Tambah Sisi Keamanan, Uber Kembangkan Fitur "Real Time ID Check"
Memanfaatkan teknologi yang dikembangkan Microsoft's Face API dari Microsoft Cognitive Services untuk layanan terbarunya.
Untuk meningkatkan keamanan bagi pengemudi maupun penumpang, Uber secara resmi meluncurkan fitur keamanan terbarunya Real Time ID Check. Teknologi yang dipilih Uber untuk fitur terbarunya adalah Microsoft's Face API dari Microsoft Cognitive Services.
Real Time ID Check diperuntukkan untuk seluruh mitra pengemudi Uber, baik sepeda motor maupun mobil untuk melakukan selfie sebelum menerima pesanan. Langkah preventif ini diharapkan dapat mengurangi penipuan dan melindungi akun pengemudi. Sekaligus, perlindungan berlapis untuk penumpang demi memastikan pengemudi sesuai dengan keterangan.
Untuk fitur ini, Uber menggunakan dua API spesifik, yakni deteksi wajah apakah wajah tersebut sedang menggunakan kacamata atau tidak, bahkan bisa membedakan kacamata baca atau kacamata hitam. Selain itu, Uber juga menggunakan verifikasi wajah dengan membandingkan wajah yang sebelumnya sudah diidentifikasi Face-Detect API, nanti akan ada skor kemiripan apakah kedua wajah tersebut merupakan orang yang sama.
"Kami percaya Microsoft adalah pakarnya di bidang ini. Meski, Microsoft's Face API bukan hanya sistem yang paling akurat dalam uji coba, namun juga memungkinkan kami untuk menghadirkan rangkaian fitur yang penting dalam produk kami," Product Manager Uber Dima Kovalev, Jumat (10/3).
Fitur ini bakal melengkapi layanan keamanan Uber lainnya, seperti share ETA dan trip status. Kedua fitur tersebut memungkinkan penumpang berbagi detil perjalanan yang berisi nama pengemudi, plat kendaraan, dan peta perjalanan kepada teman atau anggota keluarga ke berbagai platform tanpa harus mengunduh aplikasi Uber.
Real Time ID Check akan hadir di Indonesia mulai Senin (13/3), serentak dengan beberapa negara lainnya. Untuk Asia, Indonesia adalah negara kedua yang mendapat fitur ini setelah Singapura beberapa waktu yang lalu.
Penyempurnaan Real Time ID Check
Kovalev melanjutkan ide pengembangan fitur ini rupanya sudah muncul sejak 1,5 tahun yang lalu. Tujuannya simpel, ingin meningkatkan kenyamanan pengemudi dan penumpang jadi lebih baik lagi.
Amerika Serikat adalah negara pertama yang dipilih Uber untuk pengembangan fitur Real Time ID Check sejak September 2016, sebelum akhirnya mulai digulirkan ke negara lain. Terhitung, saat ini lebih dari 99% mitra pengemudi Uber di Amerika Serikat telah terverifikasi. Kebanyakan kasus ketidakmiripan terjadi karena foto profil tidak jelas.
Adapun beberapa pengembangan yang dilakukan Uber untuk fitur ini, misalnya saat pertama kali UI diluncurkan Uber menggunakan pengalaman photo capture yang sudah ada dalam aplikasi mitra pengemudi saat mengambil foto profil. Namun hasilnya dengan latar belakang yang gelap, hasil foto dari UI tidak bisa dipakai dengan kondisi kurang pencahayaan, misalnya saat malam.
"Karenanya kami beralih ke UI berwarna putih dan menaikkan tingkat cahaya di layar sehingga terjadi perbaikan signifikan terhadap kualitas foto yang diambil."
Dari sisi perangkat, dengan menggunakan teknologi dari Microsoft, memudahkan Uber untuk memindahkan logika deteksi ke sistem back end dan menghilangkan berbagai hambatan terkait perangkat.
Perubahan ini memberikan hasil yang lebih konsisten apapun perangkatnya, membantu Uber pelajari lebih jauh berbagai faktor yang menyebabkan kegagalan deteksi. Proses ini juga meningkatkan kualitas foto profil dari para pengemudi.
Tahapan penggunaan
Dengan berbekal pengalaman peluncurannya di Amerika Serikat, Uber menyempurnakan desain dan menyesuaikan strukturnya berdasarkan masukan uji pengguna dan prototipe. Hal ini memungkinkan Uber menghadirkan penggunaan yang sederhana namun efektif yang bisa dilalui para pengemudi dalam beberapa detik. Nantinya di dalam aplikasi akan ada tahapan instruksi petunjuk untuk diikuti.
Pengemudi tidak selalu dimintai untuk memverifikasi wajah setiap kali ingin menerima pesanan dari Uber. Pasalnya pengemudi akan dipilih secara acak untuk mengambil selfie agar dapat diverifikasi Microsoft Face API apakah ada wajah dalam selfie tersebut. Bila tidat terdeteksi ada wajah, maka pengemudi akan diminta untuk mengambil selfie kembali.
Bila terdeteksi ada wajah, Uber akan menggunakan fitur Microsoft untuk membandingkannya dengan gambar yang telah terpasang di akun pengemudi. Jika kedua gambar cocok, maka pengemudi bisa mulai menjemput penumpang. Bila tidak, maka akun pengemudi akan di deaktivasi sementara untuk investigasi lebih lanjut.
"Bila terjadi kesalahan, pengemudi bisa menghubungi bantuan untuk tindakan lebih lanjut. Uber secara periodik akan memeriksa sistem berdasarkan hitungan algoritma."
Agar dapat mengukur keamanan secara efektif, Real Time ID Check meminta pengemudi yang diseleksi secara acak untuk memverifikasi identitas mereka. Dari hal ini kemungkinan besar terjadi saat pengemudi sedang berkendara.
Agar mereka tidak terganggu, Uber menambahkan deteksi pergerakan menggunakan GPS pengemudi. Jika kendaraan sedang bergerak, Uber meminta pengemudi menyingkir ke tepi jalan sebelum memulai sistem verifikasi.
Pengemudi juga tidak bisa melakukan selfie dengan memakai kacamata, sebab bisa mempengaruhi tingkat kecocokan dengan foto profil mereka. Jika kedua foto tidak cocok dan ada kacamata yang terdeteksi, maka sistem akan meminta pengemudi untuk melepas dan mencoba kembali.
"Verifikasi ini harus dilakukan oleh pengemudi. Jika pengemudi tidak mau melakukan verifikasi, maka mereka tidak akan diberi pesanan dari Uber," pungkas Kovalev.
Sign up for our
newsletter