Tonehighway: Layanan Musik Via Web Buatan Lokal
Bersiaplah untuk pecinta musik, terutama untuk musik sidestream, akan segera hadir Tonehighway, sebuah layanan musik via web yang dapat membantu pengguna menemukan, mendengarkan dan membagikan apa yang sedang Anda dengarkan ke jejaring sosial yang sedang populer seperti Facebook dan Twitter.
Di Tonehighway ini Anda juga bisa mengunggah musik Anda sendiri atau mengunduh berbagai musik favorit yang ada di database Tonehighway. Tidak hanya itu, di layanan ini, pengguna juga bisa mengganti gambar latar dari artis favorit untuk mendampingi playlist, lalu akan ada juga fitur yang memungkinkan pengguna untuk menjelajah info band, jadwal gigs, atau melihat sejarah dari artis yang musiknya sedang Anda dengarkan.
Kami sadar bahwa pembajakan tidak mungkin diberantas total. Maka dari itu, dalam melakukan bisnis pun kami akan selalu mengusung model gift economy. Kami percaya model ini cukup berguna dalam mensiasati berkurangnya "revenue" musisi akibat pembajakan. Model monetasi kami ke depannya juga akan dikembangkan menggunakan model ini.
Belum cukup? Nantinya di Tonehighway, pemusik juga bisa mengunggah serta menjual lagu mereka di sana, dan satu lagi, mereka juga akan mempersiapkan fitur mobile. Terdengar seru bukan? Mungkin pendapat saya agak bias, karena saya tidak bisa menyembunyikan kesenangan saya bahwa bertambah lagi startup yang berkonsentrasi pada genre musik. Setelah StonedCollege lalu Gamelan serta berbagai blog dan layanan streaming yang berhubungan dengan musik, terutama musik lokal, kini layanan seperti Tonehighway muncul.
Layanan yang baru akan masuk taraf public alpha dalam beberapa hari kedepan ini mungkin mengingatkan Anda pada Last.fm, namun Noudie, founder/Managing Director Tonehighway, mengatakan bahwa salah satu perbedaan dari Last.fm adalah dari tampilan mereka.
Untuk UI nya kita buat sedemikian, untuk menambah branding musisi. Jika last.fm UI nya IT sekali, kita malah ingin lebih mengakomodir dari sisi musisinya. Setiap musisi bisa setting background-nya sekehendak mereka. Dengan fitur dynamic background, default playlisting, event schedule, social media sharing (Twitter and Facebook) dan beberapa fitur lainnya yang nanti akan diluncurkan, Tonehighway berusaha mengakomodir kebutuhan musisi sidestream dalam melakukan branding, distribusi, dan promosi band.
Dalam hal database,kita berniat menjadi yang terlengkap untuk musik sidestream, yang distribusinya selama ini lebih sulit dibanding mainstream. Selain fitur-fitur online yang sudah disebutkan sebelumnya, Tonehighway juga akan melakukan pembentukan komunitas offline untuk mendukung musisi-musisi sidestream dalam melakukan promosi dan distribusi. Bentuk dukungan lain, yang mungkin lebih nyata akan terlihat saat model monetisasi Tonehighway sudah memiliki bentuk. Kami ingin dapat bekerjasama dengan musisi untuk model monetisasi apapun yang akan kami hasilkan nanti.
Jika Anda bertanya tentang masalah izin atau hak cipta, maka Noudie menjelaskan:
Untuk yang bisa diunduh artinya sudah ada izin, untuk yang streaming only aturan privacy-nya kita hanya jadi broadcaster.
Kami sadar bahwa pembajakan tidak mungkin diberantas total. Maka dari itu, dalam melakukan bisnis pun kami akan selalu mengusung model gift economy. Kami percaya model ini cukup berguna dalam mensiasati berkurangnya "revenue" musisi akibat pembajakan. Model monetisasi kami kedepannya juga akan dikembangkan menggunakan model ini.
Untuk masalah filter, misalnya ada user yang mengunggah musik dari band bukan milik dia, maka Tonehighway akan menghapus unggahan file seperti itu, semua musik akan melalui approval Tonehighway untuk menghindari SARA, HAKI, dll.
Untuk masalah monetisasi, Noudie menjelaskan:
Berhubung saat ini kami baru selesai melakukan development, maka meskipun sudah ada beberapa skenario dalam melakukan monetisasi tapi kami masih mau melihat respon musisi dan target user terhadap produknya terlebih dahulu. Untuk rencana monetisasi ini kami menggandeng mbak Rahmadina Afiati yang kebetulan memiliki kompetensi di bidang pemasaran. Support dan insight yang kami dapatkan dari beliau membantu kami untuk dapat melakukan modelling bisnis dengan lebih terarah.
Dan untuk rencana band yang bisa menjual lagu mereka, apakah Tonehighway akan mengambil biaya tertentu sebagai salah satu model monetisasi, Noudie menjelaskan:
Berhubung model monetisasi sendiri belum kami rencanakan, maka untuk saat ini kami belum menuju kearah e-commerce. Proses listening yang ada sekarang baru 2 macam: free download atau streaming-only. Namun kami tetap membuka kemungkinan tersebut ke dalam rencana monetisasi kami di waktu dekat. Detilnya belum bisa kami sampaikan.
Masih banyak pertanyaan memang, salah satunya tentang masalah yang terkait jaringan internet, saya kebetulan diberi akses untuk mencoba layanan Tonehighway dan masih tersendat-sendat karena jaringan internet yang kurang bagus, dan yah, kita tahu tidak semua jaringan internet di sini bagus.
Tapi yang jelas, setelah melakukan wawancara via email, saya berpikir Tonehighway punya peluang yang cukup besar untuk bisa mendapatkan pengguna, minimal dari tim mereka yang terdiri dari Kikio Nugraha sebagai Direktur Operasional, yang juga menjadi manajer band asal Bandung, Alone At Last. Ada mbak Vina Gondosaputro sebagai Co-Founder, selain Noudie sebagai Founder/Managing Director. Kikio dan Vina juga pernah berkecimpung di industri musik bersama NuBuzz Network.
Oh ya, mereka juga berencana bekerjasama dengan Gamelan, salah satu pemutar musik buatan lokal yang juga ada unsur media sosialnya.
Well, kita simpan dulu pertanyaan-pertanyaan yang ada, supaya para pembaca DailySocial juga bisa mencoba dan memberikan masukan pada Tonehighway, dan mari kita tunggu rilis untuk public alpha mereka yang menurut Noudie akan meluncur tidak lebih dari 2 hari kedepan.
Startup lokal + musik lokal = Rocks!
Terimakasih untuk Noudie atas wawancaranya dan untuk Natali atas tweet yang mengingatkan saya akan layanan Tonehighway ini.
Sign up for our
newsletter