TokoBuku Ingin Jadi Partner Penerbit Lokal untuk Jangkau Pasar Digital
Saat format buku digital diperkenalkan, sempat ada kekhawatiran bahwa industri buku cetak akan terganggu atau bahkan mati. Hal tersebut ternyata itu tak terbukti, bahkan kini kedua format itu bersinergi dan saling menopang. Di antaranya adalah TokoBuku, yang mencoba hadir sebagai channel alternatif bagi para penerbit dan penulis dengan mengembangkan platform pembelian buku cetak secara online.
Kemudahan mengakses buku digital terbukti tidak menyurutkan penjualan buku cetak. Ikapi (Ikatan Penerbit Indonesia) mencatat bahwa pasar penerbitan buku di Indonesia tumbuh sebanyak 6 persen per tahun sepanjang tahun 2007-2012. Lebih dari 33 juta eksemplar buku terbitan dalam negeri yang terjual pada tahun 2013 dan diperkirakan ada 30.000 judul buku yang diterbitkan setiap tahun. Angka ini belum termasuk buku yang diterbitkan oleh individu (self publisher) atau organisasi non-penerbit, termasuk instansi pemerintahan dan universitas.
Hal ini juga disadari oleh Scoop yang terkenal sebagai platform yang menyediakan buku digital. Bermodalkan basis pembaca digital yang kuat, akhirnya Scoop memutuskan untuk melebarkan pasar untuk menjamah penggemar buku cetak dengan meluncurkan TokoBuku.
TokoBuku dihadirkan setelah mereka mengetahui perilaku pembaca Scoop yang 80 persennya masih membeli buku. "Kami juga mendapatkan insight dan mengerti prilaku konsumsi buku dari pengguna aplikasi Scoop. Dengan data ini, kami dapat merekomendasi buku-buku yang tepat dan mendekati preferensi jenis bacaan mereka," ujar CMO Apps Foundry Dewi Gotama.
Sesuai rencana, TokoBuku akan mengintegrasikan TokoBuku dan Scoop. Dewi menyebutkan, "salah satu konsep integrasi yang akan kami jalankan adalah dengan crossover produk marketing yang juga merupakan channel akuisisi pembeli buku cetak. Salah satu caranya adalah pilihan opsi bundle antara buku cetak dan digital dengan paket harga spesial."
TokoBuku dalam menyediakan koleksinya bekerja sama dengan dua penerbit buku papan atas Indonesia, Gramedia dan Mizan. “Kami kami juga berharap dapat menjadi partner bagi seluruh penerbit Indonesia untuk menjangkau pasar digital,” tutur Dewi.
Penerbit buku di Indonesia yang aktif bisa mencapai 800. Sekitar 90 persen penerbit terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sebagian penerbit tersebut banyak yang berkiprah di buku-buku pelajaran sekolah, agama, dan juga fiksi. Pasar buku anak memimpin kue penjualan buku cetak dengan market share sekitar 23 persen, sementara segmen fiksi mencatat nilai 13 persen.
Angka penjualan tersebut belum memasukkan buku-buku self published dari penulis independen. TokoBuku sendiri menurut Dewi justru ingin merangkul sebanyak-sebanyak penulis independen dan mendukung sisi distribusinya. Tentang fokusnya di pasar buku lokal, Dewi beralasan 50 persen buku yang beredar di Indonesia adalah buku terjemahan. Dewi sendiri tak menutup kemungkinan Tokobuku akan menyediakan buku impor di masa mendatang.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]
Sign up for our
newsletter