mobile,” jelasnya.
Meski bukan menjadi fokus utama, namun Chris juga mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk meluncurkan sebuah web tools untuk mempermudah para penjual mengelola barang melalui desktop. Tools terebut pun akan disediakan gratis untuk penjual.
Sebagai informasi, hingga saat ini Shopee belum terlalu fokus untuk memonetisasi layanan mereka. Chris mengungkapkan, bahwa saat ini baik penjual maupun pembeli dapat menggunakan Shopee dengan gratis. Untuk pembayaran, Shopee mendukung bank transfer dan kartu kredit dengan sistem Shopee Guaranteed dan belum ada rencana untuk menambah layanan lain dalam waktu dekat.
Dalam waktu dekat Shopee berencana untuk meluncurkan versi Shopee 2.0 yang dijanjikan akan tampil lebih rapih dari versi sebelumnya. Sedangkan rencana jangka panjang Shopee di Indonesia adalah untuk menjadi salah satu pemain yang memimpin di sektor C2C.
Chris mengatakan, “Shopee hadir di Indonesia untuk turut berpatisipasi [dan tumbuh] dalam ekosistem e-commerce. […] Fokus kami saat ini adalah membangun user-engagement dan membantu bisnis kecil [UKM] tumbuh dan berkelanjutan. [...] Kami ingin menjadi pemain yang memimpin di platform C2C di region ini [Indonesia dan juga Asia Tenggara].”
Saat ini, angka unduhan Shopee telah mencapai lebih dari lima ratus ribu di Google Play. Shopee Indonesia sendiri menyumbang 25-30 persen untuk total pendapatan Shopee di Asia Tenggara saat ini. Selain di Indonesia, Shopee juga telah hadir di Singapura, Malaysia, Thailand, Vietman, Filipina, dan Taiwan.
Sign up for our
newsletter