TESSY Berupaya Jadi Solusi Isu Plagiarisme untuk Cegah Pencurian Karya Literatur
Mampu mendeteksi kemiripan frase dan memberikan hasil dalam satuan persentase
Menyadari kebutuhan untuk mendeteksi plagiarisme di Indonesia cukup tinggi, pihak di balik pengembangan TESSY (Test of Literatures Similiarities) ingin mengembangkan platform yang bisa digunakan oleh seluruh lembaga yang membutuhkannya di Indonesia. TESSY didesain sebagai solusi yang mampu mendeteksi kemiripan frase dan menghitungnya dalam satuan persentase.
Perkembangan Internet dewasa ini membuat peraturan yang membatasi seseorang untuk tidak menjiplak sebuah skripsi dengan memberikan akses terbatas di perpustakaan tentunya sudah tidak relevan lagi.
Banyak orang bisa mengakses skripsi orang lain dari mana pun, terlebih lagi mereka dapat menjiplak dan mengklaim bahwa skripsi tersebut merupakan hasil karyanya.
Berangkat dari alasan itu, Didi Achjari yang kebetulan juga dosen di salah satu universitas di Yogyakarta beserta dengan dua mahasiswanya, yaitu Aman Rohiman dan Dimas Mukhlas, mencoba untuk membuat aplikasi yang mampu mendeteksi kemiripan dua karya ilmiah pada tahun 2008 silam.
“Aplikasi tersebut bernama TESSY, namun kali ini TESSY bukan berarti pelawak Srimulat yang terkenal saat itu. TESSY di sini adalah singkatan dari Test of Literatures Similarity. Tes yang digunakan untuk mendeteksi plagiarisme ini dibagi menjadi tiga, yaitu one-on-one test antara dua karya tulis, tes berdasarkan kemiripan judul, dan yang terakhir adalah one-to-all-libraries,” kata Dimas yang merupakan salah satu pendirinya.
Saat ini TESSY sudah diadopsi oleh sistem akademik di beberapa universitas di Indonesia, salah satunya Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam kasus UGM, aplikasi TESSY rebranding menjadi gtPlagiarism dan dioperasikan oleh Gamatechno, sebuah usaha ristek milik UGM. Model bisnisnya adalah model kontrak kerja sama berlangganan dan pihak pengembang akan menyiapkan infrastruktur dalam hal integrasi di sistem akademik institut tersebut.
“Sejauh ini Universitas Gadjah Mada sudah menerapkan sistem TESSY sebagai bagian dari proses penulisan karya ilmiah atau tugas akhir. Kami baru akan memulai menghitung metric untuk user, session, dan lainnya pada bulan ini,” ucapnya berkorespondensi dengan DailySocial.
Skema yang dijalankan oleh Dimas untuk memperluas basisdata ialah dengan imengintegrasikan seluruh karya ilmiah yang dimiliki oleh institusi di seluruh Indonesia. TESSY ingin lebih spesifik ke karya ilmiah berbahasa Indonesia. Karena saat ini belum ada aplikasi pendeteksi plagiarisme yang memiliki basisdata pembanding besar dalam karya-karya berbahasa Indonesia.
Ke depannya, data yang dibandingkan tidak hanya terbatas pada skripsi saja, karena ide nya adalah melindungi karya ilmiah sehingga dapat juga masuk ke karya non ilmiah ataupun karya populer.
Bagi yang tertarik mencoba silakan akses tessy.garudatekno.com dengan login username: “superadmin”, dan password “superadmin” (tanpa tanda kutip). Fitur publik yang ditawarkan saat ini hanya terbatas pada one-on-one article saja.
https://www.youtube.com/watch?v=e4TTt5lxp9s
Sign up for our
newsletter