Telco dan E-commerce, Definisi Baru Telecommerce di Indonesia
Telkom, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata ramai-ramai membentuk kendaraan e-commerce-nya sendiri
Sebagai negara mobile-first dengan jumlah pengguna koneksi mobile lebih banyak dibanding penduduknya, 326 juta pengguna vs. 255 juta penduduk, para penyedia telekomunikasi Indonesia sedang berada di posisi terbaik untuk membentuk masa depan e-commerce dan mobile commerce di Indonesia.
Namun meski sektor telekomunikasi menyumbang 3,14% dari total GDP di Indonesia pada tahun 2014, menempatkan pasar mobile di Indonesia sebagai yang terbesar keempat dan masuk ke dalam 10 besar pasar 3G, bagaimanakah posisi raksasa telekomunikasi di tengah maraknya belanja online di kawasan ini?
Dari telekomunikasi ke ‘telecommerce’
Secara tradisional, perusahaan telco dulunya adalah satu dari sedikit pihak yang memiliki akses langsung ke pelanggan. Namun seiring dengan booming-nya e-commerce, hal ini perlahan berubah. Sektor telekomunikasi di Indonesia didominasi oleh tiga pemain besar; Telkom, Indosat Ooredoo dan XL Axiata, yang meraup 80% dari total market share di Indonesia.
Tiga perusahaan ini pun tidak melewatkan kesempatan untuk membantu membangun sektor e-commerce di nusantara, baik melalui investasi ataupun strategic partnership. Di bawah ini adalah snapshot landscape perusahaan telco di Indonesia dan partisipasi mereka dalam membangun perusahaan telecommerce.
Telkom x eBay: Blanja.com
Dimiliki negara sebesar 52.6%, Telkom memiliki jaringan dan merupakan penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Telkomsel, subsidiary untuk penyedia layanan mobile, memiliki kontrol sebesar 46% dari total market share di Indonesia dengan lebih dari 152 juta pengguna.
Sejak tahun 2009, perusahaan ini telah menjelajah ke ruang e-commerce lokal dengan menginvestasikan $5 juta di sebuah perusahaan e-commerce bernama Plasa.com. Plasa.com kemudian berubah menjadi proyek di bawah MetraPlasa dan merger dengan Blanja.com, sebuah usaha bersama dari Telkom dan eBay yang diluncurkan pada tahun 2012.
Setelah kerjasama terjalin, eBay menyuntikkan dana sebesar $9.2 juta ke marketplace ini, memberikan eBay kepemilikan sebesar 49% dan 51% untuk Telkom. Sebagai tambahan, partnership ini juga mengizinkan merchant di Blanja bisa dengan mudah memasarkan produk mereka dalam skala global dan dengan harga yang lebih murah melalui koneksi eBay.
Sebagai tanda dari komitmen mereka untuk berpartisipasi di industri ini, bulan April lalu Telkom melalui subsidiary-nya, TelkomMetra, dan eBay menginvestasikan dana segar sebesar $25 juta ke Blanja. Pendanaan ini akan dipimpin oleh Telkom yang akan berkontribusi sebesar 60% atau sekitar $15 juta. Blanja telah mencatatkan nilai transaksi sebesar $35 juta pada tahun 2015 dan saat ini ada di peringkat #198 untuk web traffic di Indonesia berdasarkan data dari SimilarWeb. Blanja saat ini dipimpin oleh CEO Aulio Marinto.
Namun demikian, bahkan dengan segala sumber daya tersebut di jangkauan mereka, pertumbuhan situs marketplace ini masih tertinggal jika dibandingkan dengan kompetitornya seperti Tokopedia dan Lazada. Hal ini diperkirakan juga disebabkan oleh pembatasan yang ditetapkan untuk para vendornya seperti keharusan memiliki izin resmi pemerintah untuk mendaftar di website dan larangan menjual barang second-hand.
Indosat Ooredoo: Cipika Store
Perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia ini memiliki 69.8 juta pengguna dalam database nya. Berdiri sebagai perusahaan milik negara, Indosat diakuisisi oleh perusahaan telekomunikasi asal Qatar, Ooredoo Group, pada tahun 2009 dan kemudian berubah nama menjadi Indosat Ooredoo pada tahun 2015. Saat ini pemerintah hanya memegang 14.29% saham di Indosat. Awal tahun ini, perusahaan ini juga mengumumkan kemitraan dengan IBM untuk mengembangkan dan memberikan solusi pada platform IBM, Bluemix.
