Kredit Pintar Mulai Beralih ke Segmen Produktif, Sasar Pinjaman untuk Petani
Perlahan meninggalkan segmen konsumtif, telah tutup pemberi pinjaman dari ritel
Startup fintech p2p lending Kredit Pintar mulai garap pembiayaan untuk petani, seiring upaya untuk mulai geser fokus ke segmen produktif dari konsumtif yang mana sudah mulai dilakukan sejak perusahaan berdiri.
CEO Kredit Pintar Wisely Reinharda Wijaya menjelaskan, keputusan ini diambil karena perusahaan ingin memperbaiki konotasi dari kata multiguna yang kurang baik image-nya di industri. Perusahaan ingin menyediakan platform yang memecahkan masalah, bukan membuat masalah.
"Segmen multiguna ini sebenarnya tidak jenuh sama sekali. Kami ingin masuk justru karena ingin balance," terangnya, Rabu (22/5).
Atas keputusan tersebut, perusahaan mulai persiapan mengubah internal dan mengubah model bisnis. Sejak awal tahun ini memutuskan untuk menutup pemberi pinjaman dari ritel. Bahkan, aplikasi untuk lender telah ditutup.
Dia beralasan, penutupan ini didasari oleh sisi manajerial lebih besar pasak daripada tiang. Artinya, tidak memberi cuan. Sekarang perusahaan hanya membuka pemberi pinjaman dari institusi, kebanyakan dari perbankan.
Sebelumnya, perusahaan membuka opsi pendanaan ritel mulai dari Rp10 ribu. Diklaim perusahaan telah menyelesaikan seluruh pembayaran bunga kepada para pemberi pinjaman. Tidak ada renewal untuk penyaluran pinjaman lagi dari ritel.
"Alasannya macam-macam, dari sisi maintenance butuh cost, bayar CS dan operasional. Tapi hasil yang didapat tidak sebanding."
Dari sisi talenta pun juga dipersiapkan perusahaan, lantaran segmen produktif ini butuh pengetahuan yang berbeda dibandingkan saat bermain di konsumtif saja.
Kesiapan mental perusahaan untuk legowo menekan laju profitabilitas dan penyaluran pembiayaan juga diutamakan. Pasalnya, di segmen ini perusahaan harus mengutamakan dampak ekonomi ke negara, tanpa melupakan unsur bisnis.
Disebutkan Kredit Pintar telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp4 triliun sejak pertama kali berdiri dan melayani lebih dari 3 juta nasabah.
Produk Petani Pintar
Keputusan Kredit Pintar masuk ke segmen produktif ini dimulai dari pembiayaan untuk petani, dinamai "Petani Pintar." Wisely menjelaskan produk ini hadir karena permasalahan yang dihadapi petani yakni kesulitan memperoleh modal untuk kegiatan usahanya.
Mengutip dari data BPS, Indonesia memiliki 39,7 juta petani dengan luas garapan 7,1 juta hektar, menyimpan potensi pembiayaan hingga Rp120 triliun pada tahun lalu. Namun, mirisnya rasio pendapatan petani terhadap biaya produksi pada tahun lalu sangat tipis.
Ambil contoh, petani sawah rasionya hanya 0,3%, petani padi ladang 0,27%, petani jagung 0,41%, dan kedelai 0,14%.
"Tipisnya rasio ini memperlihatkan bahwa mereka sering mengalami keterbatasan modal yang mengakibatkan kualitas dan kuantitas produksinya tidak maksimal sehingga menyebabkan banyak petani hidup di bawah garis kemiskinan."
Produk ini sudah mulai dipasarkan sejak pekan lalu dengan memilih desa Wonodadi, Jawa Timur. Petani dapat memperoleh pembiayaan bibit dan pupuk mulai dari Rp1 juta sampai Rp2 juta
Pengajuannya hanya cukup menggunakan KTP dan Kartu Keluarga. Selain itu, mereka harus berbentuk kelompok dengan minimal anggota 5 sampai 10 orang. Setiap pinjaman ini bertenor pendek, hanya sampai 8 minggu dan bunga 6,6%. Pembayaran dilakukan seminggu sekali.
"Kami mau fokuskan ke ibu rumah tangga di desa tersebut yang memiliki suami berprofesi sebagai petani. Di desa Wonosari kami pilih karena dari 3 ribu populasi sekitar 80% berprofesi sebagai petani."
Mitigasi risikonya, sejauh ini masih bersifat manual. Ada tim Kredit Pintar yang memverifikasi langsung ke lokasi sebagai KYC. Lalu karena menggunakan konsep tanggung renteng, maka apabila ada salah satu anggotanya yang terlambat membayar maka perlu ditalangi secara bersama. Konsep seperti ini juga dipakai oleh Amartha.
Tak berhenti di sini, perusahaan akan terus mengembangkan pembiayaan di sektor lainnya sebagai fokus ke produktif. Beberapa di antaranya yang sedang dipelajari adalah UKM, purchasing, dan transporter.
Wisely enggan menyebut target spesifik terkait Petani Pintar. Namun dia ingin perluas cakupan produk ini ke lokasi lainnya di sekitar Wonodadi. Secara keseluruhan diharapkan segmen produktif dapat berkontribusi secara bertahap dari total portofolio pembiayaan perusahaan sebesar 10%.