Bisnis Online Grocery B2C Masih Butuh Penyesuaian, Segari Lakukan Efisiensi
Perusahaan melakukan layoff terhadap 24% dari total karyawan
Startup online grocery kembali mendapati sorotan. Setelah Sayurbox melakukan layoff akhir tahun 2022 lalu dan sejumlah lainnya mengalami kesulitan bisnis, kini Segari dikabarkan telah melakukan PHK kepada 24% total pegawainya. Jika melihat di laman LinkedIn perusahaan, total ada sekitar 600an pegawai di Segari (artinya ada sekitar 144an pegawai yang terdampak).
Sumber kami mengatakan, pengumuman ini disampaikan bersamaan dengan townhall perusahaan pada Rabu (11/1). Pegawai yang terdampak telah dijanjikan mendapatkan kompensasi sesuai aturan PHK di Indonesia.
Kami juga telah mencoba menghubungi Co-Founder & CEO Segari Yosua Setiawan untuk menanyakan alasan di balik aksi ini, namun belum mendapatkan respons.
Fokus ke bahan makanan segar seperti buah, sayur, dan daging, saat ini Segari telah memiliki jaringan mitra petani di Jawa dan Sumatera. Dalam proses bisnisnya mereka memanfaatkan sistem desentralisasi gudang untuk menjaga kualitas produk tetap dalam kategori grade A+. Serta, bekerja sama dengan mitra penjualan untuk mengirim barang dalam waktu 15 jam setelah pemesanan.
Terkait pendanaan, Segari telah memperoleh dukungan dari sejumlah investor. Di antaranya Go-Ventures, SIG, Alfamart, Gunung Sewu Group, Intrinity Capital Beenext, AC Ventures, Saison Capital hingga figur publik Maudy Ayunda sebagai salah satu angel investor.
Dalam rilis yang kami terima tahun lalu, Segari bahkan mengklaim selama satu tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan bisnis positif, naik lebih dari 20 kali lipat untuk jumlah pelanggan dan pendapatan.
Dalam survei yang dilakukan oleh Populix akhir tahun 2022 lalu juga tercatat, Segari yang masuk dalam kategori quick commerce banyak digunakan oleh responden yaitu sekitar 16%.
Namun demikian, iklim bisnis online grocery secara umum memang tengah mengalami penurunan, khususnya di ranah B2C. Growth luar biasa selama pandemi tidak bisa menjadi tren yang terus dipertahankan, seiring dengan perubahan cara masyarakat dalam berbelanja kebutuhan pokok.
Sejumlah startup akhirnya mengubah model bisnis mereka untuk turut memperkuat lini B2B. Hal ini dilakukan pemain seperti Tanihub, Titipku, dan beberapa lainnya.
Pasar online grocery belum matang
Di sepanjang tahun 2022, DailySocial.id mencatat sejumlah pemain yang menawarkan online grocery dan quick commerce terpaksa menyerah dan harus menghentikan operasionalnya. Beberapa di antaranya adalah Brambang yang kini beralih menjadi online marketplace untuk elektronik. Layanan Traveloka Mart diketahui menutup layanannya yang baru beroperasi selama enam bulan. Hingga Bananas yang beroperasi sejak Januari 2022 telah menghentikan operasional setelah menjual sisa persediaan produknya dengan diskon yang signifikan.
Di sisi lain hingga saat ini belum meluasnya area layanan dari para platform online grocery tersebut, yang masih terbatas di kawasan Jabodetabek hingga tier 1 saja. Menyulitkan bisnis untuk mendapatkan pengguna dalam jumlah besar dan hanya terpusat di beberapa wilayah saja.
More Coverage:
Saat pandemi pembatasan sosial menjadi momentum tersendiri bagi pemain online grocery di Indonesia. Namun saat ini ketika pandemi yang sudah mulai melandai dan kegiatan offline hingga WFO yang sudah mulai diterapkan oleh perusahaan kepada pegawainya, mulai mengurangi kegiatan belanja secara online.
Dilansir dari Kontan, Ketua Umum Indonesian E-Commerce Association (idEA), Bima Laga mengatakan, pasar online grocery di Indonesia saat ini terbilang memang belum mature atau matang lantaran baru terbentuk pada masa pandemi.
“Kalau dilakukan subsidi ongkos kirim ataupun diskon promo secara terus menerus itu tentu akan menjadi beban bagi perusahaan startupnya. Dari sisi investor juga lebih selektif dalam memilih startup-startup yang lebih berorientasi pada profitabilitas,” imbuh Bhima.