Tiga Strategi Kehumasan yang Bisa Dicontoh Saat Meluncurkan Startup
Belajar dari Dian Noeh, Founder dan CEO KVB, di sesi #SelasaStartup
Dalam beberapa tahun terakhir, startup semakin banyak menjamur seiring dengan berkembangnya adopsi teknologi di Indonesia. Ada yang masih bertahan dan sukses, tetapi tak sedikit juga yang tutup buku.
Bicara soal kesuksesan startup, tak bisa dipungkiri public relation (PR) memiliki peran besar. Hal ini demikian karena PR terlibat menentukan strategi dalam memperkenalkan sebuah brand atau produk startup ke khalayak.
Untuk mengetahui lebih dalam, Dian Noeh, Founder dan CEO KVB (sebelumnya Kennedy, Voice & Berliner) akan membagikan pengalamannya pada sesi #SelasaStartup kali ini tentang penentuan strategi PR dalam meluncurkan startup.
Memberikan impact lewat konten
PR is about content. Maka itu, penting bagi PR dalam membuat konten yang menarik. Salah satu pendekatannya adalah memperkenalkan produk lewat sebuah cerita. "Substansi memang harus bagus, apalagi akses informasi semakin mudah karena channel-nya semakin banyak," ujar Dian.
Selain lewat cerita, penting juga bagi PR untuk dapat men-deliver informasi lainnya, misalnya terkait model bisnis startup. Elemen ini dinilai penting, terutama jika kaitannya menyebarkan informasi kepada para jurnalis.
"Why we love working with startups karena kita bisa belajar lebih banyak, belajar model bisnis [mereka]. Kita bisa belajar hal baru dan [model bisnis] ini bisa memberikan impact kepada orang lain," ungkapnya.
Daya tarik lewat kisah para founder
Menurut Dian, ada banyak perusahaan yang kurang paham dalam melakukan pekerjaan PR pada konteks di era sekarang. Maka itu, memperkenalkan sebuah startup atau produknya tentu akan berbeda dengan memperkenalkan produk perusahaan.
Mengacu pada pengalamannya, sebuah produk atau brand dapat diperkenalkan ke masyarakat dengan mengandalkan cerita atau kisah dari si pendirinya (founder). Ia menilai setiap founder punya kisah berbeda dalam membangun startup atau mengembangkan sebuah produk.
"Kita bisa menggali cerita para founder yang berbeda-beda, di mana cerita ini dapat memikat orang agar bisa menjadi inspirasi kepada orang lain," tutur Dian.
Algoritma tak berlaku di social science
Dalam meluncurkan startup atau produk, tak semua hal dapat diputuskan secara teknis atau teoritis. PR terkadang harus memiliki insting dalam membuat sebuah keputusan.
"When we launch, ada hal-hal tertentu di mana basic rules apply. Tapi ada hal-hal lain juga yang tidak tertulis dan ada banyak keputusan yang tidak hitam-putih," ujarnya.
Sebagai contoh, PR dapat mengandalkan insting untuk menentukan kapan waktu yang tepat meluncurkan produk atau kapan harus menggunakan bantuan tangan PR atau tidak.
Sign up for our
newsletter