1. Startup

Grup Modalku Peroleh Tambahan Debt Funding 256 Miliar Rupiah

Perusahaan juga dikabarkan mendapat tambahan pendanaan ekuitas dari Mitsui Banking Corporation senilai $15 juta

Grup Modalku mengumumkan telah memperoleh dana pinjaman (debt funding) sebesar $18 juta (lebih dari 256 miliar Rupiah) dari sindikasi yang dipimpin tiga institusi keuangan, yakni Helicap Investments, Social Impact Debt Fund (dikelola oleh Taurus Wealth Advisors), dan suatu grup layanan keuangan dari Jepang. Putaran ini adalah bagian dari pendanaan debt yang sedang digelar perusahaan yang menargetkan dapat menghimpun dana sebesar $120 juta.

Dana pinjaman ini akan disalurkan kembali untuk membiayai UMKM di empat negara di mana Grup Modalku beroperasi.

Secara terpisah, menurut informasi yang didapat DailySocial.id, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) berinvestasi dalam bentuk ekuitas untuk Modalku sebesar $15 juta (lebih dari 213 juta miliar Rupiah) dalam putaran Seri C.

Sebelumnya, pada April 2020, Grup Modalku mengumumkan pendanaan ekuitas seri C sebesar $40 juta dari sejumlah investor, di antaranya Softbank melalui Growth Acceleration Fund, BRI Ventures, dan Sequoia melalui SCI Investments.

Dalam keterangan resminya, melalui pendanaan debt yang diumumkan ini, Helicap Securities bertindak sebagai pengurus utama dengan mandat tunggal, bersama dengan pendanaan yang diterima dari impact investor dari Eropa, seperti Triodos Investment Management yang telah menjadi jajaran lender institusi di Modalku sejak akhir 2019.

Co-founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya menuturkan, pandemi Covid-19 merupakan ujian penting bagi daya tahan Grup Modalku dan pihaknya bersyukur telah sukses melewatinya, salah satu caranya dengan menggunakan model kredit yang berdasarkan Artificial Intelligence (AI).

“Pendanaan akan kami gunakan untuk terus mengembangkan dunia pinjaman digital bagi UKM. Kami percaya bahwa ini adalah awal mula dari hubungan jangka panjang dan akan memotori evolusi perusahaan secara konsisten ke depannya,” kata dia, Kamis (7/10).

Co-founder dan CEO Helicap Pte. Ltd., David Z. Wang menambahkan, Helicap didirikan dengan tujuan mendobrak hambatan-hambatan bagi mereka yang membutuhkan modal usaha dan mereka yang dapat menyediakan modal usaha. Transaksi ini membuktikan bahwa minat dan kemampuan dari individu dan institusi untuk peluang pendanaan melalui pinjaman swasta tetap ada dan berkelanjutan.

“Helicap berada dalam posisi yang tepat untuk menyediakan akses ke pinjaman-pinjaman berkualitas melalui hubungan kami dengan penyedia pinjaman ternama seperti Grup Modalku,” ujarnya.

Grup Modalku didirikan pada 2015 sebagai startup p2p lending yang menyediakan pinjaman usaha bagi UMKM. Perusahaan memanfaatkan teknologi untuk mendukung UMKM layak kredit, namun tidak memiliki akses ke layanan keuangan. Lebih dari 50% PDB setiap negara anggota ASEAN adalah kontribusi dari UMKM, namun karena banyak UMKM yang tidak memiliki riwayat transaksi kredit atau jaminan pinjaman, sering kali mereka ditolak saat mengajukan pinjaman usaha ke institusi pinjaman tradisional.

Grup Modalku mempermudah akses ke pendanaan menggunakan titik data alternatif, termasuk tetapi tidak terbatas ke arus kas UMKM (yang menunjukkan kemampuannya membayar kembali pinjaman), untuk menyetujui pinjaman.

Pada awal Februari 2021, Grup Modalku umumkan ekspansi ke Thailand setelah mengantongi lisensi crowdfunding pinjaman dari Thailand Securities and Exchange Commission (SEC). Dengan menggunakan brand Funding Societies, seperti operasionalnya di Malaysia dan Singapura, perusahaan ingin menyelesaikan tantangan 3 juta UMKM yang terhambat bisnisnya karena sulit memperoleh pinjaman usaha, khususnya pinjaman jangka pendek.

Isunya sama seperti di Indonesia karena institusi keuangan konvensional di sana lebih fokus ke pinjaman jangka panjang dan pinjaman tanpa agunan.

Porsi sektor produktif masih minim

Menurut laporan DSResearch dan AFPI, pada tahun lalu sebanyak 36,1 juta peminjam di sektor produktif meminjam Rp2,5 juta-Rp25 juta. Hanya 17,6% di antaranya yang meminjam lebih dari Rp500 juta. Sektor ini masih perlu digenjot lebih lanjut oleh regulator, terlebih lagi di masa pandemi ini banyak UMKM yang terpukul dan harus tetap bertahan.

More Coverage:

 

Application Information Will Show Up Here