1. Lifestyle

Wolfenstein II Menanggalkan Multiplayer Demi Menjaga Kualitas Single-player dan Narasi

MachineGames: membubuhkan multiplayer secara paksa berpotensi mengurangi mutu konten.

Mode multiplayer telah menjadi standar wajib game-game blockbuster. Anda bisa menemukannya dalam bermacam-macam franchise, dari mulai Assassin's Creed terbaru hingga remake Doom. Beberapa game sebetulnya tidak membutuhkan multiplayer, tapi mode ini dinilai krusial untuk memperpanjang umur permainan, serta memberi jalan bagi sistem monetisasi pasca-rilis.

Namun developer MachineGames punya visi berbeda dalam menggarap permainan terbaru mereka, sebuah sekuel dari remake game shooter terpenting di sepanjang sejarah industri game: Wolfenstein II: The New Colossus. Mereka mengungkapkan keberanian untuk menanggalkan kesempatan monetisasi, demi memusatkan perhatiannya buat menyajikan pengalaman gaming terbaik.

Menurut pengakuan Tordsson Björk selaku narrative designer Wolfenstein II pada Games Industry, cara utama agar tidak ada kompromi pada kualitas narasi adalah dengan menghilangkan mode multiplayer dari permainan, dan fokus pada single-player. Ia mengaku, membubuhkan multiplayer secara paksa berpotensi mengurangi mutu konten, dan inilah dampa 'berbahaya' dari mencoba mengerjakan dua hal bersamaan.

Björk menjelaskan bahwa timnya menganggap seri baru Wolfenstein ini sebagai game 'petualangan' dan bukan sekedar shooter tradisional. Alasannya sederhana: permainan menyajikan banyak hal, dan bukan sekedar aksi baku tembak saja. Komitmen tersebut mereka pegang baik dalam Wolfenstein: The New Order, standalone expansion pack-nya The Old Blodd, serta tentu saja Wolfenstein II: The New Colossus.

Wolfenstein II memang permainan untuk gamer dewasa dan kental dengan kekerasan, namun isinya juga diwarnai humor dan cerita-cerita tragis. Di sana, MachineGames mencoba merealisasikan jagat alternatif di tahun 60-an senyata mungkin, saat ada banyak kampanye perjuangan hak sipil serta feminisme. Artinya, game ini tak hanya menyuguhkan aksi menumpas Nazi saja.

"Kami tahu cerita permainan ini cukup gila, tapi kami mencoba untuk tetap menyampaikannya dengan jujur," kata Björk. "Lewat The New Colossus, kami mencoba mendorong batasan, sembari tetap memastikan Wolfenstein II terasa istimewa. Di sana ada drama, fokus pada hubungan antar-manusia, dipadu humor kelam serta tema kekerasan."

Penjelasan Tordsson Björk membuat saya penasaran pada konten Wolfenstein II: The New Colossus. Berdasarkan sejumlah trailer yang telah Bethesda publikasikan, game tersebut lebih menyerupai Borderlands dan Doom dibanding permainan yang berorientasi pada narasi seperti BioShock.

Wolfenstein II: The New Colossus akan meluncur di PC, Xbox One dan PlayStation 4 pada tanggal 27 Oktober besok. Jika berniat untuk menikmatinya di Windows, pastikan PC Anda memenuhi daftar kebutuhan hardware game ini.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again