1. Startup

Gabungan Sensorial dan Komunitas, Hipotesis Female Daily Buka Toko Offline

Manfaatkan jaringan mal milik CT Corp untuk ekspansi toko offline

Berawal dari hobi Hanifa Ambadar menulis blog soal kecantikan dan fesyen di 2005, kini Female Daily turut meramaikan industri ritel kecantikan dengan masuk ke toko offline. Toko pertamanya berlokasi di Trans Icon Mall Surabaya yang diresmikan pada awal Agustus kemarin.

Keputusan ekspansi ini menurut Hanifa tak terlepas dari keyakinan awal bahwa industri kecantikan itu sangat sensorial. Artinya, konsumen perlu melihat, mencium, meraba tekstur, dan mencoba-coba produk agar lebih yakin dengan apa yang dibeli. Pengalaman tersebut tentunya berbeda jauh saat beli barang fesyen atau kuliner yang cukup dilihat dari visual secara online yang menarik dapat langsung menarik minat beli.

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Co-founder dan CEO Female Daily Hanifa Ambadar bercerita, atas dasar keyakinan tersebut makanya perusahaan kerap rutin membuat acara tahunan "xBeauty", baik dalam skala maupun kecil. Yang terbesar adalah Jakarta x Beauty yang terlaksana pada Juli 2022, sukses mendatangkan 93 ribu pengunjung.

“Female Daily kuat dengan konten, komunitas, dan beauty review dalam platform-nya. Jadi it’s only a natural expansion kami akhirnya punya e-commerce sendiri dan juga retail store-nya,” kata Hani, sapaan akrab Hanifa.

Perusahaan pertama kali merilis situs e-commerce Beauty Studio pada Juli 2020, saat awal pandemi. Adapun toko pertamanya "Female Beauty Studio" ini diklaim terbesar di vertikal toko kecantikan di Indonesia seluas 1.300 meter persegi. Katalog produknya mayoritas adalah merek lokal dengan SKU terlengkap, sisanya juga ada merek internasional.

Dalam toko tersebut secara rutin di akhir pekan membuat aktivitas bersama komunitas Female Daily atau komunitas lainnya di Surabaya. Tak hanya produk kecantikan, perusahaan juga menyediakan salon. Konsumen dapat cuci blow, potong rambut, manicure, pedicure, dan blow treatment. “Jadi benar-benar everything in one place.”

Nantinya, toko akan didukung dengan teknologi digital yang perlahan akan direalisasikan. Namun gambaran intinya adalah omnichannel, menggabungkan pengalaman online dan offline. Mulai dari scan barcode di offline untuk melihat review di aplikasi, menyatukan points antara pembelanjaan offline dan online, serta rencana untuk beli online dan diambil di toko.

Alasan memilih Surabaya, sambung Hani, karna mal ini punya kapasitas yang luas sesuai kebutuhan perusahaan. Ditambah lagi, ini adalah mal baru sehingga belum ada toko kecantikan untuk para pengunjung. Kebetulan lainnya, Trans Icon Mall Surabaya dimiliki oleh CT Corp, induk Female Daily, sehingga ada privilege untuk memanfaatkan ekosistem dalam grup.

“Pasti kami akan memprioritaskan juga mal-mal milik CT Corp karena kerja samanya akan lebih mudah. Pastinya kami akan ke kota-kota besar lainnya dulu, sebelum masuk ke kota yang lebih kecil. Karena HQ kami di Jakarta, harus segera ada di Jakarta juga dong ya.”

Sebagai catatan, Trans Icon Mall Surabaya merupakan bagian dari Trans Shopping Mall Group CT Corpora. Hingga kini, Trans Shopping Mall Group membawahi Trans Studio Mall Bandung, Trans Studio Mall Makassar, Trans Studio Mall Bali, Trans Studio Mall Cibubur, Transpark Mall Bintaro, Transpark Mall Juanda, Transmart Mall di seluruh Indonesia, dan kini Trans Icon Mall Surabaya.

Sudah cetak untung

Kebutuhan produk kecantikan saat ini tidak lagi melihat gender. Alias laki-laki pun perlu merawat diri, meski cakupan produknya tidak seluas kebutuhan perempuan. Alhasil cakupan pangsa pasarnya semakin luas dan semakin menarik untuk digeluti.

Dalam data Female Daily misalnya, profil pengguna yang terekspos dengan produk kecantikan dan bergabung semakin muda. Rata-rata berumur 14 tahun. Kelompok usia ini sudah mulai memakai produk perawatan kulit dan make up secara tipis-tipis. Secara umum, traffic dan jumlah anggota komunitas Female Daily tumbuh 200% tiap tahunnya.

More Coverage:

“Selain itu, market laki-laki juga meluas, semakin banyak laki-laki yang aware dengan pentingnya merawat kulit dan mereka pun ingin kulitnya sehat. Apalagi kan mereka enggak pakai make up jadi lebih penting lagi untuk kulitnya terlihat terawat. Ini turut didukung dengan serbuan Hallyu (Korean wave) yang tentunya makin membuat para laki-laki ini melihat bahwa memang normal untuk laki-laki merawat kulit.”

Dalam upaya menjadi perusahaan yang berkelanjutan, Hani mengaku saat ini perusahaan sudah mencapai titik untung dan tidak aktif mencari kebutuhan pendanaan baru. Meski begitu, ia tidak menutup potensi investasi atau kerja sama lainnya yang dapat mendukung Female Daily bergerak lebih cepat dan tumbuh lebih pesat lagi.

“Female Daily hadir sebelum industri startup bermunculan dan venture capitals berdatangan. Jadi dari awal mindset kami masih cukup konvensional, di mana yang namanya bisnis harus self sustained dan harus profitable. Jadi saat ini kami sudah profitable,” pungkasnya.