AC Ventures Bukukan Dana Kelolaan 823 Miliar, Targetkan 30 Startup Tahap Awal di Indonesia
Mencari peluang investasi di startup bidang e-commerce, fintech, pendukung UKM, dan media digital
AC Ventures (ACV) hari ini (12/10) secara resmi mengumumkan penutupan pertama ACV III Capital L.P. Di penutupan pertama, dana senilai $56 juta atau setara 823 miliar Rupiah berhasil dikumpulkan dan akan diinvestasikan ke 30 startup potensial selama tiga tahun ke depan. ACV III ditargetkan mencapai $80 juta atau setara 1,1 triliun Rupiah untuk investasi startup tahap awal di Indonesia.
Secara khusus ACV berminat mencari peluang investasi di startup bidang e-commerce, fintech, pendukung UKM, dan media digital. Beberapa portofolio mereka sebelumnya termasuk Shipper, Kargo, Stockbit, BukuWarung, ESB, CoLearn, KitaBeli, Aruna, dan Soul Parking.
"LP dana kami mencakup perusahaan digital dan strategis terkemuka, konglomerat lokal Indonesia, dan wirausahawan teknologi yang telah mengembangkan bisnis miliaran dolar," ujar Managing Partner Adrian Li.
ACV adalah perusahaan modal ventura kemitraan, terdiri dari 3 mitra, 6 investor profesional, dan tim pendukung. Sebelum menjadi satu dalam ACV, Convergence Ventures dan Agaeti Ventures telah mengelola dana melalui CVI ('15) dan AVI ('18) dengan tingkat pengembalian masing-masing 31% dan 48%.
Investasi di masa pandemi
Ekonomi digital Indonesia tumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di tahun 2020 ini akibat "gangguan" pandemi Covid-19. Kemudian, banyak pemodal ventura harus melihat ulang kondisi ekosistem. Terkait hal itu, kepada DailySocial tim ACV mengatakan, pihaknya menyaksikan beberapa tren menarik yang berkembang di seluruh startup portofolio. Hal itu tentu memunculkan semangat tersendiri untuk terus berinvestasi pada sektor-sektor yang dalam tesis investasinya.
"[Karena Covid-19] kami tidak mengetatkan kriteria investasi, karena untuk setiap perusahaan, model bisnis, dan sektor kami memerlukan pendekatan berbeda dalam melakukan due diligence. Kami mengevaluasi perusahaan berdasarkan potensi pasar, pendiri, dan daya tarik/pembuktian product-market fit. Kami tidak hanya ingin melihat perusahaan yang dapat melakukan skalabilitas, tapi juga memiliki jalur menuju unit ekonomi yang positif," ujar Adrian menambahkan.
Melihat berbagai kondisi, termasuk demografi, ACV cukup yakin bahwa ekosistem startup di Indonesia akan menjanjikan. Pasar akan terus melakukan percepatan dalam mengadopsi dukungan teknologi. Untuk itu, menjadi peluang tersendiri bagi startup digital untuk bisa menjadi perusahaan miliaran dolar, khususnya di sektor-sektor kritis seperti fintech, logistik dan tidak menutup kemungkinan pendidikan, kesehatan, pertanian, dan pendukung UKM.
"Kami mencari pendiri yang menunjukkan ketangguhan dan kemauan untuk menyesuaikan bisnis dalam menghadapi kesulitan. Mengenai persaingan, tidak jarang melihat banyak pemain di ruang tertentu, karena itu menegaskan kembali peluang sektor tersebut. Pasar tempat kami berinvestasi cenderung cukup besar untuk menampung beberapa pemain. Tidak selalu pemenang mengambil semua hasil. Kami yakin para pendiri kami memiliki potensi luar biasa untuk sukses di bidangnya masing-masing," imbuh Adrian.
Selain Adrian Li, selaku founder partner ACV terdapat Michael Soerijadji dan Pandu Sjahrir yang mewakili Indies Capital. Dikatakan ambisi ACV adalah memanfaatkan wawasan industri pada pendiri, memberikan dukungan dan jaringan global untuk memberdayakan para founder dalam membangun bisnis yang mampu mendemokratisasi berbagai bidang di Indonesia dan Asia Tenggara.