1. Startup

GoApotik Mudahkan Akses Obat-Obatan Secara On-Demand

Konsep awalnya berbentuk layanan e-commerce, pivot menjadi marketplace sejak akhir tahun lalu

Startup teknologi kesehatan merupakan salah satu ranah bisnis yang cukup banyak digeluti oleh pengusaha sebab banyak celah yang bisa diseriusi. Begitupula dengan GoApotik, salah satu marketplace yang menyediakan jasa pembelian, pencarian, bahkan pengantaran untuk obat, alat kesehatan, herbal, dan lainnya.

GoApotik sebenarnya sudah diinisiasi sejak 2014, namun pada saat itu masih berupa ide dan analisis pasar. Layanan ini awalnya beroperasi dengan konsep bisnis e-commerce, tapi pada akhir 2015 melakukan pivot ke marketplace dengan alasan ingin menyediakan produk obat lebih beragam untuk kebutuhan pasien.

Tiffany Robyn Soetikno, Co-Founder dan GM GoApotik, menjelaskan ada beberapa pertimbangan mengapa pihaknya mengubah model bisnis. Menurutnya obat harus berasal dari apotek terpercaya, baik dari kepahamannya dan segi regulasinya, dan bisa dikirim dengan mudah secara logistik.

"Dulu produk obat yang kami jual terbatas, hanya bisa jual obat tanpa resep dokter. Sekarang dengan mengubah model bisnis, variasi produk bisa jadi lebih banyak, ada obat herbal, alat kesehatan, dan obat-obat tradisional Tiongkok," terangnya kepada DailySocial, Selasa (11/10).

Secara total, ada tujuh kategori obat yang bisa dipilih oleh konsumen. Mulai dari obat, suplemen & vitamin, nutrisi, herbal & tradisional, produk bayi, alat kesehatan, dan perawatan & kecantikan. Selain itu, konsumen juga bisa mengunggah resep dokter secara online, dan melakukan pre-order.

Total produknya mencapai 8 ribu SKU dari 130 apotek independen yang tersebar di Jadetabek.

Seleksi apotek dengan ketat

Karena obat merupakan salah satu elemen penting menyangkut hajat hidup orang banyak, pihak GoApotik menerapkan sistem akuisisi merchant yang cukup ketat. Ada beberapa tahapan yang perlu dilalui oleh pihak apotek sebelum resmi menjadi merchant.

Mulai dari apotik harus mengikuti regulasi yang berlaku di Indonesia, memiliki SKU yang lengkap dan memiliki spesifikasi keahlian produk SKU, kemudian ada proses due dilligence, dan ada PIC yang memiliki passion di dunia digital. Sementara ini, sasaran apotek yang disasar oleh GoApotik adalah apotek independen.

"Kami juga memberikan pengarahan ke merchant bagaimana berjualan obat secara online yang baik sebagai added value untuk mereka. Sebab setelah jadi mitra, bisnis ritel offline mereka tidak akan terganggu sama sekali, malah membantu memperluas pasar."

Untuk proses pengiriman barang, akan dilakukan oleh kurir yang sudah disediakan oleh pihak GoApotik. Mereka bisa berasal dari internal perusahaan, ritel kurir, atau dari partnership.

"Ada standarisasi pengiriman dari kami. Jadi setelah konsumen membeli obat [melalui] GoApotik di salah satu merchant, kurir akan datang ke apotek tersebut dan melakukan pengiriman langsung ke tempat tujuan."

Target jangka panjang GoApotik

Sementara ini, GoApotik memang baru melayani Jakarta Depok, Tangerang, dan Bekasi. Namun, Robyn mengungkapkan pada tiga tahun mendatang ditargetkan akan bisa melayani seluruh Indonesia dengan cara organik. Perusahaan akan secara perlahan mengembangkan bisnis dan memperluas wilayah dengan meningkatkan volume penjualan, pendapatan, output melalui usaha sendiri.

[Baca juga: Kumpulan Startup Lokal Indonesia yang Memudahkan Akses Kesehatan via Online]

Pergerakan bisnis yang masif akan dimulai tahun depan dengan menambah lokasi, meluncurkan aplikasi untuk smartphone, meresmikan situs untuk situs, dan melengkapi produk obat jadi semakin bervariasi. Pada akhir tahun ini ditargetkan jumlah merchant apotek yang bermitra dapat menembus angka 200 apotek.

Secara model bisnis, sudah ada beberapa startup kesehatan yang menyediakan jasa pembelian obat secara online, yang paling dekat adalah Apotik Antar yang juga bakal co-brand dengan Go-Jek menjadi Go-Med.