Bitcoin Sebagai Mata Uang Digital, Solusi Transaksi Online atau Sarana Spekulasi?
"Demam" Bitcoin sudah mulai merambah Indonesia. Di ajang Startup Asia Jakarta 2013, hadir sebuah startup bernama Artabit yang ingin memperkenalkan Bitcoin sebagai sarana pembayaran bagi transaksi e-commerce. Secara global, Bitcoin sudah mulai mendapatkan pengakuan. Salah satu layanan terkenal yang sudah menerima Bitcoin sebagai salah satu alat pembayarannya adalah WordPress dengan toko online-nya.
Sebelumnya kita harus tahu dulu apa sebenarnya Bitcoin dan sejujurnya saya sendiri mengalami kesulitan untuk menjelaskan dengan mudah apa yang dimaksud dengan Bitcoin sebagai altrenatif mata uang digital. Video yang dibuat oleh Duncan Elms bisa membantu memahami bagaimana Bitcoin dibuat dan digunakan.
Untuk yang menginginkan penjelasan yang lebih sulit, silakan baca dulu paper yang mendasari hadirnya Bitcoin ini. Dibuat oleh perorangan/tim menggunakan pseudonim Satoshi Nakamoto, paper ini menjelaskan tentang algoritma kriptografi yang dibutuhkan untuk menghasilkan Bitcoin dan solusi yang aman untuk transaksi online karena menggunakan konsep jaringan peer-to-peer dan tidak melalui pihak ketiga seperti institusi perbankan.
Kembali ke topik bahasan kita, Bitcoin sesungguhnya merupakan alternatif yang menarik bagi transaksi online. Menggunakan Bitcoin setiap pihak dapat merahasiakan privasi data-data yang dimiliki setiap melakukan pembayaran. Konsumen tidak perlu lagi menginformasikan data pribadi dan data keuangan setiap kali melakukan transaksi online.
Keuntungan penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran online setidaknya ada dua poin. Pertama secara infrastruktur tidak dibutuhkan lagi sarana perbankan sebagai pihak ketiga untuk memverifikasi pembayaran yang dilakukan. Pembayaran bisa dilakukan secara langsung dari pembeli ke penjual melalui infrastruktur peer-to-peer yang sudah ada. Dengan tidak adanya campur tangan pemerintah/bank sentral, cukup mustahil untuk melacak siapa saja yang terlibat dalam transaksi menggunakan Bitcoin.
Yang kedua, karena yang terlibat dalam transaksi adalah jumlah Bitcoin yang diperlukan untuk membayar, kerugian bisa diminimalisir seandainya terjadi fraud terhadap transaksi tersebut karena tidak semua informasi blockchain yang dimiliki oleh seseorang dapat teridentifikasi dengan mudah. Lain halnya jika terjadi fraud terhadap transaksi online biasa yang mengakibatkan pihak ketiga bisa mengetahui data finansial (kartu kredit atau kartu debit) yang dimiliki oleh konsumen. Dampak kerugian fraud yang terkait data finansial bisa jauh lebih besar.
Meskipun keuntungannya secara jangka panjang menjanjikan, sebagai alternatif solusi yang seumur jagung, Bitcoin bukan tanpa masalah dan kekhawatiran. Pertama adalah masalah penyimpanan. Sebagai mata uang digital, bisa dikatakan belum ada sarana dompet digital yang reliable, bahkan untuk Mt. Gox sebagai "bank" Bitcoin yang paling besar sekalipun. Bisa saja kita simpan sendiri Bitcoin yang kita miliki di dalam flashdisk dan di-backup berkali-kali, tapi toh belum tentu perangkat seperti ini bakal bertahan hingga 20 tahun ke depan.
Hal kedua yang menjadi permasalahan Bitcoin adalah volatilitasnya yang masih sangat tinggi. Sangat mudah nilainya menanjak dan dengan mudah pula nilainya menukik tajam. Saat tulisan ini dibuat nilai 1 BTC sudah lebih dari $1000, padahal tiga-empat tahun yang lalu nilainya mungkin tidak sampai $1. Bukan hal yang tidak mungkin jika nilainya besok tiba-tiba menukik di angka $600 atau bahkan lebih rendah. Volatilitas ini membuatnya rentan menjadi sarana spekulasi.
Sebagai konsumen, tentu saat ini lebih mudah mempersepsikan Bitcoin sebagai sarana investasi/spekulasi melihat fluktuasinya yang luar biasa. Membeli Bitcoin di nilai rendah dan menjualnya di nilai yang lebih tinggi jelas lebih menjanjikan dalam jangka pendek ketimbang menggunakannya sebagai alat membeli suatu benda digital. Toh untuk membeli suatu barang kita tetap bisa menggunakan mata uang yang lebih stabil.
Menurut saya, sampai Bitcoin berada di suatu titik kesetimbangan tertentu, akan sulit memanfaatkannya sebagai suatu alat pembayaran primer untuk transaksi digital. Hal akan berbalik seandainya Bitcoin sudah menjadi mata uang digital yang digunakan secara universal tanpa konversi ke uang kertas konvensional, meskipun saya yakin pasti mendapatkan tantangan luar biasa dari institusi perbankan yang sudah bertahan ratusan tahun. Sampai kondisi itu kita capai, Bitcoin akan tetap menjadi wacana menarik sebagai alternatif pembayaran masa depan.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]