Peran Digitalisasi Terhadap Peningkatan Bisnis Pasar Tradisional
Tiga hal utama yang menjadi perhatian adalah rantai pasok, kondisi pasar, dan permodalan
Setelah tahun lalu berhasil meluncurkan laporan bertajuk "Indonesia Online Groceries Report 2022", Titipku kembali menghadirkan riset lanjutan dengan tema besar "Digitalisasi Pasar Tradisional di Indonesia". Jika sebelumnya mereka fokus mengupas seluk beluk online grocery dan potensinya, riset terbaru ini memaparkan peran teknologi dalam mendisrupsi pasar tradisional di Indonesia.
Dikutip dari Katadata, Laporan Direktori Pasar dan Pusat Perdagangan 2020 mencatat sekitar 16.235 pasar tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia. Angka terbanyak disumbang oleh Pulau Jawa dengan 5.949 unit. Kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebanyak 4.896 unit dan Sulawesi 2.165 unit. Maluku dan Papua memiliki jumlah pasar rakyat paling sedikit sebanyak 453 unit.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 juga menunjukkan bahwa pasar tradisional masih menjadi pusat perdagangan terbesar di Indonesia (89%) dibandingkan dengan jumlah pusat perbelanjaan (3,7%) dan supermarket (7,3%). Angka ini menunjukkan bahwa pasar tradisional masih sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Salah satunya karena harga produk yang terjangkau.
Tingginya sebaran pasar tradisional di Indonesia menunjukkan besarnya potensi yang dimiliki. Sebuah survei yang dilakukan oleh Nielsen pada Juni 2020 menyebutkan bahwa 58% orang lebih memilih berbelanja di pasar tradisional, bahkan ketika pandemi. Di tahun 2021, penjualan grosir di Indonesia mencapai $71,64 miliar, 53,59% dari total penjualan berasal dari pasar tradisional.
Meskipun menyimpan potensi yang sangat besar, masih ada beberapa masalah yang kerap dihadapi oleh para pedagang di pasar tradisional. Tiga hal utama yang menjadi perhatian adalah rantai pasok, kondisi pasar, dan modal/kapital. Berikut adalah beberapa fakta yang mendukung pernyataan ini.
Dari sisi rantai pasok, contohnya, mahalnya harga daging akibat rantai distribusi yang panjang membuat konsumen mencari produk alternatif lain. Hal ini mengancam keberlangsungan bisnis pedagang daging sapi. Di samping itu, kenaikan harga BBM pada September 2022 juga berpotensi menaikkan harga bahan pokok, menyusul kenaikan harga barang-barang dari petani ke pedagang.
Subsidi transportasi dari pemerintah juga dinilai tidak efektif oleh Direktur Eksekutif Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios), Bhima Yudhistira. Pasalnya, terdapat banyak titik distribusi dalam rantai pasok, mulai dari petani, distributor besar, pengecer, hingga konsumen. Bhima mempertanyakan pada titik mana subsidi transportasi akan diterapkan.
Terkait kondisi pasar, Katadata juga menyebutkan bahwa dari 16.235 pasar di Indonesia pada 2020, sekitar 13,9% atau 2.256 unit pasar belum pernah direnovasi sejak beroperasi. Selain itu, terdapat 218 pasar tradisional yang tidak pernah direnovasi meski telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Hal ini cukup mempengaruhi minat pembeli dan pedagang di pasar tradisional.
Mengenai modal usaha, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia Ikhsan Ingrabuh, mengatakan bahwa program pemerintah untuk menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 7% menjadi 6% sudah baik, namun kebijakan ini dianggap kurang efektif tanpa akses yang mudah bagi pemilik UMKM, mereka lebih suka fintech dengan minat tinggi tetapi akses mudah.
