Aplikasi Digital Graffiti ‘Harpoen’ Kini Hadir di Android
Sejak diluncurkan setahun yang lalu, Harpoen telah menorehkan sejumlah pencapaian. Prestasi terbaru yang bahkan turut mengharumkan nama Indonesia adalah berhasil menjadi pemenang World Summit Award Mobile 2012 untuk kategori m-Tourism and Culture. Setelah setahun berkibar di platform iOS, kini aplikasi digital graffiti yang dibentuk oleh tiga serangkai John Patrick Ellis, Agatha Simanjutak-Ellis dan Ty Kroll tersebut merambah ke sistem operasi Android.
Dari segi antarmuka maupun fitur, rilis di Android ini langsung mengadopsi Harpoen versi 2.0 di iOS. Seperti ketersediaan pilihan mendaftar dengan akun Facebook dan Twitter serta fasilitas import foto dari Instagram. Ada empat menu utama yang tampil di antarmuka aplikasi ini, yaitu Home, Explore, Me, dan Leave a Harp.
Home menampilkan lingkaran radar yang memperlihatkan setiap harp di sekitar lokasi pengguna. Kemudian Explore yang menjadi pusat bagi pengguna untuk mengetahui berbagai aktivitas digital yang ada di lokasi sekitar pengguna. Semua Harp yang dibuat di lokasi pengguna ditampilkan di sini. Menu Explore juga menyediakan fitur Search untuk mencari apapun hal menarik yang hasilnya akan ditampilkan berdasarkan lokasi. Jika kata kunci tersebut disimpan, maka setiap harp yang mengandung kata kunci tersebut akan memberikan pemberitahuan saat pengguna berada di sekitar.
Ada sedikit perbedaan di menu Explore ini antara versi iPhone dengan Android. Di iPhone, pada setiap Harp selain menu komentar terdapat fitur Iconicon yang menampilkan wajah tokoh-tokoh terkenal yang dianggap mewakili karakter epik, cerdas, lucu, atau konyol. Sedangkan di Android menu tersebut tidak ada dan diganti fitur favorit dengan tanda bintang.
Fitur berikutnya, Me, menampilkan aktivitas yang dilakukan oleh pengguna sekaligus notifikasi jika ada pengguna lain yang mengomentari Harp kita. Di sini juga bisa mengetahui teman-teman di jejaring sosial Facebook, Twitter, dan Instagram yang sama-sama memakai Harpoen, berikut aktivitas yang dilakukannya.
Menu terakhir adalah Leave Harp yang fungsinya serupa update status, namun dibuat berdasarkan lokasi. Seperti halnya aplikasi geo-lokasi lainya, Harp juga bisa di-share ke Facebook dan Twitter. Di sini pengguna bebas menuliskan catatan apa saja, seperti curhat kegalauan, rekomendasi menu kuliner, password Wi-Fi, dan sebagainya, termasuk ketersediaan untuk upload foto disertai efek yang memakai teknologi Aviary. Karena Harpoen memang dirancang sebagai digital graffiti.
Karakter teks di form Harp tidak dibatasi, tetapi jika pengguna memilih untuk share ke Twitter, maka akan muncul tanda berapa jumlah karakter teks yang telah dipakai. Jika melebihi 140 karakter, angka berubah menjadi minus dengan warna merah untuk memperingatkan jika status Harp melebihi batasan untuk Twitter. Menariknya, terdapat pilihan anonymous jika pengguna tidak berkenan menampilkan siapa dirinya pada coretan digitalnya di lokasi tersebut. Caranya dengan tap pada bagian nama alias, maka teks Anonymous akan berubah menjadi tebal sebagai tanda aktif. Jika menu ini yang dipilih, maka opsi untuk share ke jejaring sosial menjadi tidak aktif.
Meski antarmukanya menarik dengan fitur-fitur yang nyaris tidak ada bedanya dengan versi iPhone, ada beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian. Pada versi 1.1 yang saya coba di HTC One X+, performanya masih belum memuaskan. Beberapa kali terjadi crash (force close) terutama pada awal-awal pemakaian aplikasi.
Pendeteksian lokasi juga masih belum bisa dibilang akurat. Contohnya, posisi saya berada di Jalan Warung Jati Barat di sekitar Pejaten Village, namun lokasi yang terdeteksi adalah Cilandak Timur. Padahal jarak keduanya terpaut sekitar 2 km. Begitupun ketika pengguna berpindah lokasi, proses pendeteksian ke lokasi yang baru tidak berlangsung dengan cepat. Sebagai aplikasi yang berbasis geo-lokasi, tentu akurasi lokasi menjadi isu utama [masalah ini sepertinya berkaitan dengan layanan seluler yang digunakan, di iPad & iPod (lewat WiFi) tidak bermasalah - Ed] .
Akan lebih baik lagi jika Harpoen memiliki database lengkap venue untuk tempat publik seperti kafe, mall, SPBU, Hotel, dan sebagainya sehingga Harp yang dikirim oleh pengguna lebih relevan. Beberapa aplikasi tenar seperti Instagram dan Path menggunakan jasa Foursquare untuk database lokasi. Jika Harpoen tidak ingin memakai API Foursquare, mungkin bisa membangun sendiri database lokasi dengan sistem kurasi seperti yang pernah dilakukan oleh Koprol. Selain itu, perlu juga disediakan fitur semacam Notes yang memungkinkan pengguna untuk menampilkan Harp dalam bentuk coretan tangan, sehingga nuansa Graffiti-nya lebih terasa dibanding sekadar teks.
Bagaimanapun, ini adalah langkah awal bagi Harpoen untuk melebarkan sayap ke ranah Android. Dengan besarnya pangsa pasar yang dimiliki, platform yang dibuat Google ini sangat potensial jika ingin menambah jumlah pengguna. Meski upaya itu harus dibayar dengan pengembangan aplikasi yang relatif lebih berat dibanding iOS, karena luasnya varian handset Android yang beredar di pasar. Jika tertarik, Anda bisa mengunduh aplikasi Harpoen secara gratis di Google Play Store.