Startup Fintech Nikel Resmi Diakuisisi
Investor yang sebelumnya berpartisipasi dalam putaran pendanan mereka dikabarkan “exit”
Startup pengembang layanan embedded finance untuk sistem pinjaman Nikel (sebelumnya bernama Impact Credit Solution) dikabarkan telah diakuisisi. Belum diketahui dengan pasti perusahaan mana yang mencaplok bisnis tersebut, namun menurut informasi yang dilaporkan ke regulator Felgo Capital Pte Ltd. menjadi entitas yang melakukan akuisisi. Dari sumber yang kami dapatkan, seluruh investor juga exit bersamaan dengan aksi korporasi ini.
Pada pertengahan tahun 2022 lalu, Nikel baru mengumumkan pendanaan seri A1 mereka. Dana senilai $2,5 juta berhasil dibukukan dari Vectr Fintech, Patamar Capital, Mitra M Venture, Looking Glass Ventures, dan alokasi dana pribadi dari founder. Di putaran sebelumnya, 500 Starups, BCA, Mitra Integra, dan sejumlah investor lain turut berpartisipasi dalam pendanaan.
Akhir 2021 lalu Nikel juga telah menjalin kerja sama strategis dengan BCA, menawarkan pembiayaan yang terjangkau untuk sektor kesehatan Indonesia selama pandemi. Investasi strategis dengan bank BCA memungkinkan mereka untuk memberikan likuiditas yang dibutuhkan di sektor kesehatan, untuk memastikan keluarga-keluarga di Indonesia menerima perawatan dan pasokan medis yang memadai selama pandemi ini.
Sajikan platform embedded finance
Didirikan oleh Reinier Musters (CEO) dan Mackenzie Tan (COO) di Singapura, Nikel resmi masuk ke Indonesia sejak 2021 dengan menunjuk Dewi Wiranti sebagai Country Head. Mereka membawa "Nikel Lend", layanan API end-to-end yang memungkinkan bank atau fintech memberikan layanan pinjaman langsung ke UMKM dengan menyediakan sistem credit analytics, origination/underwriting, eKYC, eSignature, dan collateral tracking.
Selain itu Nikel juga menyediakan platform B2B marketplace yang menghubungkan bank dengan fintech. Juga Nikel Fund, untuk memungkinkan investor menciptakan dana kelolaan khusus untuk menjangkau sektor tertentu.
"ICS adalah perusahaan teknologi keuangan yang melayani pinjaman UMKM di Asia Tenggara. Kami membangun embedded lending solution yang dapat digunakan oleh perusahaan teknologi, P2P, atau bank mana pun untuk membuat produk pinjaman," ujar Mackenzie kala itu kepada DailySocial.id.
Menurut penelitian Research and Markets, ukuran pasar layanan embedded finance di Asia Pasifik berhasil tumbuh 39,7% pada 2022 dengan nilai $108,5 miliar. Diproyeksikan akan tumbuh dengan CAGR 24,4% sampai 2029 dengan proyeksi nilai $357,9 miliar. Dorongan layanan inovasi digital di segmen keuangan menjadi salah satu pendorong utama dalam bisnis ini.
Di Indonesia sendiri, tren embedded finance turut mendapati sorotan dari inovator. Finfra menjadi salah satu startup lokal yang ada di area ini menawarkan layanan embedded lending, mempermudah klien meluncurkan produk berbasis pinjaman digital yang berlisensi OJK.
Sign up for our
newsletter