East Ventures Pimpin Pendanaan Awal Startup D2C Asal Singapura “Evo”
Dana akan digunakan untuk gandakan anggaran R&D kategori produk baru, eksplorasi saluran distribusi baru di sektor D2C
Startup direct-to-consumer (D2C) Evo mengumumkan telah menyelesaikan putaran pendanaan awal senilai $600 ribu (senilai 8,9 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures. Sejumlah angel investor dari petinggi startup, seperti Aaron Tan (Carro), Joel Leong (ShopBack), Mohandass (Spenmo), dan Jonathan Tan (Prism+) turut berpartisipasi dalam putaran ini.
Putaran ini sekaligus menambah jajaran investor yang telah mendukung Evo sejak berdiri. Mereka adalah Bonjour Holding, SparkLab Ventures, Paragon Capital, Farquhar Ventures, dan super angels yang mencakup pendiri dan tim manajemen dari berbagai startup ternama.
Dana yang terkumpul akan digunakan perusahaan untuk memperluas penawaran produk Evo dan menggandakan anggaran untuk R&D kategori produk baru untuk mengeksplorasi saluran distribusi baru di sektor D2C.
“Kami percaya bahwa Covid-19 telah mempercepat pola pembelian e-commerce global secara drastis. Kami ingin menjadi generasi baru digital native brand yang melayani pelanggan dalam kategori kesehatan dan kebugaran, dengan brand dan konten produk yang lebih baik, serta harga yang lebih terjangkau dengan menghilangkan perantara,” ujar Co-founder dan CEO Evo Roy Ang dalam keterangan resmi, Rabu (3/8).
Evo didirikan pada 2020 oleh Roy Ang (CEO) dan Teoh Ming Hao (COO). Keduanya merupakan bagian dari anggota tim awal Grab Financial Group, yang membangun GrabPay dan produk pembayaran lainnya secara regional. Sebelum bergabung di decacorn tersebut, mereka berdua memegang posisi manajemen di startup media online e27 dan Tech in Asia.
“Kami telah melihat kemahiran dan ketangkasan Evo dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang pada sektor kesehatan dan kecantikan. Kami percaya bahwa pendanaan ini akan membantu Evo untuk memperluas kehadirannya di pasar regional dan menyediakan produk terbaik yang memenuhi kebutuhan pelanggan,” tambah Principal East Ventures Devina Halim
Produk Evo
Evo memosisikan diri sebagai house of brands yang berfokus pada produk kesehatan dan kecantikan. Perusahaan membuat produk suplemen dan perawatan rambut berkualitas tinggi yang dibuat dari pabrik yang sama dengan brand besar global.
Evo memiliki lebih dari delapan produk berbeda, termasuk produk andalannya, BounceBack, sebuah suplemen perawatan hati dan anti gejala hangover. Diklaim produk unggulan ini disukai oleh banyak pekerja dari berbagai pengalaman berkat tingkat kemanjurannya yang tinggi terhadap gejala hangover setelah mabuk.
Selain produk unggulannya, Bounceback, tim Evo juga menawarkan Mantou, produk anti-rambut rontok, dan meluncurkan kategori suplemen lain untuk mengatasi susah tidur, kesehatan rambut, dan kekebalan tubuh melalui brand Stryv.
Beralih dari live commerce software ke D2C, Evo telah mencatat pertumbuhan 700% dalam lima bulan terakhir dan kini beroperasi di 10 pasar secara global. Evo telah mencapai titik impas pada bulan Juni tahun ini, dan bertujuan untuk mencapai 8 digit pendapatan tahunan pada akhir tahun. Selain itu, Evo ingin mengumpulkan tambahan pendanaan sebesar $500 ribu pada kuartal ketiga tahun ini.
Dijelaskan lebih jauh berkat konsep D2C yang diadopsi, konsumen Evo dapat membeli langsung melalui etalase digital native, tanpa harus melewati distributor, grosir, dan pengecer. Dengan proses perdagangan dan persebaran informasi lebih efisien, implikasinya bagi pelanggan akhir adalah kenaikan kualitas produk dan penurunan harga barang secara drastis.
More Coverage:
“Kami ingin menjadi katalis untuk perubahan paradigma ini dalam industri kesehatan dan kecantikan,” kata Ang.
Disampaikan pula, perusahaan saat ini beroperasi di 10 pasar dan anggota tim tersebar di Singapura, Indonesia, dan Korea.
Di Indonesia saat ini startup D2C dengan konsep brand aggregator yang sudah hadir di antaranya adalah Una Brands, Hypefast, Tjufoo, OpenLabs, dan USS Networks. Masing-masing juga telah mendapatkan dukungan pendanaan dari VC.