"Pedagang punya modal terbatas. Hari ini jualan, uang yang dihasilkan hanya untuk diputar esok hari. Sementara akses ke bank sulit tanpa laporan keuangan atau jaminan. Di sinilah peran Titipku sebagai perusahaan yang fokus pada digitalisasi pasar dalam menjembatani kebutuhan para pedagang pasar dengan pembiayaan/modal," ujar Co-Founder dan CEO Titipku Henri Suhardja.
Inovasi dari sisi teknologi
Bhima Yudhistira menyatakan ekosistem digital bagi UMKM dan pasar ini dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan rantai pasok yang sudah terlalu lama. Digitalisasi juga diyakini dapat membantu pedagang mendapat akses yang lebih mudah terhadap modal usaha dan mengurangi tingkat volatilitas harga produk.
Di samping itu, inovasi di bidang teknologi juga bisa membantu pedagang pasar tradisional untuk memperluas jangkauan bisnis serta meningkatkan kompetisi dalam industri. Teknologi juga bisa menyederhanakan proses transaksi dan menghemat biaya. Hal ini sekaligus menghadirkan pengalaman baru yang ditawarkan pada para pembeli.
“Dengan UMKM masuk ke online/marketplace, UMKM bisa mendapatkan kesempatan untuk masuk ke pasar baru. Artinya UMKM akan dikenal lebih luas dan mendapatkan kesempatan dikenal oleh calon customer yang baru, yang berpotensi menjadi pelanggan. Dengan demikian, UMKM tidak hanya bergantung ke pelanggan lama saja, tapi punya pelanggan baru,” ungkap Henri.
Inklusi keuangan digital juga memungkinkan UMKM dan pedagang pasar untuk mengoptimalkan pengembangan bisnis mereka. Hal ini disebabkan inklusi keuangan dan penerapan solusi digital yang tepat mendorong UMKM dan pasar menjalankan bisnis secara lebih efektif dan efisien. Hal ini memungkinkan para pedagang untuk meningkatkan kapasitas produksi, memperluas pasar, dan bahkan mendapatkan akses ke kredit yang lebih besar.
Titipku memiliki model bisnis B2B yang sejalan dengan manfaat digitalisasi, yaitu membantu pasokan barang pedagang dan memberikan bantuan permodalan untuk mengaksesnya. Pedagang dapat mengambil barangnya melalui Titipku. Barang-barang tersebut tidak dikenakan ongkos kirim sehingga harga jual lebih stabil dan terjangkau kepada pelanggan.
Adanya riwayat transaksi di aplikasi juga memudahkan pedagang untuk dokumentasi usaha sehingga dapat lebih mudah dalam mengajukan bantuan permodalan. Titipku mereferensikan merchant yang memenuhi syarat untuk dukungan modal dari bank. Titipku bekerja sama dengan Nobu Bank dalam program ini.
More Coverage:
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki juga mengatakan bahwa beberapa sektor digital di Indonesia tengah berkembang pesat seperti e-commerce,edutech, property-tech, ride-hailing, dan health-tech. Pada 2030, nilai transaksi digital di Indonesia diperkirakan mencapai Rp160,4 triliun per platform, Rp575 triliun, Rp202,4 triliun, Rp401 triliun, dan Rp471,6 triliun.
Diproyeksikan nilai transaksi ekonomi digital akan tumbuh menjadi Rp 4.531 triliun pada tahun 2030 dengan dominasi sektor e-commerce. Untuk itu, digitalisasi UMKM akan semakin strategis. Sedangkan pada 2025 Google memproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia mencapai USD 146 miliar, dan ini menurut Ketua MPR Bambang Soesatyo juga harus dinikmati oleh UMKM.
Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa platform digital yang dapat membantu para pedagan di pasar tradisional untuk mengembangkan bisnis mereka. Selain Titipku, di ranah B2B ada Ula dan GudangAda. Di ranah B2C juga ada pasar.id, Tumbasin, Teman Pasar dan Tukang Sayur.
Sign up for our
newsletter