Kebutuhan Talenta Industri Startup Indonesia di Masa Pandemi
Awan cerah di balik kelamnya isu "layoff" dan "hiring freeze" di ekosistem startup
Ada fenomena menarik yang tengah terjadi di Indonesia. Startup-startup yang sebelumnya gencar mempromosikan lowongan pekerjaan kini mulai menanggalkan status "We're hiring", bahkan ada yang menerapkan strategi "hiring freeze". Hal ini berdasarkan pengamatan DailySocial melalui laman Jobs/Career sejumlah startup ternama, termasuk profil para petingginya di Linkedin.
Masa pandemi menimbulkan dampak signifikan di berbagai sisi. Salah satunya adalah eksistensi talenta dalam perusahaan. Lebih dari 60% startup melakukan efisiensi pegawai atau pemotongan gaji. Survei Startup Genome COVID-19 Impact Insights menunjukkan efisiensi pegawai telah dilakukan demi mengurangi budget operasional.
Namun, di tengah pandemi yang diprediksi belum akan berakhir dalam waktu dekat ini, ada secercah harapan bagi talenta-talenta yang sedang insecure dengan keberlangsungan karier mereka.
Sektor yang tengah berkembang
Seperti kita ketahui, sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terpukul dengan kehadiran pandemi COVID-19 ini. Banyak perusahaan di sektor ini yang harus bersusah payah demi bisa bertahan diiringi efisiensi sana sini, bahkan ada yang memutuskan untuk gulung tikar.
Sementara itu, bisnis digital di sektor lain mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Sebuah infografis dari Bonza, bekerja sama dengan East Ventures, bertajuk "COVID19: Balancing between Economy and Health" memaparkan beberapa fakta mengenai sektor bisnis serta beberapa perusahaan yang masih membuka proses rekrutmen
Di infografis di atas, industri e-commerce terlihat menjadi sektor dengan presentase paling besar dalam perekrutan talenta. Sibuknya sektor e-commerce bukan tidak beralasan. Keterbatasan aktivitas masyarakat menjadikan platform jual beli online sebagai pilihan utama untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan sebagainya. Sektor ini bisa dibilang menuai profit dari krisis yang sedang berlangsung.
"Sampai saat ini, Tokopedia tidak mengambil langkah penyesuaian jumlah karyawan di tengah pandemi COVID-19 ini. Kami terus mewajibkan seluruh karyawan bekerja dari rumah sebagai upaya membatasi interaksi langsung [physical distancing] demi mendukung penanganan pandemi COVID-19," ungkap juru bicara Tokopedia.
Meskipun demikian, saat ini Tokopedia tidak membuka lowongan pekerjaan di laman kariernya. Pihaknya juga menyebutkan tidak ada penyesuaian jumlah karyawan.
Di sektor lain, HappyFresh mengaku masih membuka kesempatan bagi yang ingin bergabung menjadi armada pengantar atau agen belanja. Berkenaan dengan pasar Indonesia, Country Manager Filippo Candrini mengatakan akan hadir karyawan baru "secara masif" dan dilatih dalam batch untuk menghadapi keterbatasan ruang gerak.
Berbicara mengenai bisnis e-commerce dan grocery tidak bisa dipisahkan dengan dukungan logistik yang memadai. Sektor ini juga menjadi salah satu yang kegiatan operasionalnya sangat sibuk di masa pandemi.
Kebutuhan talenta di masa pandemi
Tidak bisa dipungkiri, perusahaan di berbagai sektor sedang berdarah-darah dalam mempertahankan stabilitas perusahaan. Langkah yang diambil pun beragam, mulai dari pengurangan jumlah pegawai, pemotongan biaya operasional, hingga efisiensi bisnis perusahaan. Hal ini menimbulkan kecemasan bagi para talenta.
Di masa sulit seperti ini, perusahaan dan individu saling bahu-membahu untuk menciptakan inovasi. Salah satunya adalah inisiatif SEAcosystem dari beberapa VC di Asia Tenggara yang mengumpulkan informasi talenta yang terkena layoff dari berbagai sektor. Selain itu, ada juga laman yang mengumpulkan peluang kerja dari berbagai startup. Hal ini sebagai usaha mendukung keberlangsungan industri startup di tengah pandemi yang terjadi.
Terkait situasi pandemi ini, pihak Bukalapak menyampaikan industri e-commerce termasuk kategori bisnis yang resilient, terus bertumbuh secara positif, baik dari transaksi maupun nominal. "Dari kami sendiri, memasuki tahun 2020, akan berfokus untuk memperkokoh marketplace untuk bisa menghadirkan 'fair economy for all'."
Pendapat serupa disampaikan juga tim Tokopedia, "Pegiat usaha yang memiliki kanal pemasaran daring dinilai lebih tangguh, khususnya dalam menghadapi situasi pandemi seperti ini. Mereka berhasil membuat bisnis tetap berjalan sehingga lapangan pekerjaan pun tetap dapat dipertahankan."
Sign up for our
newsletter