Sitti Pindah Ke Kantor Baru Dan Dengan Ambisi Untuk Mengalahkan Google Indonesia
Kalau anda suka nge-blog, mungkin anda pernah mendengar nama Sitti. Sitti adalah sebuah startup lokal yang menyediakan layanan di bidang Iklan Kontekstual. Hari ini Sitti mengundang beberapa orang untuk datang di acara housewarming untuk kantor barunya di Jakarta. Sampai sekarang Sitti sudah mempunyai 25 orang punggawa yang mangasuh platform ini, walaupun dengar-dengar katanya semua engineering nya dilakukan di Singapura. Rama, yang kebetulan ikut diundang bilang bahwa mereka kantor mereka yang baru cukup cantik dengan sentuhan seni dan dekorasi etnik.
Sitti sempat mendapat banyak sorotan ketika mereka bilang bahwa mereka akan melawan Google di 'perang iklan kontekstual' dengan menerbitkan data-data statistik yang memberikan bukti-bukti nyata bahwa Sitti bisa mengalahkan Google Adsense di bagian Ad Impression, Click dan juga CTR. Kalau anda membaca tabel perbandingan yang dikeluarkan oleh Sitti, anda pasti akan terkagum-kagum melihat bahwa secara statistik mesin kontekstual iklan bikinan Sitti menang telak melawan mesin Google di dalam mengenali konteks Bahasa Indonesia. Ini artinya, seperti yang dijelaskan Andy Sjarif dari Sitti, ketika satu website yang mempunyai konten berbahasa Indonesia, kemudian dipasangi iklan dari Sitti dan Google AdSense, iklan dari Sitti berhasil menyuguhkan iklan yang lebih relevan dibanding dengan yang disuguhkan oleh Google AdSense. Yang pasti, kalau fakta ini benar, Google tidak akan berdiam diri, dan akan melawan balik.
Kalau anda ingin membaca secara lebih mendalam, anda bisa mengunduh makalah tersebut disini.
Masalahnya sekarang, kalau bicara soal persaingan, semuanya berujung-ujung ke sisi bisnis. Baik Google maupun Sitti, keduanya menyasar para Brand Manager, Online Agency, dan usaha kecil menengah. Dan di arena ini, Google menang dengan banyaknya jumlah penerbit dibawah payung Google AdSense mereka. Semuanya berujung ke pengembangan bisnis itu sendiri, kita bisa menang secara kualitas, tapi kalau secara kuantitas kita tidak bisa berkembang maka pada akhirnya kita akan kalah. Disinilah kekurangan dari Sitti, mereka masih harus berusaha untuk menggandeng penerbit lebih banyak lagi. Ini satu-satunya jalan bagi Sitti untuk memenangkan 'perang lokal' ini. Andi Sjarif sendiri menyatakan keinginannya untuk membawa masyarakat Indonesia (maksudnya bukan dia pribadi atau atas nama Sitti) untuk ikut serta di dalam 'perang' melawan Google ini. Mungkin ini akan memberi ketenaran sejenak untuk Andi, tapi juga ada kemungkinan bahwa ini bisa menjadi titik awal kemenangan Sitti di tingkat lokal.
Di dalam situasi ini pun Sitti tidak sendirian, banyak perusahaan-perusahaan lokal lain yang juga berusaha untuk mengalahkan Google, kebanyakan gagal, tapi ada juga yang berhasil. Ambil saja contoh Baidu di Cina, dengan 80% pangsa pasar mesin perambah dan 63% bagian dari pendapatan total yang didapat dari iklan, Baidu benar-benar membuat Google kewalahan. Satu faktor yang membuat Baidu bisa memimpin pasar Cina adalah adanya dukungan dari pemerintah Cina sendiri. Mereka benar-benar melindungi perusahaan lokal (atau dengan tidak membiarkan perusahaan Amerika mendapat angin di Cina). Padahal kalau dilihat dari segi teknologi, baik Baidu dan maupun Google menyuguhkan iklan yang sama-sama relevan. Tapi perlu diingat bahwa Baidu juga merupakan mesin perambah (sama seperti Google) dengan pengunjung yang berjuta-juta per hari. Sedangkan Sitti masih harus banyak menambah penerbit di jaringan mereka.
Bagaimanapun juga, kami percaya bahwa Sitti punya kans yang besar untuk memenangkan pertandingan ini, walaupun terus-terang kurang optimis. Sitti bisa maju dengan pesat, tapi mungkin akan masih tetap dibawah bayangan Google untuk beberapa tahun ke depan. Pada akhirnya, bisnis tetap bisnis, dan untuk Sitti bisnisnya bagus dan mereka masih bisa memonetisasi contextual Social Media analytic engine mereka.
Catatan: Artikel ini disadur dan diterjemahkan dari artikelRama di DailySocial versi Bahasa Inggris.
Sign up for our
newsletter