DCI Penyedia Data Center Tier IV Satu-satunya di Indonesia Bangun Gedung Kedua

DCI Penyedia Data Center Tier IV Satu-satunya di Indonesia Bangun Gedung Kedua

PT DCI Indonesia (DCI), penyedia layanan pusat data (data center) baru saja melakukan penutupan atap (topping off) gedung JK2. Gedung tersebut dibangun sebagai pusat data kedua yang dimiliki DCI sejak perusahaan tersebut beroperasi pada 2013.

Sebelumnya, DCI telah memiliki gedung JK1 sebagai gedung data center pertama. Namun, sejak meningkatnya permintaan penyimpanan data, DCI pun menyegerakan pembangunan gedung baru JK2. DCI sendiri berencana akan membangun data center hingga delapan gedung, hingga JK8, di kompleks seluas 3.9 hektare di kawasan industri MM2100, Cibitung, Bekasi.

Mengenai permintaan pasar ( demand), Presiden Direktur PT DCI Indonesia Toto Sugiri mengakui baru meningkat pesat di tahun 2017 lalu. Karena itulah perusahannya menyegerakan pembangunan gedung data center yang baru. Dia pun optimis, pembangunan gedung data center selanjutnya akan lebih cepat daripada pembangunan gedung pertama (JK1) ke gedung kedua (JK2).

“Kami tidak menargetkan kapan delapan gedung yang kami rencanakan akan terbangun, semuanya tergantung permintan. Tapi karena permintaan sedang tinggi, kami harus bergerak cepat,” ujar Toto kepada wartawan, usai melakukan topping off Gedung JK2 di Cibitung, Bekasi, Rabu (14/3/2018). Gedung JK2 sendiri ditargetkan rampung pada Agustus 2018 mendatang.

Toto mengungkap, Gedung JK2 dirancang memiliki critical IT load sebesar 7 megawatt (MW) dengan Service Level Agreement (SLA) 99,999 persen. Dengan spesifikasi seperti itu, DCI Indonesia pun mendapatkan sertifikasi Uptime Institute Tier IV Facility. Prestasi tersebut menjadikan DCI sebagai penyedia layanan data center terbaik yang ada di Indonesia, dibandingkan sebagian pemain data center lainnya yang baru memiliki sertifikasi Tier III.

“Sertifikasi Tier IV ini artinya kami hanya memiliki toleransi untuk down (mati lampu) selama lima menit dalam setahun. Sementara di level Tier III, toleransi down itu boleh 55 menit,” tutur Toto.

Dia menegaskan pembangunan JK2 merupakan salah satu wujud nyata komitmen perusahaan untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Untuk mencapai sertifikasi tertinggi Tier IV itu, menurut Toto, tak sedikit investasi yang digelontorkan DCI. Pasalnya, bisnis data center sangat erat kaitannya dengan keamanan data dan efisiensi.

“Kami berusaha menyediakan layanan data center terbaik. Meskipun ada toleransi down lima menit, selama hampir lima tahun beroperasi, buktinya kami tidak pernah mati sama sekali. Bayangkan, jika data center sebuah perusahaan e-commerce mati selama beberapa menit, berapa kerugiannya?” tukas Toto.

Lantas bagaimana DCI bisa mempertahankan semua komputer dan server di data center mereka supaya tetap menyala dan dingin? Menurut Toto, perusahannya sengaja menyediakan dua sumber daya listrik yakni dari PT Cikarang Listrindo dan dari PT PLN.

“Kami menyambungkan data center kami ke dua sumber daya. Jadi kemungkinan kedua sumber daya itu mati bersamaan sangat kecil,” tegas Toto yang sebelumnya tercatat sebagai pendiri PT Sigma Caraka, sebelum kemudian diakusisi Telkom.

Ditanya mengenai berapa investasi yang digelontorkan untuk membangun data cener bersetifikasi Tier IV, Toto menjawab dengan berdiplomasi.

“Dana yang kami investasikan untuk membangun data center Tier IV, 70 persen lebih banyak dari yang diperlukan untuk membangun data center Tier III,” kata Toto.

Investasi tersebut, menurut Toto, lebih banyak dialokasikan untuk pengadaan perangkat seperti server, pendingin, dan UPS, ketimbang untuk pembangunan fasilitas gedung sendiri.

Untuk semakin memperkuat pelayanan, DCI juga sejak 2013, telah bermitra dengan Equinix, sebuah perusahaan data center global yang beroperasi di 44 negara di dunia dan terkoneksi ke lebih dari 9.500 pelanggannya di seluruh dunia. Dengan begitu, sebagai cloud and carrier neutral data center, DCI menyediakan jasa kepada penyedia layanan cloud dan telekomunikasi dengan infrastruktur kelas dunia.

Dengan layanan seperti itu, siapakah klien-klien DCI? Hingga kini, DCI tercatat telah melayani klien dari berbagai bank, asuransi, perusahaan telekomunikasi, e-commerece dan cloud, baik nasional maupun multinasional.

“Selama ini klien kami mayoritas perusahaan finansial dan multinasional,” tutur Toto.

Menurut dia, perusahaan finansial berskala besar dengan standar tinggi dan paling teregulasi membutuhkan layanan data center yang handal, aman, dan terpercaya dengan standar operasional global. Dalam hal ini DCI telah menjadi market leader untuk melayani perusahaan finansial ini sebagai data center utama mereka.

Ditambah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran juga mengharuskan penyelenggara jasa pembayaran dan perusahaan jasa penunjang, seperti penyedia layanan jasa center untukmendapatkan izin dari bank sentral untuk beroperasi di negeri ini.

“Kita memiliki strategi untuk membentuk ekosistem yang bermanfaat untuk klien. Sebagai contoh sistem finansial pasti membutuhkan perusahaaan pembayaran seperti kartu kredit dan sistem pembayaran seperti ini dibutuhkan olehperusahaan cloud, e-commerce, dan OTT yang ada di dalam data center kami. Hal ini memberikan nilai tambah, terutama biaya yang lebih efisien secara jangka panjang. Sehingga kami merancang ekosistem ini secara sistematis dari awal, tutur Toto.

Targetkan Hyperscale Cloud, E-Commerce, dan OTT Global

Tingkat pemakaian Internet di Indonesia makin meningkat. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada 2017 pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Jumlah itu didorong dengan pesatnya jasa layanan e-commerce dan over the top (OTT).

Menyikapi kebutuhan penyedia data center di Indonesia pun ikut meningkat. Selain dari pesatnya penggunaan e-commerce, jasa layanan konten dan naiknya pengguna internet di Indonesia, layanan data center juga terbantu oleh beberapa peraturan. Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2012, mewajibkan penyelenggara layanan elektronik tertentu untuk memiliki pusat data (data center) dan pusat pemulihan bencana (disaster recovery center) di Indonesia.

“Adopsi teknologi dari perusahaan e-commerce, konten dan terutama cloud, membutuhkan data center dengan daya komputasi yang besar. Sebagai nilai tambah, DCI juga menawarkan interkoneksi di dalam ekosistem yang sama sehingga memberikan kemudahan akses dan efisiensi biaya, ujar Toto, yang selalu tampil santai dengan rambut gondrongnya itu menutup.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again