Sudah Siap dengan Era Mobile Commerce di Indonesia?
Kasus down-nya situs Rakuten Belanja Online (RBO) hari ini akibat membludaknya peminat promosi iPad mini melalui Line Shopping sesungguhnya memberikan sinyal bahwa mobile commerce bakal menjadi pendorong dahsyat bagi adopsi e-commerce di Indonesia. Menurut analisis kami, tahun 2014 adalah tahun kematangan e-commerce di Indonesia dengan mobile commerce sebagai ujung tombak.
Sejak kehadirannya di awal Desember 2013, Line Shopping telah berhasil membuat kehebohan dengan berbagai promo murahnya untuk barang-barang bermerk yang selalu habis dalam hitungan hari, bahkan dalam hitungan jam. Kehebohan ini mencapai puncaknya ketika hari ini menawarkan 12 buah iPad mini generasi pertama dengan harga super miring melalui situs RBO, meskipun hanya melalui satu kanal pemasaran. Dengan animo peminatnya yang di luar perkiraan, hanya dalam hitungan beberapa menit saja situs RBO sempat down dan barang yang ditawarkan langsung terjual habis.
Kakao tidak mau kalah dengan mengunggulkan akun Plus Friend Bisnis. Berbagai layanan bisnis terkemuka digandeng oleh penyedia layanan messaging asal Korea ini dengan menawarkan diskon khusus yang berbeda setiap harinya (khusus hari kerja). 7Eleven dan McDonald's adalah dua nama besar yang menjadi partner Kakao untuk mendorong penetrasi penggunaan layanan ini di Indonesia -- yang telah mencapai jumlah pengguna nomor dua terbesar di dunia setelah negeri asalnya.
Masih berhubungan dengan barang bermerk, layanan e-commerce untuk barang bermerk Reebonz menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2013 tercatat penjualan melalui perangkat mobile, baik aplikasi maupun mobile web, mencapai 30% dari total penjualan. Tahun ini Reebonz lebih optimis bahwa mobile commerce bakal mencapai separuh dari total penjualan yang dibukukannya.
Layanan e-commerce besar seperti Lazada juga telah mengantisipasi tren ini dengan fokus ke segmen mobile menjadi salah satu strategi besarnya di tahun 2014. Di awal tahun ini Lazada sudah menerbitkan aplikasi mobile untuk dua platform utama, Android dan iOS, demi memenuhi harapannya menguasai segmen e-commerce barang ritel di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Di Amerika Serikat, penjualan di musim liburan 2013 menunjukkan pertumbuhan penggunaan perangkat mobile sebagai media bertransaksi yang sangat signifikan. Menurut laporan IBM, mobile traffic mencapai 48% dari seluruh penjelajahan belanja online, sementara mobile sales mencapai 29% dari total penjualan secara online -- naik 40% ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, meskipun smartphone masih mendorong lebih banyak traffic ketimbang tablet, penjualan yang dibukukan melalui perangkat tablet lebih besar ketimbang melalui smartphone. Secara rata-rata, pengguna tablet membeli barang senilai $95.61 setiap penjualan, sementara pengguna smartphone hanya mencapai $85.11 untuk setiap transaksi. Kebanyakan transaksi tersebut dilakukan melalui perangkat iOS.
Sinyalemen yang mengarah ke mobile commerce di Indonesia sudah jelas. Secara infrastruktur, koneksi Internet melalui jaringan seluler (dan layanan wireless broadband seperti Bolt 4G) semakin baik, bisa mencapai kecepatan >1 Mbps meskipun belum selalu stabil di semua tempat. Selain itu tingginya penetrasi penggunaan telepon seluler (sebagai negara mobile first) membuat berbagai layanan e-commerce yang menyasar konsumen Indonesia bakal ketinggalan kereta jika tidak mengakomodasi solusi di ranah mobile.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]
Sign up for our
newsletter