Melalui anak perusahaannya, IM2, Indosat pernah meluncurkan sebuah marketplace yang disebut TokoOn pada tahun 2012. Di tahun 2014, marketplace ini kemudian berpindah ke sebuah platform e-commerce dengan nama baru, Cipika Store, yang menjual kuliner dan kerajinan lokal Indonesia. Sejak itu, beberapa kategori baru juga telah ditambahkan di marketplace ini; gaya hidup, gadget, rumah dan hiburan, buku, dan permainan. Platform ini juga memungkinkan orang untuk membeli produk grosir dengan harga lebih murah.
Situs ini berada di peringkat #4166 di Indonesia berdasarkan data SimilarWeb, tertinggal jauh dengan dua perusahaan "telecommerce" lainnya. Meskipun tidak menjual produk yang sama persis, situs ini menghadapi persaingan dari Qlapa dan KedaiKuka dalam kategori produk lokal Indonesia dan pemain seperti Lazada dan Tokopedia dalam kategori lain.
XL Axiata x SK Planet: Elevenia
XL adalah perusahaan swasta pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telepon seluler yang awalnya merupakan sebuah perusahaan perdagangan dan jasa umum. Pada tahun 2009 perusahaan ini dibeli oleh Axiata Group dan sejak saat itu berganti nama dan logo menjadi XL Axiata. Per Maret 2016 XL Axiata memiliki 42.5 juta pengguna, turun 19% dari 52.1 juta pengguna pada Maret 2015.
Pada tahun 2013, Elevenia diluncurkan sebagai perusahaan patungan antara XL Axiata dan SK Planet, operator telekomunikasi Korea. Investasi awal yang dilakukan adalah $18.3 juta, dengan kedua perusahaan berbagi kepemilikan fifty-fifty. Dipimpin oleh James Lee sebagai CEO, total investasi yang telah dikantongi oleh marketplace ini sampai saat ini adalah $110 juta, menempatkannya sebagai salah satu dari lima startups paling didanai di Indonesia.
Sejak awal keberadaannya hampir tiga tahun yang lalu, Elevenia telah berusaha untuk membedakan dirinya dari marketplace yang lain dengan sistem poin dan rewards untuk penjual dan pembelinya. Penjual dapat menggunakan poin yang dikumpulkan untuk meningkatkan penjualan mereka dengan hal-hal seperti penempatan iklan dan memberikan diskon untuk pembeli. Elevenia juga menyediakan fasilitas edukasi untuk penjual di seksi 'Seller Zone' mereka.
Dibandingkan dengan perusahaan "telecommerce" yang disebutkan di atas, Elevenia memiliki kinerja terbaik sejauh ini dengan pendapatan sebesar $95 juta (1.3 triliun IDR) di tahun 2015. Situs ini ada di peringkat #21 di Indonesia dan mereka memproyeksikan potensi pertumbuhan penjualan lima kali lipat di tahun 2016.
Membangun ekosistem
Masuk ke ranah e-commerce hanyalah satu cara bagi para perusahaan telekomunikasi ini untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada di ujung jari mereka. Terbukti bahwa memiliki akses langsung ke pengguna tidak cukup untuk memastikan keberhasilan mereka dalam dunia ritel online.
Telco perlu memanfaatkan jaringan mereka lebih lagi untuk meningkatkan keberhasilan bisnis e-commerce mereka. Kabar terbaru tentang partisipasi MDI, modal ventura milik Telkom, dalam pendanaan terbaru bagi e-commerce-enabler aCommerce adalah salah satu cara membangun ekosistem e-commerce yang berkelanjutan.
Masih banyak perubahan yang perlu dilaksanakan agar peralihan ke ‘telecommerce' dapat berhasil. Mengingat pasar yang ditargetkan Cipika Store adalah niche, akan sulit untuk memperbesar bisnis (scale up) tanpa menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan lebih banyak pengguna. Pembatasan yang dilakukan karena asosiasinya dengan pihak pemerintah menjadi salah satu alasan pertumbuhan Blanja tidak optimal, meskipun Telkom memiliki lebih dari tiga kali lipat pengguna dibanding XL Axiata. XL Axiata sementara itu memiliki portofolio e-commerce yang paling sukses dari tiga e-commerce di atas, kemungkinan karena nilai unik yang ditawarkan marketplace ini kepada para penjual maupun pelanggannya.
E-commerce di Indonesia masih berada pada tahap awal dari sebuah “lomba marathon” yang panjang, dan meskipun sekarang berposisi di belakang pemain besar seperti Lazada dan Tokopedia, masih banyak putaran selanjutnya bagi perusahaan-perusahaan ini untuk meningkatkan posisi mereka sebelum mencapai garis finish.
– Disclosure: Tulisan ini dibuat oleh Rara Kinasih setelah melalui penyuntingan. Artikel aslinya bisa diakses di sini.
Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan eCommerceIQ.
Sign up for our
newsletter