14 March 2016

by Bambang Winarso

Incar Ahli Wearable, Snapchat Bersiap Bikin Kacamata Pintar?

Dugaan ini menguat disebabkan incatan Snapchat adalah orang-orang yang ahli di bidang hardware, bukan software.

Snapchat dikabarkan sedang membidik sasaran baru. Berdasarkan lowongan pekerjaan yang diterbitkan oleh perusahaan, Snapchat tampaknya sedang menyusun tim yang bakal mengemban tugas mengembangkan perangkat perangkat wearable berupa smartglass atau kacamata pintar. Dalam terbitannya itu, terpampang jelas bahwa Snapchat tidak sedang mencari orang-orang dengan latar belakang piranti lunak, melainkan ahli di piranti keras. Mengindikasikan perusahaan lebih memilih membuat sendiri perangkat wearable ketimbang mengembangkan aplikasi untuk perangkat tersebut.

Geliat Snapchat untuk mengembangkan perangkat wearable sebenarnya bukan hanya dipicu oleh perekrutan kali ini saja. Perekrutan sebelumnya telah menguatkan indikasi ke arah itu. Nama pertama adalah Mark Dixon, mantan rekrutan Microsoft untuk headset HoloLens. Sekarang ia menjabat sebagai salah satu anggota tim di Snapchat. Kemudian Eitan Pilipski yang bergabung Januari lalu, ia merupakan salah satu pentolan Vuforia, sebuah tim Qualcomm yang juga fokus ke pengembangan augmented reality atau AR di smartglass dan smartphone.

Sekarang, Snapchat sedang mencari tambahan pekerja di bagian “3D Computer Vision Engineer” yang berkaitan erat dengan penglihatan komputer. Orang yang dianggap memenuhi kriteria akan ditempatkan di bawah divisi Snap Lab. Staff tersebut akan bergabung dengan “Mobile Prototype Designer” yang juga akan berada di bawa divisi yang sama.

Dua tahun lalu, Snapchat juga membeli sebuah startup bernama Vergence Labs. Startup ini berkiprah di pembuatan kacamata yang dapat merekam apa yang dilihat oleh pemakainya. Lima orang yang berada di Vergence Labs saat ini masih berstatuskan pekerja Snapchat, termasuk sang founder dan dua perancang produk konsumer.

Bila potongan-potongan peristiwa di atas digabungkan, maka sangat mungkin dugaan para pengamat dan Anda adalah benar adanya. Aplikasi yang diklaim punya pengguna aktif 100 juta per harinya ini mungkin beranggapan bahwa bisnis piranti lunak yang mereka geluti riskan dengan berbagai resiko seperti kebosanan, penurunan tren, ancaman pesaing dan lain-lain dalam jangka panjang. Snapchat tampaknya belajar dari Facebook yang pada tahun 2014 lalu membeli Oculus senilai $2 miliar. Dengan nilai valuasi mencapai $16 miliar dan pondasi finansial yang cukup kuat, sangat beralasan jika Snapchat mempersiapkan ekosistem baru demi keberlangsungan hidupnya di masa mendatang.

Sumber berita SlashGear dan gambar header Cnet.