Kimia Farma Jajaki Penjualan Online, Bisnis E-Commerce Mulai Masuk di Segmen Spesifik
Bekerja sama dengan Go-Jek untuk kebutuhan penyampaian logistik, targetkan kenaikan penjualan 10% dari online
Kimia Farma melalui anak usahanya PT Kimia Farma Apotek merambah penjualan obat di ranah online dengan menghadirkan portal e-commerce kimiafarmaapotek.co.id. Perusahaan obat pelat merah tersebut kini sudah mulai mengoperasikan layanan online tersebut di wilayah Jabodetabek untuk varian produk obat bebas dan produk perawatan tubuh.
Kendati tidak mewajibkan adanya resep medis, penjualan lepas obat di layanan online ini akan disertai dengan menu konfirmasi dari apoteker. Sehingga pada penyampaian obat pengguna akan mendapatkan informasi mengenai gejala penyakit, manfaat dan aturan pemakaian obat yang dibeli tersebut.
Pembelian obat umumnya diperlukan dalam keadaan mendesak dan dibutuhkan cepat, untuk itu Kimia Farma Apotek menjalin kemitraan dengan layanan on-demand Go-Jek untuk jasa pengantaran obat ke alamat tujuan, tepatnya menggunakan layanan belanja Go-Mart.
Sebelumnya Go-Jek sendiri sudah memiliki layanan antar obat Go-Med, bekerja sama dengan HaloDoc/ApotikAntar.
Dengan inovasi ini diharapkan pada tahun 2017 layanan online menyumbang peningkatan penjualan mencapai 10% dari total keseluruhan untuk menumbuhkan bisnis hingga 21%. Sebelumnya pada tahun 2016 dibukukan penjualan obat mencapai Rp 3,1 triliun.
Layanan e-commerce di bidang medis penjualan obat
Daftar platform digital penyedia layanan kesehatan di Indonesia sudah sangat bertumbuh pesat. Sebelumnya dengan model bisnisnya masing-masing layanan seperti GoApotik, ApotikAntar, HaloDoc, dan Go-Med (dari Go-Jek) juga memberikan jasa yang sama dengan apa yang diberikan Kimia Farma. Layanan apotek lain seperti K-24 (K24klik.com) juga telah merilis model e-commerce, bahkan di Bali telah bekerja sama dengan startup on-demand Medi-Call untuk distribusi produk jualannya.
Dibandingkan dengan layanan yang menyajikan model marketplace produk obat seperti GoApotik atau ProSehat, Kimia Farma menjual obat yang diproduksi dan dikelola dalam tokonya sendiri, sedangkan layanan marketplace sebagai pengecer. Keuntungan lain Kimia Farma sudah memiliki apotek cabang di berbagai daerah, terlebih menggandeng Go-Jek sebagai jasa logistik, yang juga telah memiliki cakupan luas.
Artinya tantangan justru pada bagaimana akselerasi bisnis online ini digencarkan. Termasuk urgensi pengembangan aplikasi mobile guna memudahkan pemesanan. Dalam prototipe awalnya, Kimia Farma Apotek baru menyajikan kanal penjualan melalui media situs online.
Fragmentasi layanan e-commerce, makin spesifik dan diminati bisnis besar
Ambisi Kimia Farma Apotek dengan layanan onlinenya menambah panjang daftar korporasi atau bisnis yang mulai menjual produknya secara langsung melalui medium digital. Kendati layanan e-commerce dan online marketplace sudah semakin kuat dalam menata pangsa pasar, namun sektor jual-beli online ini masih terfragmentasi. Artinya masih memberikan banyak celah untuk berkembang, termasuk bagi bisnis tradisional untuk melakukan transformasi.
Tren ke depan layanan e-commerce makin spesifik. Kendati ada layanan yang menjual produk secara umum, situs online khusus dari setiap bisnis akan hadir. Lalu kompetisi akan berfokus pada layanan, logistik, kemudahan akses, logistik hingga harga yang ditawarkan. Karena pada akhirnya bisnis online juga akan menjadi hal yang umum, layaknya bisnis toko fisik yang saat ini ada di mana-mana.
Implikasinya saat bisnis melakukan transformasi perlu dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh. Membawa produk ke ranah online bukan semata-mata meletakkan pada platform e-commerce, karena di balik itu ada berbagai komponen bisnis pendukung yang harus digencarkan. Misalnya mengubah cara promosi lebih digital, mengembangkan kanal distribusi online hingga strategi pengelolaan logistik.