Aplikasi Saga Sehat Dorong Digitalisasi Posyandu di Indonesia
Layanan ini sudah menjangkau banyak kabupaten di Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sampai NTT
Salah satu isu yang masih menghantui pertumbuhan balita di Indonesia adalah stunting, masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badan tidak sesuai umur. Kondisi ini merupakan salah satu indikator gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan asupan gizi kronis pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, yakni dari anak masih dalam bentuk janin hingga berusia 23 bulan.
Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Tingginya prevalensi stunting dalam jangka panjang ditengarai berdampak pada kerugian ekonomi bagi Indonesia.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Angka ini telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang diperkirakan mencapai 26,9%. Pemerintah sendiri menargetkan stunting di Indonesia akan turun menjadi hanya 14% pada 2024.
Beberapa inovasi telah dikembangkan untuk menekan angka prevalensi stunting di Indonesia. Salah satunya adalah "Saga Sehat", layanan aplikasi digital untuk memantau pertumbuhan seputar kesehatan anak bayi dan balita besutan PT Sadamaya Graha Teknologi. Aplikasi ini turut mendorong program pemerintah dalam pencegahan stunting melalui digitalisasi posyandu.
Dikembangkan pada tahun 2020, perusahaan melihat kebutuhan alat antropometri di Posyandu masih sangat terbatas dari sisi kapasitas dan kapabilitasnya. Kemudian, timnya mempelajari lebih dalam data dan prosesnya. Di samping itu, penimbangan di Posyandu dilakukan secara bulanan oleh kader Posyandu dan hasil laporannya dikirimkan ke Puskesmas untuk diinput ke aplikasi ePPGBM sebagai sumber data stunting nasional.
Dalam perjalanannya perusahaan semakin paham proses di Posyandu dan terkait stunting itu sendiri. Ternyata masih banyak masyarakat yang tidak aware tentang kondisi stunting dan indikatornya. Ini termasuk kalangan menengah ke atas di perkotaan. Hal ini semakin menciptakan pertanyaan tentang stunting di kota atau daerah terpencil. Fakta ini membuat perusahaan lebih serius berkontribusi menanggulangi stunting melalui inovasi di teknologi.
Dimas Harya sebagai perwakilan Saga Sehat mengungkapkan bahwa, "Selain awareness, tantangan terbesar yang kami temukan adalah proses yang masih manual. Mulai dari alat timbangan yang belum digital, bahkan di beberapa tempat masih ada yang pakai timbangan manual. Lalu proses pencatatannya tulis tangan. Penitikan KMS (Kartu Menuju Sehat) juga belum terdigitalisasi. Jadi sangat rentan human error. Belum lagi akurasi dan prosesnya memakan waktu lama."
Perusahaan sempat mengadakan riset di salah satu posyandu di Jakarta. Dari penimbangan sampai pelaporan ke Puskesmas, ada yang memakan waktu sampai 1 bulan. Di luar Jakarta bahkan ada yang sampai 3 bulan. Proses ini semakin memperlambat identifikasi dan penanganan balita stunting. Masalah ini yang kami coba dipecahkan oleh Saga Sehat dengan bantuan teknologi.
Selain itu, ada banyak kader Posyandu itu ibu rumah tangga yang sudah tergolong berumur dan belum melek teknologi. "Jadi dalam proses training-nya harus secara perlahan," tambah Dimas.
Model bisnis dan target ke depan
Pada dasarnya, model bisnis Saga Sehat adalah B2B. Perusahaan melakukan monetisasi dengan menjual alat kesehatan antropometri ke pemerintah. Alat-alat ini diproduksi dalam negeri, pabriknya sendiri berlokasi di Cianjur. Semua alat memiliki sertifikasi TKDN di atas 50% serta memiliki izin lengkap dan terdaftar di eKatalog.
Produk lainnya adalah alat timbangan yang terkoneksi dengan aplikasi melalui Bluetooth. Aplikasi tersebut didesain khusus untuk kebutuhan kader agar proses pengukuran, pencatatan dan pelaporan stunting menjadi lebih cepat dan akurat. Selain itu juga terdapat fitur KMS digital yang bisa dibagikan kepada orang tua untuk mengantisipasi KMS hilang atau rusak yang banyak kami temukan.
Perusahaan juga memberikan dukungan alat dan aplikasi dari mulai training penggunaan kepada kader, pendampingan dan customer service untuk mengantisipasi kendala di alat maupun penggunaan aplikasi.
More Coverage:
Sejak resmi diluncurkan pada 2021, perusahaan terus mengembangkan solusinya dari tahun ke tahun dan mengklaim pertumbuhan yang exponential. Saat ini produknya sudah digunakan di banyak kabupaten di Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sampai NTT. Saga Sehat juga sempat mendapatkan piagam penghargaan karena telah berpartisipasi di program inovasi teknologi agar tercapai zero stunting di kota Depok.
Dari segi kapital, perusahaan mengaku saat ini sedang fokus mengembangkan inovasi teknologi kesehatan di area-area lain yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. "Kami belum ada rencana jangka pendek untuk melakukan fundraising, walaupun kami terbuka dengan hal itu," ungkap Dimas
Target utamanya tentu adalah untuk mengurangi angka stunting di Indonesia. "Kami sudah melengkapi alat kami sesuai dengan spesifikasi alat terbaru dari Kementerian Kesehatan, menyiapkan production line dan stok, dan juga inovasi teknologi yang akan semakin memudahkan pencegahan dan penanganan stunting di Indonesia," pungkas Dimas.