Vinmo Ramaikan Industri EWA, Usung Layanan Pencairan Gaji Lebih Cepat
Didirikan pada September 2021, kini telah bermitra dengan 30 perusahaan dengan total lebih dari 1000 orang pengguna
Vinmo menambah jajaran pemain earned wage access (EWA) yang beroperasi di Indonesia, dalam upaya mengurangi ketergantungan karyawan terhadap pinjaman online berbunga. Startup ini diusung oleh tiga orang founder, meliputi Kristoforus Giovanni, Adhi Pranata, dan Sastra Hamidjaja, dengan latar belakang pengalaman yang saling mendukung dalam merintis hadirnya Vinmo.
Kirstoforus misalnya, dulunya adalah HR Manager yang kesehariannya menyaksikan langsung fenomena karyawan yang memerlukan dana darurat dan mengajukan kasbon. Perusahaan pun tidak bisa membantu mereka karena terbentur aturan dan birokrasi yang memakan waktu lama, itupun jika disetujui. Adapun Sastra, pernah bekerja di beberapa perusahaan asing yang menerapkan EWA dan ia pun terinspirasi untuk menghadirkannya di Indonesia, tanpa mengganggu cash flow perusahaan.
Hadir dengan branding "kasbon"
Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Kristoforus menyampaikan Vinmo hadir di tengah maraknya pinjaman online ilegal dan masyarakat butuh uang untuk membayar kebutuhan mendesak. Banyak orang tanpa berpikir panjang mengambil pinjaman ke aplikasi online tanpa memerhatikan bunga yang tinggi. “Kami harus bekerja keras untuk edukasi ke khalayak, terutama HRD dan bagian finance di perusahaan agar mengerti sistem EWA,” katanya.
Berkaitan dengan itu, pihaknya memperkenalkan diri ke publik dengan branding kasbon digital, bukan EWA. EWA memang dianggap sebagai istilah terkini yang menjelaskan bisnis utama Vinmo, tapi kata tersebut kurang familiar bagi orang Indonesia. Oleh karenanya, penggunaan kata kasbon digital diharapkan bisa lebih diterima. “Namun karena sekarang sudah zaman digital, maka Vinmo hadir sebagai kasbon digital.”
Seperti kebanyakan pemain EWA lainnya, Vinmo fokus pada penyediaan akses gaji lebih awal untuk karyawan agar mereka lebih sejahtera. Perusahaan tidak memosisikan diri sebagai perusahaan pemberi pinjaman karena tidak ada kerangka waktu pembayaran, biaya bunga, jaminan, pemeriksaan kredit, atau biaya keterlambatan. Karyawan yang memanfaatkan Vinmo hanya dibebani biaya administrasi sebesar 3% apabila melakukan pencairan.
Kristoforus menuturkan, diferensiasi Vinmo dengan pemain lain adalah transparansi dan dalam hal pengembalian dana, Vinmo menawarkan jangka waktu pembayaran lebih lama kemudian biaya transaksi yang lebih fleksibel. “Agar cash flow perusahaan tidak terganggu, sumber dana kasbon diambil dari Vinmo. Saat gajian tiba, tim Vinmo akan memberikan data ke HRD terkait penggunaan fasilitas Vinmo dan nominal yang harus dibayarkan oleh karyawan untuk dipotong gajinya.”
Cara kerja Vinmo
Untuk proses pencairan gaji, perusahaan diperlukan menjadi mitra di Vinmo dan mendaftarkan karyawannya. Selanjutnya, karyawan cukup mengunduh aplikasi Vinmo, mengisi data, dan menunggu verifikasi. Setelah itu, dana akan ditransfer ke rekening sesuai data yang diisi berdasarkan aplikasi yang diajukan dalam durasi 1x24 jam.
Terhitung, sejak Vinmo beroperasi pada September 2021, diklaim ada 30 perusahaan yang bergabung dan karyawan yang telah mengunduh aplikasi Vinmo tembus lebih dari 1.000 orang. “Target kami tahun ini bisa mencapai 100 perusahaan untuk diajak kerja sama.”
Target tersebut akan ditempuh dengan berbagai strategi pemasaran dan pengembangan inovasi baru untuk aplikasi. Di antaranya, penambahan fitur baru, seperti e-wallet, digital payment, dan digital agregator. Dengan demikian, aplikasi Vinmo dapat memenuhi semua kebutuhan pembayaran karyawan, tidak sekadar akses gaji lebih cepat saja.
“Banyak sekali perusahaan di Indonesia dan belum semua digarap oleh EWA. Kekuatan kami sebagai perusahaan lokal menjadi nilai lebih karena sangat mengerti attitude, habit, dan history orang Indonesia.”
Potensi bisnis EWA
Seperti diketahui, peluang EWA bertumbuh di Indonesia masih begitu besar karena memiliki segudang masalah, terutama dari sistem penggajian yang menjadi isu buat sebagian besar pekerja. Menurut data BPS, sekitar 129 juta pekerja menghadapi tekanan dan kesulitan finansial yang disebabkan oleh arus kas yang tidak teratur, jadwal pembayaran bulanan, pengeluaran tak terduga, dan akses finansial yang terbatas. Isu-isu di atas membuat mereka akhirnya “lari” meminjam uang dari lembaga tidak resmi, yang sering menetapkan bunga tinggi dan penagihan yang mencekam.
More Coverage:
EWA hadir untuk untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman online yang dianggap merugikan karena bunganya yang tinggi. Mengutip dari studi Health Living Index oleh AIA, uang adalah sumber utama faktor stres di Indonesia. Keuangan rumah tangga menyebabkan orang Indonesia lebih stres daripada pekerjaan, hubungan, atau bahkan kesehatan fisik mereka.
Survei global lainnya yang diselenggarakan PwC pada 2019 menemukan bahwa sebanyak 67% pekerja melaporkan berjuang pada tekanan finansial, yang berarti lebih dari dua pertiga populasi pekerja rentan terhadap migrain, depresi, dan kecemasan. Banyak penelitian menyoroti efek stres keuangan karyawan terhadap kinerja bisnis.
EWA dapat menjadi solusi untuk mendapatkan gaji lebih awal, bukan dalam bentuk pinjaman karena tidak memiliki bunga atau biaya keterlambatan. Pun, tidak memerlukan lisensi khusus, tidak seperti mengajukan perusahaan lending pada umumnya karena jaminannya langsung ke payroll karyawan, sehingga dari kacamata bisnis sangat masuk akal.
Sign up for our
newsletter