Google Indonesia: 34% Pengguna Mobile Indonesia Mau Membeli Aplikasi Berbayar Dengan Harga Maksimal 48.000 Rupiah
Ada potensi 88 persen pengguna yang menyatakan bersedia untuk membayar sebuah aplikasi di masa depan
Bersamaan dengan acara Indonesian Developer Showcase yang digelar hari ini (10/12) di Jakarta, Google Indonesia merilis data menarik berkaitan dengan industri mobileapps dan games di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, ditemukan bahwa 34% pengguna tidak keberatan membeli aplikasi berbayar dengan kisaran harga termahal 48.000 rupiah. Indonesia Developer Showcase sendiri digelar sebagai ajang untuk berbagi wawasan bagi para pengembang mmuda Indonesia mengenai industri mobile apps dan games di Indonesia.
Industri mobile apps dan games adalah salah satu industri yang menunjukkan perkembangan dan permintaan yang meningkat di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, hari ini Google Indonesia menggelar acara dengan tajuk “Indonesian Developer Showcase: Building Apps and Games for a Booming Market”. Tujuannya agar dapat menginspirasi para pengembang muda Indonesia untuk turut berkontribusi dalam industri mobile yang terus berkembang di Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh Vice President Developer Product Group Google Jason Titus dan Strategic Partnership Manager Google Asia Pacific Inge Wong. Dari sisi pengembang digital lokal, ada COO Touchten Roki Soeharyo, CEO PicMix Calvin Kizana, Founder Educa Studio Andi Taru dan Idawati, serta Co-Founder Tebak Gambar Irwanto.
Titus mengatakan, “Momentum di balik fenomena startup bertumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya [di Indonesia] dan Google berkomitmen untuk membantu orang-orang Indonesia untuk menciptakan aplikasi dan game kelas dunia.”
Lebih jauh Titus menyampaikan bahwa Indonesia sebenarnya menawarkan potensi yang luar biasa untuk industri mobile, baik itu produsen atau konsumen mobile apps dan games. Kesempatan untuk mencicipi kuenya pun terbuka untuk siapa saja.
“Kami menyadari bahwa Indonesia sebagai pasar memiliki potensi yang sangat bagus dan sekarang adalah saatnya untuk perusahaan lokal mengembangkan produk bagi pasar lokal,” ujar Roki.
Picmix dan Touchten sendiri bisa dikatakan sebagai contoh nyata pengembang lokal yang berhasil menembus pasar luar negeri. Selain itu, masih ada Educa studio yang menunjukkan bahwa Anda tidak perlu tinggal di kota besar untuk membuat hal yang besar di dunia aplikasi dan games.
Bersamaan dengan acara Indonesia Developer Showcase, Goole Indonesia juga merilis sebuah data menarik yang merupakan hasil kerja sama dengan TNS Australia. Penelitian dilakukan pada bulan April 2015 dengan 1000 responden pemilik ponsel pintar di Indonesia yang berusia antara 18 dan 64 tahun. Dari data tersebut tengungkap bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih enggan membayar untuk produk sebuah aplikasi atau game.
Data yang dirilis oleh Google dan TNS Australia menunjukkan, hanya 34 persen pengguna ponsel pintar tidak keberatan membeli aplikasi berbayar dengan harga rata-rata termahal sebesar Rp. 48.000. Selain itu, ditemukan juga bahwa tahun ini jumlah rata-rata aplikasi yang terpasang adalah 31 buah per individu.
Meskipun persentase pengguna yang memiliki keinginan untuk membayar sebuah aplikasi atau games digital masih rendah, bukan berarti tak ada harapan sama sekali. Menurut data yang sama, ditemukan juga bahwa 88 persen pengguna bersedia membayar aplikasi atau games ke depannya bila produknya memang dirasa pantas.
Games merupakan kategori yang paling dipertimbangkan untuk dibayar atau dibeli oleh pengguna. Di peringkat kedua adalah aplikasi dengan kategori hiburan, diikuti dengan produktivitas, alat, utilitas, dan terakhir adalah majalah.