Pandemi Perkuat Pondasi Digitalisasi Asuransi, Insurtech Makin jadi Primadona di 2021?
Pandemi Perkuat Pondasi Digitalisasi Asuransi, Insurtech Makin jadi Primadona di 2021?
Terlepas dari tekanan ekonomi akibat pandemi, 2020 menjadi tahun penuh peluang dan capaian bagi industri insurance technology (insurtech). Pasalnya, pandemi juga membawa perubahan perilaku masyarakat yang menjadi serba digital dan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi. Hal ini juga semakin mencuri perhatian dari para investor terhadap potensi perkembangan insurtech. Respon positif pasar ini lantas membuat industri insurtech diprediksi akan tetap berpeluang besar untuk tumbuh di 2021.
Sebagai perusahaan insurtech terdepan di Indonesia dan Asia Tenggara, PasarPolis pun mengaku siap menyambut peluang insurtech di 2021 dengan membuat gebrakan inovasi lainnya. CEO dan Founder PasarPolis, Cleosent Randing mengatakan, “Saat ini, transformasi digital asuransi telah terjadi dan pondasinya telah terbangun semakin kuat selama 2020 karena adanya pandemi. Industri insurtech di 2020 ke 2021 terus bergerak positif dan pelaku industri ini harus mampu membawa gebrakan yang berbeda dan dampak positif lebih besar dari tahun sebelumnya. Kami yakin bahwa masih terdapat ruang yang sangat besar bagi insurtech untuk terus tumbuh ke depannya. Apalagi dengan kemampuan teknologi untuk menciptakan produk asuransi mikro yang lebih spesifik, terjangkau, dan tepat sasaran, sehingga bisa memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.”
Sebagai pelaku insurtech yang fokus mendemokratisasi asuransi bagi berbagai lapisan masyarakat, PasarPolis saat ini memiliki lebih dari 80 produk aktif. Semua jenis produk tersebut dirancang secara khusus agar dapat meringankan beban dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang unik antara satu sama lain. PasarPolis bertekad agar perlindungan asuransi dapat hadir bagi masyarakat mulai dari bangun tidur, bekerja, hingga kembali ke rumah.
Cleosent menambahkan, dampak positif luar biasa yang dihadirkan oleh teknologi telah dibuktikan secara nyata selama tahun 2020 lalu, terutama dalam menciptakan inklusivitas dan affordability (keterjangkauan) asuransi. “Teknologi AI yang kami gunakan memungkinkan kami untuk menciptakan produk yang lebih mudah diakses dan dijangkau, serta proses klaim yang lebih instan. Lewat keunggulan ini, insurtech mampu menjawab tiga masalah utama yang menghambat industri asuransi, yaitu akses yang rumit, proses klaim yang ribet, dan premi yang tidak terjangkau,” ungkap Cleosent.
Berkat pemanfaatan teknologi, PasarPolis mampu menorehkan capaian luar biasa selama tahun 2020. PasarPolis mendapatkan lebih dari 4.000.000 pelanggan baru hanya di bulan Juni 2020 lalu, dan baru-baru ini juga mencatat bahwa ada sekitar 70 juta polis yang dikeluarkan setiap bulannya. Selain itu, sepak terjang dan potensi perusahaan anak bangsa ini pun juga diakui oleh berbagai investor, baik global maupun lokal. Hal ini ditandai oleh pendanaan Seri B terbesar di industri yang diterima PasarPolis pada bulan September 2020 lalu.
Selain itu, teknologi juga memungkinkan pelaku insurtech untuk menembus segmentasi masyarakat yang sebelumnya sulit tersentuh layanan asuransi. PasarPolis sendiri mencatat bahwa 90% konsumennya adalah mereka yang sebelumnya tidak pernah membeli polis asuransi (first-time buyer), dan 40% pemegang polis PasarPolis merupakan pekerja sektor informal, seperti pengemudi ojek online, kurir, dan pelaku UMKM online.
PasarPolis optimis bahwa capaian positif yang sudah dibuat selama tahun 2020 akan terus bertambah dan tumbuh di tahun 2021. “Tahun ini, melalui teknologi, insurtech harus mampu membangun pondasi lebih kuat lagi bagi industri untuk terus bergerak maju. Dengan adopsi digital yang semakin tinggi, masyarakat yang semakin terbiasa menggunakan platform digital, serta permintaan terhadap asuransi yang meningkat, kami yakin bahwa prestasi insurtech di tahun 2021 akan terus berkembang di tahun-tahun berikutnya. Dalam memaksimalkan potensi insurtech, kami pun siap berkolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, asosiasi, hingga pelaku industri baik di Indonesia maupun Asia Tenggara.,” tutup Cleosent.